Seorang wanita mendudukkan dirinya di bed. Sembari menahan rasa sakitnya, seorang dokter dan perawat membersihkan luka jahitan di perut wanita itu, Chareline Violette.
"Pagi ini, obatnya sudah di makan?" Tanya dokter.
"Sudah, dok." Jawab Vio. Dokter menyudahi tindakan membersihkan luka jahit di perut Vio.
Kemudian, seorang pria memasuki kamar Vio. Argan, masih saja rapi dengan balutan kemejanya. Vio segera menurunkan dress nya, lalu mengambil selimut yang ada di pangkuannya. "Bu Vio, mari kita latihan berdiri." Kata Dokter.
Vio segera memberdirikan dirinya dengan bantuan perawat. "Ini alat untuk membantu berjalan, coba pakai ini." Kata dokter. Vio segera beralih meraih benda kotak di depannya. Ia mulai meraih gagang pegangan dan mulai memberjalankan dirinya selangkah demi selangkah. Memang, Vio merasakan ringan dan sakit di perutnya tidak kentara.
"Good job." Kata dokter.
"Thankyou, dok."
"Ya sudah, kami permisi dulu ya. Latihan dengan santai saja, kalau sudah capek, istirahatlah dan jangan di paksakan. Dan, kalau kakimu sudah merasa kuat, cobalah berjalan dengan di tuntun suami anda." Kata dokter itu ketika mendapati Argan masih berdiri sembari bersilah tangan, matanya terus mengamati Vio.
"Baiklah, dok." Kata Vio.
Dokter dan perawat itu pun mulai memergikan dirinya. Kini tinggallah Argan dan Vio di ruangan tersebut. Vio justru tidak memerdulikan Argan disana, ia terus fokus berlatih dnegan tongkatnya.
"Mama telfon ke hp kamu, kenapa tidak di angkat?" Tanya Argan.
"Hp Vio di rumah." Jawab Vio. Langkahnya terus dijalankan. Setelah menemukan tembok, tangannya melepas dari kruk kotak. Tangannya beralih meraih tembok dan mulai berjalan dengan tuntunan tembok.
"Jangan di paksakan kalau belum bisa." Kata Argan, tangannya meraih tangan Vio untuk menuntun wanita itu. Namun, Vio segera menampik tangan Argan.
"Keluar dari sini." Kata Vio.
"Aku tidak akan keluar sebelum menyelesaikan masalahmu."
Vio diam, batinnya bertanya-tanya. Masalah? Masalah apa? Ujarnya dalam hati. Ia terus memfokuskan diri berlatih berjalan. Tangannya mulai melepas dari tembok dan lengkah demi langkah ia mulai berjalan tanpa bantuan alat.
Tiba-tiba, sebuah bunyi ponsel mulai terdengar. Argan segera mengangkat telefon tersebut. Namun, ponsel itu di berikan pada Vio segera. "Mama." Kata Argan. Vio menampani ponsel itu dan mulai berbicara.
"Hallo, ma." Sapa Vio. Ia mulai mendudukkan dirinya si sofa. Nadanya sopan, tidak seperti bicara padanya saat ini.
Argan ikut mendudukkan diri di samping Vio. "Kata Argan, kamu sudah melahirkan, sayang?" Tanya suara di telephone.
"Iya sudah, ma."
"Lalu gimana kabarmu dan cucuku?"
"Vio baik-baik saja, cucu mama juga baik-baik saja hanya masih di ruang perawatan bayi."
"Ya sudah, jaga baik-baik kalian ya, sorry banget mama belum bisa pulang untuk bulan ini. Tapi Seren kata Argan mau dijemput besok."
"Ah, begitu. Iya tidak apa-apa ma. Mama dan papa jaga kesehatan disana." Kata Vio. Kemudia, suara ponsel di tutup pun berbunyi. Sembari itu, sebuah pintu dibuka mulai terdengar.
"Mama bicara apa?"
"Mama nggak bisa pulang bulan ini." Kata Vio. Matanya melihat dua orang datang memasuki ruangannya. Vio pun segeda meletakkan sebuah ponsel pada meja dengan keras. Ia segera bangkit berdiri dan menghampiri mereka.
"Tante Vivi!!!" Teriak Aysi sembari berlari menghampiri Vio. Gadis kecil itu pun mendekap tubuh Vio dengan erat.
"Hey jangan kenceng-kenceng peluknya, perut tante Vio masih sakit loh." Kata Lodia pada anaknya, Aysi.
"Tante Vi, dimana dede bayi? Aysi mau lihat." Kata Aysi. Orang-orang disana pun langsung mengedarkan tawanya.
"Dia pengen lihat anak kamu Vi, sejak kemarin merengek mau kesini." Kata Lodia.
"Aysi, debay masih diruang bayi dong." Kata Vio. Aysi menganggukkan kepalanya.
"Aysi mau lihat?" Tanya Argan.
"Mau!"
"Ayo, sama om." Ajak Argan. Argan dan Aysi pun pergi dari ruangan tersebut.
"Argan sangat mencintaimu ya, Vi."
"Tante, mau ajak Vio jalan-jalan nggak? Vio bosan disini." Kata Vio.
"Ya udah, ayo." Kata Lodia, ia mengambil kursi roda dan menyodorkan pada Vio.
Dua insan itu mulai memergikan dirinya. Berjalan menyusuri sebuah taman. "Vi, bilanglah kalau kamu merasa capek, atau kamu mau mengeluh dengan tante." Kata Lodia.
"Kenapa bilang gitu?"
"Wajah kamu pucat, kamu makan dengan benar kan di rumah sakit."
"Vio makan semuanya, Vio juga minum obatnya kok."
"Syukurlah." Kata Lodia.
"Tante, nanti kalau Vio udah boleh pulang, tante jemput Vio ya."
"Kan ada Argan, ngapain tante yang jemput."
"Vio mau pulang ke apartemen saja."
"Kenapa?" Tanya Lodia, tetapi Vio diam. "Ada masalah sama Argan?"
"Nggak. Vio mau pulang kesana saja."
"Tapi tante kira apartement mu sudah dijual."
"Vio udah beli lagi yang baru, ya walaupun tidak sebesar dulu tapi cukuplah."
Lodia mengernyitkan dahinya. Masih bertanya-tanya dalam pikirannya. Apa yang ada pikiran Vio, kenapa ia harus pulanh ke apartement kecil bahkan rumah suaminya yang besar juga ada.
*
Jangan lupa follow dan like nya ya. Thankyou all
Sedih banget bentar lagi ending🥲
Nanti jangan pada kangen2 lagi ya sama Vio kalau udah end ceritanya
[19-07-2023]
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Daddy is Mine
RomansaSebelum membaca, harap follow dulu. Thankyou🧡 --- Skandal sebuah foto yang terus beredar di sosial media itu membuat kehebohan di SMA Golden. Kemunculan foto itu tidak dapat dibantah lagi oleh Chareline Violette. Terpampang jelas wajah gadis itu da...