Bagian 56 : Siapa Vio? (17+)

897 31 4
                                    

"Ma, mama mau kemana?" Tanya Seren yang berpapasan dengan sang mamanya ketika hendak memasuki lift.

"Mau antar makanan ke Vio." Jawab Clara.

Sontak saja Seren menghentikan langkah mamanya. "Biar Seren aja, ma." Kata Seren. Karena ia yakin ayahnya semalaman tidur di kamar Vio. Tentu saja, sejak semalam pria itu belum keluar dari kamar Vio sejak kejadian hujan lebat.

"Biar mama saja, Seren sana makan."

"Nggak ma, Seren aja." Timpal Seren. Ia melanjutkan perkataannya lagi. "Mama tahu kan kalau Seren teman Vio. Seren mau bicara sama Vio juga nih, ada hal yang perlu dibicarakan."

Clara menghela nafasnya, "Oke deh. Tapi jangan buat Vio tambah sakit lagi ya."

"Siap mama!" Ucap Seren. Ia mengambil nampan di tangan Clara dan segera beranjak pergi dari hadapan mamanya.

Ia mulai beranjak menuju lantai tiga. Setelah sampai disana, ia mengetuk berulang kali pintu itu. Akhirnya sekian lama ketukan itu, seorang pria membuka pintunya. Seren tampak kesal pada sang ayah karena lama membuka pintu itu.

"Om Argan, siapa?" Tanya Vio.

"Seren." Jawab Argan. Seren hanya menyerahkan nampan berisi makanan sembari menatap Argan dengan tajam. "Beraninya kamu menatap ayah seperti itu." Kesal Argan.

"Buat mumsy bukan buat ayah."

"Well, thankyou anak ayah."

"Thankyou, Se." Kata Vio, melongokkan wajahnya lewat sela-sela tubuh Argan.

"Nggak papa, kan? Semalem___"

"Nggak papa, Se." Jawab Vio.

"Udah? Kalau udah, pergi sana." Perintah Argan. Namun, Seren menengadahkan tangannya.

"Tadi Seren bohong sama mama, kasih bonus dong udah bantu ayah."

Argan menghela nafasnya, "Nggak ada bonus-bonusan."

"Ayah...," rengek Seren. Kemudian beberapa lembar uang mendarat pada tangan Seren. "Belanja sesukamu."

Seren tersenyum, "Thankyou mumsy, mumsy emang terbaik. Ayah ter-bad pokoknya."

Tawa mereka pun beredar. "Aku pergi dulu mumsy. Bye ayah jahat." Pamit Seren, ia pun segera pergi menuju lift.

"Anak siapa dia?"

"Anakmu, anakku, temen aku juga." Ucap Vio, tangannya meraih nampan di tangan Argan. Lain dengan tangan Argan yang justru meraih puncuk kepala Vio dan mengacak-acaknya. Mereka pun masuk lagi kedalam kamar.

"Sana berangkat bekerja dan jangan lama-lama di kamar Vio. Vio takut Clara liat kita."

"Kamar gue Vi."

"Kamar kita. Kesel deh sekarang kok jadi rebutan kamar." Kesal Vio, memberikan jas pada Argan. Argan terkikik, "Gemes." Ucap Argan sembari meraih kedua pipi Vio. Pria itu pun segera mengeluarkan diri dari kamarnya.

*

"Argan, aku ingin bicara." Kata Clara sembari berdiri di ambang pintu ruang kerja Argan.

"Masuklah, ra." Kata Argan. Terus berkutat dengan berkas-berkasnya. Clara pun masuk kedalam, pintu tebal itu ia tutup dengan rapat. Wanita itu langsung mendudukkan dirinya di depan Argan.

"Argan, aku mau tanya, sepuluh tahun lalu setelah kecelakaan kenapa aku di anggap sudah meninggal?" Tanya Clara, Argan pun mengangkat kepalanya.

"Waktu itu kebakaran terjadi, lalu mereka menyatakan kamu ikut terbakar dalam mobil tersebut."

"Apa kamu sedih saat aku meninggal?"

"Kenapa bertanya seperti itu? Tentu saja, ra."

Clara tersenyum. Matanya mengerjap menatap mata tajam Argan. "Argan, kecelakaan itu sudah lama, kan. Sudah sepuluh tahun."

"Dalam sepuluh tahun itu, aku rasa perasaan bisa berubah juga. Em, apa kau pernah berpikir untuk menikah lagi? Atau kamu sudah menjalin hubungan dengan wanita lain?" Tanya Clara, sedangkan Argan mulai diam daj berhenti dari pekerjaannya.

"Argan, kamu bisa jujur padaku."

"Clara, berhenti membahas hal tersebut." Kata Argan, ia membangkitkan dirinya dari kursi. Argan ingin saja mengatakan sejujurnya, membongkar siapa Vio. Namun, ia tidak memiliki tekat untuk menyakiti wanita itu.

"Argan, katakan." Kata Clara, tetapi Argan tidak memedulikan wanita itu. Ia terus berjalan menuji pintu.

"Siapa sebenarnya Vio?" Tanya Clara. Tangan Argan menghentikan dirinya menarik pintu ruang kerjanya. "Aku rasa semalam kamu tidur di kamarnya."

"Clara," timpal Argan, pria itu membalikkan dirinya.

"Dan, aku rasa, kamu juga sangat peduli dengannya. Saat hujan kemarin, bahkan saat Vio tidak ada dirumah dan kamu juga tidak ada di rumah."

"Clara, hentikan kata-kata mu." Ucap Argan dengan tegasnya. Matanya menatap Clara yang tengah memalingkan wajah darinya. Argan yakin jika wanita itu menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Kamu hanya perlu menjawabnya saja Argan, siapa Vio?"

Argan tidak langsung menjawab pertanyaan Clara, pria itu berjalan mendekat ke arah wanita itu. Ia pun langsung berjongkok di depannya. Tangannya meraih tangan Clara, membuat Clara memejamkan mata dan mengalirkan air mata ke pipinya.

"Clara, kamu bahkan sudah dengar dari Vio sendiri saat itu. Vio keponakan temanku."

"Aku tidak percaya dengan kata-katanya. Semuanya terasa janggal."

Argan menghela nafasnya, Clara akan terus berusaha mencaritahu siapa Vio sebenarnya. Tapi dirinya tidak berani memaparkan Vio sebagai istrinya dulu sebelum ia bertemu Cloe.

"Kalau kamu menganggap Vio orang yang baik, kenapa kamu meragukan dia?" Tanya Argan. Clara hanya diam, ia justru memalingkan wajahnya lagi dari tatapan Argan.

"Cloe akan pulang minggu depan."

"Mm,"

"Ya sudah, aku berangkat bekerja dulu." Kata Argan, ia pun bangkit berdiri. Tangannya mengacak-acak rambut Clara sembari terenyum.

"Argantha, apa kamu masih mencintaiku?" Tanya Clara. Wajahnya mendongak, matanya berani menatap wajah Argan. Clara tersenyum, lain dengan Argan yang memudarkan senyumnya.

"Benar, jangan di jawab, aku sudah tahu semuanya." Lanjut Clara. Tangannya menarik dasi Argan sampai pria itu mencondongkan wajahnya.

"Aku merindukanmu Argan." Ucap Clara, bibirnya pun menyentuh bibir Argan. Pria itu tidak mengelak, ia pun merindukan Clara. Pernikahan yang hanya berjalan beberapa bulan itu, tiba-tiba saja lenyap ketika kecelakaan sepuluh tahun lalu itu terjadi.

Clara semakin memanas, lain dengan Argan yang terus bersikap tenang. Rasa gejolak di hatinya seperti ada yang tidak terima dengan perlakuannya saat ini. Argan tahu jika ia memikirikan Vio saat ini, ia yakin Vio tidak akan terima melihat mereka berdua.

Namun, Argan menepis perasaan itu, ia kini membiarkan Clara mencium dirinya. Hanya sebentar, pria itu pun melepaskan ciumannya karena dering ponselnya mulai berbunyi. Pria itu membangkitkan dirinya dan meraih ponselnya di atas meja.

"I'am sorry Clara." Kata Argan menolehkan wajahnya pada Clara yang terus menunduk. Wanita itu tengah tersipu malu, sudah berpuluh tahun ia baru merasakan kehangatan Argan lagi.

Pria itu memergikan dirinya dari hadapan Clara, ia mengeluarkan dirinya dari ruang kerjanya. "Apa?! Gila, kenapa kita yang harus di mintai kompensasi?!" Kejut Argan menanggapi sebuah suara di telephone nya.

"Oke, aku akan segera kesana." Kata Argan, pria itu menutup telephonenya.

*

Mauu nangis
Ga rela banget kalau punya suami main kiss sama wanita lain huu

[31-07-2023]

Your Daddy is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang