Bagian 44 : 2 Wanita (17+) - 1

1.1K 37 9
                                    

Bantu subscribe youtube aku yuu👆🏻👆🏻😍

***

Rasa sesak di dada Vio mulai terasa ketika ia menatap Argan tengah berdekapan dengan Clavita. Rasanya seperti tersambar petir ketika mengetahui jika Clavita adalah Clara. Ia sangat tidak menyangka-nyangka. Sudah sepuluh tahun itu, ia merawat istri suaminya sendiri.

Dada Vio kian terasa sesak. Tangannya mulai memegangi dadanya dengan kencang dan tangan kirinya mengeratkan pada pinggiran pintu. Kakinya serasa lemas tidak berdaya. Ia hanya bisa mengalirkan air matanya.

"A-argan." Gumam Vio. Ia segera membalikkan badannya. Di langkahkan kaki lemasnya untuk terus berjalan menjauh dari ruangan Lavender 03.

"Sayang, kuat ya, mama ingin pulang." Kata Vio. Ia menahan tangisnya, air mata yang mengalir tadi pun segera ia usap dengan bersih.

Vio segera mengeluarkan diri dari rumah sakit Arcyu tersebut. "Vi, mau pulang?" Tanya dokter Choi ketika berpapasan dengannya. Vio hanya tersenyum saja dan segera melanjutkan jalannya sebelum air mata itu tumpah lagi membasahi pipinya.

"Pak Davit, antar saya pulang sekarang." Kata Vio. Ia menaiki mobilnya. Matanya terus memejam sampai di depan rumahnya. Begitu suara mobil berhenti, Vio segera menurunkan dirinya dan masuk kedalam rumah. Ia tidak memedulikan miss Rini yang memanggilnya, wanita itu terus berjalan menuju lift.

Setelah sampai di lantai tiga itu, Vio segera memasukkan dirinya ke ruang kerja Argan. Di carinya foto untuk meastikan Clara adalah Clavita.

Namun, sayang sekali ia tidak menemukan apapun disana. Vio pun terpana dengan sebuah kota hitam besar di lemari kaca. Dibukanya, tampaklah sebuah foto-foto Clavita dan Argan.

"Mama harap ini cuma mimpi ya sayang." Kata Vio sembari membelai perut besarnya. Tangisan Vio pun keluar. Ucapannya hanyalah penenang bagi anaknya tapi tidak dengan dirinya yang mengetahui kenyataan bahwa Clavita adalah Clara.

"Sayang, mama harus gimana?" Tanya Vio. Tangis sejadi-jadinya pun keluar. "Mama harus gimana?" Tanya Vio lagi.

Tangisan Vio mulai berhenti, ia merasakan jika perutnya kian menegang. Rasanya tegang dan sakit. Vio pun segera bangkit berdiri. Namun, sebuah darah mengalir di pahanya. Vio pun mulai berjalan menurunkan dirinya menggunakan lift dengan menahan sakitanya.

"Miss Rini...," panggil Vio, ketika sudah mengeluarkan diri dari dalam lift dan berjalan menuju ruang makan. "Miss Rini...," panggil Vio lagi. Rini pun mengeluarkan diri dari dapur, begitu terkagetnya dengan keadaan Vio saat ini. Wanita itu berjalan sembari memegangi perut besarnya.

"Nyonya!" Kaget Rini ketika Vio sudah lemas berjalan. Wanita itu justru jatuh mendudukkan dirinya menyandar pada meja. "Nyonya, apa yang terjadi?" Tanya Rini.

"Miss Rini, perut Vio sakit." Kata Vio, tangisannya mulai keluar lagi, keringat mulai bercucuran pada wajah Vio.

"Kita ke rumah sakit, nyonya." Kata Rini, matanya melihat darah yang mengalir di kaki Vio. Rini pun siap berlari ke depan rumah mencari bantuan.

"Pak Davit! Nyonya mau melahirkan!" Teriak Rini, mereka berdua pun segera menghampiri Vio berada.

"Kita bawa kerumah sakit sekarang, miss." Kata Davit.

"Iya, RS Arcyu saja yang dekat, pak." Kata Rini. Dua orang itu pun menuntun Vio untuk menuju mobilnya.

Mereka mulai masuk kedalam. Baru saja mobil akan di jalankan, Vio berucap. "Miss Rini, jangan ke RS Arcyu, RS lain saja." Kata Vio dengan wajah pucatnya.

"Tidak nyonya, kita ke RS Arcyu saja karena itu RS terdekat." Kata Rini, Vio menggelangkan kepalanya tetapi Rini tetap kekeh mempertahankan Vio untuk dibawanya ke RS Arcyu.

*

Tidak lama, mereka pun sampai di RS Arcyu. Vio pun dibawanya ke ruang IGD. Sedangkan Rini menunggunya dari luar sembari terus menelephone tuannya. Namun, sudah beberapa kali di telephone, tidak ada angkatan dari Argan. Panggilan yang ke tujuh itu pun baru di angkat oleh Argan. Rini pun mengehela nafas leganya.

"Tuan, cepat ke RS Arcyu, saya sedang di IGD, nyonya akan melahirkan." Kata Rini, panggilan pun langsung di tutup oleh Argan.

Tidak sampai lima menit, sorang pria berlari ke arah Rini. Rini pun terkejut melihat kedatangan tuannya yang begitu cepat. "Nyonya di dalam?" Tanya Argan. Rini menganggukkan kepalanya.

Aragan memasukkan dirinya ke ruang IGD, dicarinya sang istrinya. Nampak, seorang wanita yang tengah tidur membelakangi dirinya, sangat yakin jika itu adalah Vio. Segera ia menghampiri Vio berada.

"Sayang," kata Argan.

"Ke-kenapa kamu disini?" Tanya Vio sembari terus menahan saktnya. Keringat pun sudah mengucur di seluruh tubuhnya.

"Miss Rini menelfon tadi, katanya kamu di IGD jadi aku langsung kesini."

"Keluar saja dari sini Argan."

"Nggak, aku akan menemanimu disini."

"Keluarlah, Pergi dari sini saja Argan. Aku tidak ingin melihatmu sekarang."

"Nggak sayang, aku akan disini menemanimu saja." Tegas Argan. Rasa sakit diperutnya kian bertambah ketika melihat suaminya, dadanya pun seperti teriris.

"Dasar suami brengsek." Gumamnya. Namun, jelas terdengar di telinga Argan. Sangat jelas sampai Argan pun mengernyitkan alisnya.

"Permisi, anda suaminya?" Tanya dokter perempuan bernama Leona.

"Iya, benar."

"Bisa ikut dengan saya dulu."

Argan menganggukakn kepalanya. "Sayang, aku pergi sebentar." Kata Argan, kecupan di dahi Vio pun muncul. Tangannya melepas dari genggaman Vio.

"Jadi begini tuan, karena kondisi ketuban istri anda sudah pecah terlebih dahulu dan kelahiran yang belum waktunya. Ini sangat membahayakan buat keduanya, baik ibu maupun janinnya."

"Jadi, saya meminta ijin untuk mengoperasi istri anda karena ini adalah jalan satu-satunya untuk menyelamatkan mereka. Tapi resikonya sangat besar, bisa saja nanti istri anda yang selamat ataupun bayinya saja, dan kemungkinan harapan selamat keduanya memang sangat kecil tapi kami akan berusaha semaksimal mungkin."

"Lakukan yang terbaik untuk istri dan anak saya." Kata Argan.

"Baiklah tuan, anda bisa mengurus surat persetujuannya."

Argan menganggukkan kepalanya, ia segera mengurus persetujuannya. Setelah itu ia menergikan dirinya untuk menemui Vio.

"Sayang," panggil Argan, ia mendudukkan dirinya di kursi. "Sayang, bertahanlah. Kamu pasti baik-baik saja, begitu juga dengan anak kita."

"Kamu bilang baik-baik saja." Kesal Vio, air matanya yang menetes di seka oleh Argan. Namun, Vio menyentak tangan itu dengan kasar. "Sakit Argan. Sakit. Perut Vio sangat sakit." Ucap Vio. Ia terus meringkukkan tubuhnya.

"Atur nafas kamu ya sayang."

"Tuan, nyonya, jam operasi akan segera dimulai. Mari saya antar ke ruangan." Kata seorang perawat.

"Argan, Vio mau di operasi?"

"Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja." Kata Argan, perawat pun membawa pergi Vio dengan di ikuti oleh Argan.

*

Sebenernya kesel sama Argan. Jangan sampe nanti punya istri dua ya lo Argan. Tapi kalau milih salah satu juga bakal kasian Vio sama Clara🥲

*

[15-07-2023]

Your Daddy is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang