Bagian 55 : Curiga 4 (17+)

672 34 0
                                    

Argan membuka pintu kamarnya dengan segera. Matanya mulai menemukan seorang wanita yang akan menaiki ranjang. Wanita itu hampir terjatuh, segera Argan pun menangkapnya.

"Sayang!" Ucap Argan.

Argan memapah wanita itu untuk naik ke atas ranjang. "Argan, Vio takut. Diluar berisik sekali." Kata Vio sembari terus menutup kedua telinganya.

Argan segera mendekap wanita itu dengan erat, di selimuti tubuh wanita itu sampai hangat. "Argan, berisik. Vio nggak mau dengar mereka." Kata Vio, sesenggukan.

"Tenanglah sayang, atur nafasmu."

Vio mulai mengatur nafasnya, tetapi sangat susah. Nafas itu tersengal-sengal. "Nggak bisa Argan. Vio takut." Tangisnya pecah lagi. Argan pun semakin erat mendekap Vio. Tangannya menumpuk di atas tangan Vio untuk menutupi telinga wanita itu.

"Tenanglah sayang, ada aku disini. Kamu tidak sendirian."

"Jangan mengingat masa lalu lagi, ingat hal yang positif. Kamu pasti bisa sayang."

"Tapi mereka berisik, Vio takut Argan."

"Now, I'am here. Aku bersamamu." Kata Argan, tangis Vio mulai berhenti. Tangan Argan pun melonggar dari telinga Vio. Pria itu melepas dekapan dari tubuh Vio juga.

"Vio takut, suara petirnya membuat telinga Vio sakit."

"Aku ada disini, kamu percaya kalau bersamaku kamu akan baik-baik saja kan, sayang." Ucap Argan. Tangannya melepas tangan mungil Vio di telinga wanita itu.

"Kau harus berlatih mendengarnya." Kata Argan. Buliran bening menetes lagi pada mata Vio.

"Atur nafasmu lagi sayang."

Vio mengatur nafasnya lagi. "Dingin Argan." Kata Vio, matanya menoleh pada jendela kaca yang menampakkan angin meniup pepohonan. Cahaya kilat pun muncul beberapa detik. Vio akan saja menutupi telinganya lagi, tetapi Argan menahannya.

"Lihat, rasakan, dan dengarkan. Mereka tidak akan membuat kita mati."

"Pikirkan hal positif, hal-hal yang membuatmu bahagia, jangan pikirkan hal-hal yang membuat hatimu semakin sakit." Lanjut Argan.

"Argan," ucap Vio. Buliran bening menetes pada mata Vio lagi.

"Don't cry, kamu bisa mengatasi semuanya." Ucap Argan, jarinya mengusap air mata di pipi Vio. "Tidurlah." Kata Argan, ia merebahkan Vio. Namun, Vio menarik Argan untuk tetap berada di sampingnya. Argan pun mendekap wanita itu sembari membelai kepala Vio dengan lembut.

Belaian tangan Argan itu membuat Vio semakin tenang. Wanita itu pun mulai hanyut dalam mimpinya bersama Argan.

*

Pagi itu, seorang pria yang tengah mengenakan dasi itu tersenyum ketika melihat seorang wanita baru saja membangunkan dirinya.

"Sudah bangun?" Tanya Argan. Vio mendudukkan dirinya, matanya berkeliling kamarnya yang sudah terang. Cahaya pun terpancar di balik jendela. Wanita itu mulai menurunkan dirinya dari ranjang.

"Semalam kamu tidur disini?"

"Hm," jawab Argan. "Badanku sakit tidur di sofa terus."

Vio tersenyum, ia meraih dasi yang tengah Argan kenakan. Tangannya mulai menata dasi itu dengan seksama. "Kamu bisa kan tidur di kamar Clara."

"Kenapa saat kita sedang berdua, kamu selalu membahas Clara sayang."

"Dia istrimu juga Argan."

"Entah karena sudah lama atau bagaimana, rasanya canggung dengan Clara." Ucap Argan. Matanya menatap mata Vio yang bengkak.

"Maafkan Vio, Vio tidak tahu kalau Clara istrimu."

"But, sekarang kamu juga istriku." Kata Argan tangannya meraih pinggang Vio. Vio tersenyum.

"Tapi Vio nggak mungkin bersembunyi terus, rasanya Vio jadi seperti simpanan kamu."

"Jangan bilang seperti itu, Kamu istri sah aku sayang." Kata Argan, tangannya mengangkat Vio untuk duduk di atas meja rias. Tangan Vio merapikan rambut Argan. Tangannya kemudian turun menelusuri wajah Argan. Jarinya berhenti pada atas bibir Argan.

"Kumis kamu." Ucap Vio, senyuman lebarnya ia edarkan ketika melihat kumis Argan sudah tumbuh lagi.

"Ya, kamu selalu menghindariku jadi tidak ada yang merawatku lagi." Kata Argan.

"I'am sorry. Aku ambil alat pencukur kumis kamu dulu ya biar Vio bersihkan."

"Nanti saja. Aku ingin...," ucapan Argan di hentikan, matanya menatap bibir Vio tanpa polesan lipstick. Wajahnya mendekat pada wajah Vio, tetapi Vio sontak memundurkan wajahnya. "Why?"

"Vio baru bangun tidur." Jawab Vio.

Argan terkekeh, pria itu tidak peduli ucapan Vio. Ia mulai mendekatkan wajahnya lagi pada Vio dan berhasil mendarat pada bibir Vio. Ciuman Argan langsung memanas, Vio pun hanya bisa mengikuti alur yang Argan buat.

Kini, Vio sampai memundurkan dirinya, punggungnya menabrak kaca di belakangnya. Tangan Argan pun tidak mau diam, terus membelai tubuh istrinya.

"Argan, stop. Ada yang mengetuh pintu." Kata Vio yang berusaha melepas dari ciuman Argan di bibirnya. Pria itu tidak peduli dan terus mencium wajah istrinya.

"Argan, ada orang di luar." Kata Vio lagi, Argan pun menghentikan aksinya. Mereka saling bertatapan, nafas Vio sudah tidak beraturan lagi.

"Hari ini kamu selamat sayang."

"Kenapa?" Tanya Vio. Arga mengangkat satu alisnya kemudian tersenyum licik. Pria itu beranjak menuju pintu kamar dan membukanya.

Kemudian, sesosok wanita yang berdiri di depan Argan memelototkan matanya, tajam. "Om Argan, siapa?" Tanya Vio yang sudah berdiri di belakang Argan.

*

[30-07-2023]

Your Daddy is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang