Tik. Tok. Tik. Tok.
Suara jam bergema di sebuah ruangan yang sunyi. Dengung Pemanas yang menyala serta asap rokok yang mengepul benar-benar menggambarkan betapa runyam nya ruangan itu. Juga, Gorden yang terurai menutupi satu-satunya jalur pencahayaan di ruangan itu.
Gelap, Suram dan Pengap.
Tiga kata itu yang cocok untuk menggambarkan Ruangan tersebut. Tapi, bagi laki-laki paruh baya yang berada di sana. Itu adalah suasana ternyaman yang pernah dia rasakan. Dengan duduk di kursi berlengan sambil memperhatikan jam yang berdetak. Bahkan dia tidak peduli jika asap rokok yang dia hembuskan berputar disekitarnya dan terhisap kembali saat dia menghirup napas.
Tok! Tok! Tok!
Pintu ruangan itu diketuk berirama. Pria itu hanya berdehem ringan mengijinkan, entah siapapun itu untuk masuk. Perlahan, Derit pintu yang terbuka memecah keheningan di ruangan itu. Sedikit cahaya masuk ke dalam saat pintu dibuka dan beberapa kepul asap seakan mendapat akses untuk keluar dari ruangan itu.
Si pengetuk terbatuk pelan karena udara didalam ruangan itu. Namun, hanya beberapa saat sampai dia bisa kembali menormalkan nafas nya. "Tuan." Panggil nya dengan hormat kearah pria yang duduk dengan nyaman diruangan itu.
Pria itu mengenali suara bawahan nya. Tanpa menoleh dan masih fokus memperhatikan detik jarum jam yang bergerak, Dia menjawab dengan suara serak nya. "Karena kau ada disini. Berarti tugasmu sudah selesai, kan?"
"Saya melakukan sesuai instruksi anda" Ucap si bawahan dengan hormat.
Pria itu berdehem ringan. Membersihkan tenggorokan nya yang terasa tidak nyaman. Jarinya mengetuk dengan ringan sandaran tangan, ketukan nya seirama dengan pergerakan jarum jam. Dia kemudian memutar kursi nya, menghadap kearah bawahan nya.
"Kau sudah mengecek semuanya, bukan? Selama satu bulan kita merencanakan semua ini. Jangan sampai ada kesalahan, sekecil apapun."
Bawahan itu menunduk, tidak berani menatap mata tuan nya yang tampak bersinar ditengah kegelapan ruangan itu. "Tidak ada, Tuan. Saya menjamin dengan hidup saya"
"Heh!" Pria itu tertawa mencela. "Hidupmu tidak ada artinya jika sampai Kims tau." Pria itu kemudian menghisap rokoknya kembali, menghembuskan nya sebelum kembali berbicara. "Intinya. Jika ada kesalahan, Seluruh anggota keluarga mu, bahkan kerabat terjauh mu akan menanggung akibatnya"
Bawahan itu hanya menunduk. Tidak berani menjawab. Sedangkan Pria itu kembali memutar kursi nya membelakangi bawahan itu. "Kau bisa pergi" Ucap nya.
"Tuan, ada seseorang yang mau menemuimu" Ujar bawahan itu lagi saat tuan nya menyuruhnya pergi.
Alis Pria itu saling bertautan. Pikiranya dengan cepat menebak kemungkinan orang yang akan menemuinya saat ini. Pria itu lalu mematikan Rokok nya yang sedari tadi menyala. Tanpa mengalihkan pandangan kearah bawahan nya, Dia kembali berbicara. "Suruh dia masuk" Ujar pria itu. "Oh, Nyalakan dulu lampunya dan buka gorden nya. Jangan lupa nyalakan penyaring udara. Kita harus menjadi tuan rumah yang baik, kan?" Lanjut Pria itu diakhir kekehan kecil.
Bawahan itu membungkuk dengan hormat sebelum bergerak dengan cekatan melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Hanya dalam lima menit. Ruangan yang tadinya sangat tidak nyaman. Berubah menjadi ruang kerja orang normal pada umumnya. Dengan pencahayaan yang normal dan suhu ruangan yang nyaman. Bahkan udara diruangan itu terasa segar. Tidak lupa View pemandangan langit sore terlihat sangat indah dibalik Jendela yang tadinya tertutup.
"Saya akan memanggilnya masuk untuk anda" Ucap bawahan nya. Setelah mendapat anggukan ringan dari tuan nya. Bawahan itu berlalu pergi.
Tidak lama, Ketukan di pintu ruangan nya kembali terdengar. Tanpa menunggu respon pria itu. Pintu ruangan terdorong terbuka dan seorang gadis melangkah masuk dengan anggun.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby's Daddy
FanficRATE MATURE!!! Tidak disaran kan di bawah jembatan apalagi umur ok?! crita agak aneh, tapi moga kalian suka!! SEMUA RESIKO DITANGGUNG PEMBACA, YAKALI DIBAGI SAMA AUTHOR! KALO VOTE NYA BISA LAH DI BAGI! **************** Yang Jennie ingat hanya waj...