Jennie mendorong Jisoo menjauh darinya setelah merasa sudah cukup untuk sesi pelukan mereka.
"Habiskan pasta mu, Kim. Lalu bangunkan Rose. Kalian harus pergi dari apartku" Perintah Jennie.
"Unnie~" Jisoo langsung merengek mendengar perkataan Jennie. "Ini sudah malam, bisa gak kita nginap disini... Aku tidak tega membangunkan Chaeyoung"
"Tidak." Tolak Jennie masih menatap tanpa ekspresi kearah Jisoo
Siapa kim Jisoo? Tentu, Si bungsu dari keluarganya.
Jadi, Apa senjata terbaik bagi si bungsu saat keinginannya di tolak? Tentu saja dengan memasang wajah imut yang memelas dengan mata sedikit berair dengan nada suara yang menyedihkan.
"Pleaseee~~" Ucap Jisoo memohon
Jennie bisa melihat telinga ilusi jisoo yang menunduk layu. Jisoo di depanya persis seperti anjing kecil yang sedih karena tidak diijinkan masuk ke kamar pemiliknya.
Jennie langsung mengalihkan pandangannya kearah lain menghindari melihat Jisoo di depan nya. Pantas saja sahabatnya, Irene, tidak pernah bisa tegas pada kelakuan adik nya ini.
Setelah beberapa saat berdebat dengan batin nya, Jennie kembali berbicara.
"Oke." Kata Jennie. Menyerah pada akhirnya.
'Bukanya aku menyerah pada kim Jisoo. Aku hanya kasian jika mereka pulang terlalu malam' Batin Jennie entah mau meyakinkan siapa.
"Yash!" Jisoo berseru gembira. "Makasih Unnie! Kau memang yang terbaik!"
Jisoo terlalu bersemangat. Dia ingin memeluk Jennie kembali. Namun, tangan Jennie dengan sigap menahan dada Jisoo. Menghentikanya untuk melangkah maju.
"Habiskan pastamu!" Ucap Jennie dengan penuh tuntutan.
Jisoo langsung cemberut. Tapi, Dia dengan cepat menelan semua pastanya dalam satu suapan, karena memang tinggal sedikit, ketika Jennie melihatnya dengan tajam, Dan dengan tergesa-gesa mengunyah sambil menaruh piringnya di wastafel.
Jennie memutar matanya malas dan bersiai kembali ke kamar nya. Namun, Jisoo kembali menghadangnya.
"Kita tidur dimana Unnie?" Tanya Jisoo. Jennie sedikit mengerut dengan tidak suka. Seakan tau arti dari ekpresi Jennie. Jisoo langsung menambahkan. "M-Maksud ku, aku dan Chaeyoung!"
Jennie hanya menatapnya sekilas sebelum kembali berbicara. "Bantu aku Pindahkan Rose ke Kamar. Sekalian aku tunjukan dimana letak nya"
Jisoo langsung mengangguk patuh. Jika dipikir, dia sedikit kasian pada Sepupunya itu karena tidur di sofa. Jadi, setelah menghabiskan pas tanya dengan cepat. Jisoo berjalan kembali ke ruang tengah dengan Jennie yang mengikuti di belakangnya. Sesampainya di sana Jisoo mendapati Rose yang masih tertidur nyenyak di sofa.
Jisoo segera menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh Rose, melipat nya asal dan memberikannya kepada Jennie. "Tolong bawakan ini, Unnie"
Jennie tidak Protes dan langsung mengambilnya sambil memperhatikan Jisoo yang siap mengangkat tubuh adik tirinya. Jisoo membungkuk sedikit kemudian melingkarkan tangan rose ke lehernya. Lalu, salah satu tangannya menyusup ke bawah lutut rose dan yang lain di punggungnya. Setelah ancang-ancang, Jisoo mengangkat tubuh rose dan mengendongnya ala bridal style.
Jisoo sedikit limbung karena Rose tiba-tiba bergerak dalam gendongan nya. Mungkin karena reflek bawa sadarnya akibat diangkat secara tiba-tiba. Rose sedikit mengencangkan pegangan tanganya pada leher Jisoo dan mencoba mencari posisi aman dalam gendongan Jisoo.
Merasakan Rose yang bergerak dengan tidak nyaman dan hampir terlepas dari gendonganya. Jisoo sedikit melempar tubuh Rose untuk membenarkan posisinya agar semakin dekat dengan dirinya. Dia juga menempatkan tanganya di posisi yang menurutnya lebih nyaman. Dan saat Rose terlihat tenang dalam gendonganya. Jisoo akhirnya mengalihkan pandangan kearah Jennie yang sedari tadi melihat mereka. Jisoo jelas menunggu Jennie untuk memimpin jalan menuju kamar tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby's Daddy
FanficRATE MATURE!!! Tidak disaran kan di bawah jembatan apalagi umur ok?! crita agak aneh, tapi moga kalian suka!! SEMUA RESIKO DITANGGUNG PEMBACA, YAKALI DIBAGI SAMA AUTHOR! KALO VOTE NYA BISA LAH DI BAGI! **************** Yang Jennie ingat hanya waj...