Seorang wanita tengah mendudukkan dirinya di sofa panjang. Tangannya memegang sebuah apel. Sembari mengedarkan tawanya ketika menatap sebuah televisi besar di depanya, giginya pun menggigit apel yang ia pegang.
Kemudian, seorang gadis mendudukkan dirinya di sebelah wanita itu. Seren, ia menyodorkan cup berisi cake. "Vi,"
Vio membuka mulutnya, lalu Seren pun menyuapi cake tersebut pada mulut Vio. "Em, enak." Kata Vio. Ia pun mengambil alih sendok di tangan Seren dan menyuapi gadis itu.
"Pendaftaran Universitas dibuka hari ini. Gimana, udah daftar?" Tanya Vio.
"Belum,"
"Daftar saja, jangan khawatir masalah ayahmu."
Seren menghela nafasnya, "Terus, kamu bagaimana? Ikut daftar, kan. Sesuai rencana kita waktu SMA."
Vio menggelengkan kepalanya, "Aku nanti saja kuliahnya." Jawab Vio, Seren pun memanyunkan majahnya. Rencananya bersama sang sahabat memang tidak berjalan.
"Aish, jangan sedih, aku mau fokus jadi istri dan ibu dulu. Nanti aku bakal nyusul kuliah kok." Kata Vio, tangannya menarik pundak Seren. Gadis itu pun meletakkan kepalanya pada pundak Vio.
"Ah..., Iya."
Begitu tidak bersituasinya saat ini, rasa gejolak di perut Vio muncul. Segera Vio beranjak dari sofa dan berjalan dengan cepat menuju dapur. Seren hanya bisa memandangi kepergian wanita yang mengenakan shift dress berwarna rose.
"Ipad ayah." Gumam Seren, ia mengambil ipad berwarna silver itu di sebelah Vio duduk tadi. Begitu terkagetnya sampai Seren mengernyitkan kedua alisnya. Segera, Seren pun mengembalikan pada tempat semula. Matanya menerawang dapur dan seorang wanita pun keluar dari sana.
Wanita itu tidak menghampirinya, ia kini menghadang seorang pria. Tangannya mengambil alih jas yang di tenteng pria itu. Setelah itu, sebuah kissing muncul di bibir wanita itu. Hanya sebentar, Vio pun langsung memundurkan wajahnya. Jiwa jomblo pada diri Seren pun mulai membabi buta. Tidak tahan melihat tingkah mereka. Samar-samar pun terdengar perbincangan mereka.
"Sayang, masih mual?" Tanya Argan. Ia mendudukkan dirinya di ruang makan. Vio pun menyajikan makanan pada Argan.
"Hm, barusan." Jawab Vio. Ia ikut mendudukkan dirinya di kursi. Tangannya bersandar pada dahinya, matanya pun terus mengamati wajah Argan.
"Istirahatlah, tidak usah menungguku."
"Nggak, aku mau disini saja. Rasanya lebih enakan kalu dekat denganmu."
"Seren dimana?" Tanya Argan. Vio menghela nafasnya, sejak kedatangannya, Argan belum melihat Seren yang masih berada di ruang tengah.
"Tuh, jomblonya pasti kumat." Kata Vio. Dua orang di ruang makan itu pun segera menatap Seren yang terus menyandarkan wajahnya pada pinggiran sofa. Argan pun segera menatap tajam pada sang anaknya. Sontak saja, Seren mengumpatkan wajahnya di balik sofa.
"Anakku jomblo?" Tanya Argan, ia pun terkekeh.
"Kamu ayahnya masa nggak tahu." Kesal Vio. "Seren nggak pernah pacaran, katanya harus dengan persetujuan ayahnya." Lanjut Vio.
"Hm, harus."
"Jahat banget, kan. Dulu waktu aku pacaran, dia langsung kesel. Apalagi kalau denger aku di jahatin sama cowok, dia langsung angkat tangan."
"Segitunya."
"Yaps, sampai dia pernah memaki kamu, katanya kamu brengsek."
Argan pun geram, "Pasti kamu yang mengajarinya, kan." Sontak saja, Vio memukul lengan Argan. "Jangan buat kesel."
Vio pun bangkit dari kursinya, wanita itu berjalan menuju ruang tengah. Wanita itu mulai mendudukkan dirinya di sofa single, kakinya ia luruskan ke atas meja.
"Vi, mau cake nya lagi?" Tanya Seren, ia menatap Vio yang tengah memejamkan matanya. Suasana pun menjadi canggung kembali.
"Makan kamu saja, Se."
Seren pun menganggukkan kepalanya. Matanya melirik pada sang ayah yang memeberanjakkan dirinya pergi menuju lift.
"Ayahmu sudah selesai makan, Se?" Tanya Vio yang masih memejamkan matanya.
"Sudah, barusan pergi ke lift."
"Em," hanya itu yang Vio jawab.
Seren pun menghela nafasnya. Ternyata, ucapannya yang dulu, tidak mempan untuk sekarang. Ucapannya yang akan membela Vio jika dia disakiti kekasihnya, nyatanya hanya ucapan saja. Seren pun hanya bisa meminta maaf dalam hatinya, ia tidak mungkin melawan sang ayahnya lagi kali ini.
*
Malam kian larut, seorang wanita mengetuk sebuah kamar, tetapi tidak ada sahutan disana. Segera ia pun menuju ruang kerja, tangannya mulai membuka pintu. Tampak seorang pria tengah bergelut dengan berkas-berkasnya.
"Ayah," panggil gadis itu. Pria itu pun mengangkat kepalanya.
"Mumsy tidur di sofa." Kata Seren. Argan pun menyudahi aksinya, ia mulai bangkit dari kursi.
"Mumsy?"
"Istri ayah." Jawab Seren, tidak mungkin ia memanggil mama untuk Vio. Seren pun membuatnya agar tidak telihat jelas jika Vio sudah menjadi mama angkatnya.
"Sudah lama?"
"Lumayan. Sejak ayah naik ke atas." Jawab Seren. Kemudian sebuah kertas tersodor di depannya. Seren pun bertanya-tanya, kertas apa yang di sodorkan pada sang ayahnya.
"Universitas Canada." Kata Argan.
Wajah Seren pun terbingung, padahal ayahnya tidak menyetujuinya. Kini matanya menatap ayahnya. "Ayah ijinkan dengan satu syarat,"
"Sekalipun ayah mendengar etika burukmu muncul lagi, ayah tidak segan-segan mencabut fasilitasmu dan mengeluarkan dari Universitas itu."
"Makasih, ayah." Terharu Seren, ia pu mengambil kertas itu dan mendekap sang ayahnya.
"Jadilah good girl. Ayah akan menyayangimu jika kamu bersikap baik."
"Seren janji, Seren akan perbaiki sikap Seren."
Argan pun mengedarkan senyumnya. Tangannya menepuk-nepuk punggung anaknya. "Sudah, kenapa anak ayah cengeng." Kata Argan.
"Beberapa hari ini ayah menghindari Seren, kan. Seren kan berpikir kalau ayah terus marah sama Seren."
"Dasar jomblo. Lepaskan ayah, ayah mau temui mamamu."
Seren pun melepas dekapannya, "Not mama, tapi mumsy."
"Terserah anda, Serene Liem." Kata Argan, ia pun mengacak-acak rambut Seren dan segera berlalu pergi. Begitu juga dengan Seren yang berlalu memergikan dirinya masuk kedalam kamar.
*
[2022, 2 Desember]
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Daddy is Mine
RomanceSebelum membaca, harap follow dulu. Thankyou🧡 --- Skandal sebuah foto yang terus beredar di sosial media itu membuat kehebohan di SMA Golden. Kemunculan foto itu tidak dapat dibantah lagi oleh Chareline Violette. Terpampang jelas wajah gadis itu da...