Jennie berdiri diam di depan pintu unitnya, menatap penuh heran pada pemandangan di depanya. Alisnya mengerut dan wajahnya di penuhi tanda tanya. Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan pemandangan di depanya, Tapi, yang membuatnya heran adalah tidak adanya seseorang yang selalu berdiri di sana, menyapanya dengan senyuman dan meyodorkan kotak makan kearahnya.
Intinya, Tidak ada seorang Kim Jisoo didepan pintu Unit nya.
Jennie tanpa sadar melirik jam yang melingkar dengan manis di pergelangan tanganya. "6.10? Apa yang kau lakukan berdiri di depan pintu Unit mu selama 10menit, Jen?" Gumam Jennie pada diri sendiri. "Itu bagus jika Dia akhirnya sadar dan tidak datang kemari"
Jennie kemudian menutup pintu Unitnya, bergegas menuju Lift yang berada di ujung lorong. Tapi, saat berjalan, Jennie merasakan keanehan pada dirinya. "Apa perasaanku aja ya? Kenapa lorong nya jadi lebih panjang?"
'Bukan karena aku merasa kesepian jalan sendirian di lorong kan?' pikir Jennie
Jennie segera membuang pikiran yang menurut nya aneh itu. Sesampainya di depan Lift, Jennie dengan sabar menunggu. Tidak lama, Lift di depanya terbuka dan hanya berisi satu orang di dalamnya.
Jennie merasa tidak asing dengan wajahnya, Dia mengangguk pelan kepada wanita tua yang berada di dalam lift sebelum melangkah masuk. Seperti yang dipikirkan Jennie, ternyata wanita paruh baya itu juga mengenalinya.
"Oh! Itu kamu!" Sapa wanita tua yang pernah di temui Jennie dan Jisoo waktu itu.
"Selamat pagi Nyonya." Jennie menyapa nya dengan sopan. Dia ingin mengabaikan wanita itu. Namun, sekali lagi wanita itu mengajak Jennie berbicara.
"Kau tidak bersama dengan adik mu, Nona? Padahal kalian terlihat manis Jika bersama" Ucap wanita itu. "Oh iya.. kau turun di lantai berapa?" Lanjutnya saat Jennie terlihat tidak menekan tombol di lift.
"Saya turun di lantai satu" Ucap Jennie dengan senyuman.
Wanita tua itu mengangguk mendengar perkataan Jennie. "Aigoo berarti kita turun di lantai yang sama."
Melihat Jennie hanya menanggapi dengan senyuman, Wanita tua itu kembali berbicara. "Berapa umur adikmu, Nona?"
"18 tahun" Jennie menanggapi dengan singkat karena menurutnya terlalu tidak sopan jika dia mengabaikan orang tua yang sedang berbicara kepadanya.
"Masih sangat muda ya... " Ucap wanita itu, ada sedikit nada penyesalan dalam suaranya sebelum dia kembali berbicara. "Kalo saja dia dua tahun lebih tua, mungkin aku bisa menjodohkan Nya dengan putra bungsu ku."
Jennie masih memasang senyuman sopan di wajahnya. Entah kenapa dia merasa risih oleh ucapan wanita tua itu.
Tapi, dia tetap memasang wajah sesopan mungkin untuk menghormati wanita tua itu, dia melirik lampu indikator yang berada di atas lift. Masih dilantai lima dan lift kembali terbuka dengan tiga orang masuk kedalam. Tidak menghiraukan orang yang masuk wanita tua itu kembali berbicara.
"Putra bungsu ku baru berusia dua puluh enam tahun. Tapi, Dia sudah menjadi seorang direktur di perusahaan IT yang terkenal. Jika tidak salah, perusahaannya berada di bawah naungan Kims Cooperation."
Jennie hanya mengangguk sopan sebagai tanggapan. Lift di depannya kembali terbuka di lantai empat. Beberapa orang kembali masuk. Jennie memanfaatkan hal ini untuk menjauh dari wanita tua itu, sayangnya. Wanita tua itu kembali bergeser di sebelah Jennie. Dan kembali berbicara.
"Putraku hanya mengejar karier. Sampai-sampai dia lupa bahwa dia perlu pendamping hidup." Ucap nya penuh nada sedih, Dia kembali berbicara, mengabaikan wajah Jennie yang perlahan berubah menjadi dingin. "Aku sangat menyukai adik mu. Mungkin saja... Jika takdir, mungkin putra ku dengan adikmu bisa berjodoh. Kita hanya perlu menunggu dua tahun sampai adikmu mencapai usia legal. Kalian mungkin bisa mampir ke Unit bibi. Itu ada di lantai 8 no 808. Aku akan mengenalkan kalian pada putra bungsu ku."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby's Daddy
FanficRATE MATURE!!! Tidak disaran kan di bawah jembatan apalagi umur ok?! crita agak aneh, tapi moga kalian suka!! SEMUA RESIKO DITANGGUNG PEMBACA, YAKALI DIBAGI SAMA AUTHOR! KALO VOTE NYA BISA LAH DI BAGI! **************** Yang Jennie ingat hanya waj...