Bagian 49 : Om Argan? (17+)

1K 36 10
                                    

Buat nemenin malam minggu kalian nih... Ada om Argan yang siap mengombang-ambing kalian haha
Sabar-sabar ya sama om Argan

---

Dua puluh empat jam berlalu setelah dokter memberitahu jika Logan sudah kembali ke keadaan yang normal. Vio dan Argan pun mulai merasa lega. Terlebih lagi, Logan pun sudah menuju ruang rawat bayi lagi.

"Ayo sayang, kita pulang." Ajak Argan, tetapi Vio tetap diam, ia terus mengamati seorang bayi yang tengah memejamkan mata di dalam box bayi. "Sayang, are you okey?" Tanya Argan, sentuhan tangan Argan yang mendarat pada telapak tangannya pun membuat Vio tersadar.

"Ayo pulang, besok kita jenguk Logan lagi."

"Kamu yakin Logan baik-baik saja disini?"

"Sure, dokter dan perawat akan menjaga Logan."

Sekali lagi, Vio menoleh pada sang anaknya. "Aku tidak akan memaafkan siapapun jika tidak menjaga anakku dengan baik." Tekan Vio.

"Hm, aku pun." Kata Argan. Vio melepas tangan Argan dan berjalan mendahului suaminya. Argan pun siap mengikuti langkah istrinya pergi.

*

Tidak lama perjalanan mereka akhirnya mobil di hentikan oleh Argan. Vio yang sedari tadi memejamkan mata pun kini membuka matanya, ia mulai berkeliling mengamati halaman rumah tersebut.

"Argan kenapa kesini?" Tanya Vio.

"Rumah kita disini, kan. Memang dimana lagi?"

"Bawa Vio ke apartement atau kerumah tante Lodya saja, Argan."

"Kenapa, hm?" Tanya Argan membuat Vio bingung dengan kesantaian Argan. Pria itu melepas sabuk pengaman yang Vio kenakan. Wajah mereka pun bertemu lagi. "Apa karena ada Clara?" Tanya Argan.

Vio menghela nafasnya dengan kasar. "Ya karena sudah aku tebak kamu akan membawanya kesini."

"Cepat turunlah, rumahmu disini."

Vio hanya diam. "Semuanya akan baik-baik saja sayang." Kata Argan. Vio pun memalingkan kepalanya. Wanita itu segera menurukan dirinya dari dalam mobil. Langkahnya pun berjalan menuju pintu rumah. Argan segera menyusul sang istrinya.

"Vio," kaget Seren yang berpapasan di sebuah lift. Vio hanya tersenyum, kemudian Argan menyusul Vio berada.

"Vio, kamu disini?" Tanya Clara.

"Kak Clara juga disini?" Tanya Vio, sebenarnya ia tahu Clara adalah istri Argan. "Rumah kakak disini?"

"Iya Vi, terimakasih ya. Aku sangat berhutang budi denganmu."

"Tidak apa-apa kak Clara."

Kemudian, seorang pria berjalan menghampiri mereka. "Argan, dari mana saja?" Tanya Clara.

Belum sempat Clara menjawab, Vio sudah menjawabnya terlebih dahulu. "Om Argan tadi jemput Vio." Jawab Vio. Sontak saja semua orang disana mengernyitkan dahi mereka.

"Kebetulan Vio tinggal disini beberapa bulan karena tante Vio sedang di luar negeri, kak."

Clara menganggukkan kepalanya. "Tinggalah disini sesukamu, Vi. Aku tidak bisa membalas apapun lagi untukmu."

Vio tersenyum, "Sepertinya kamu sudah melahirkan, dimana anak kamu?"

"Masih di rumah sakit, kak. Vio melahirkan belum pada waktunya jadi anak Vio perlu perawatan dulu."

"Ya sudah, Vio masuk ke kamar dulu ya, kak." Pamit Vio. Wanita itu langsung berjalan melewati Seren dan Clara. Ia mulai masuk kedalam lift. Sebelum pintu lift itu di tutup, mata Vio bertemu dengan mata Argan yang menatap tajam dirinya.

"Argan, dia Vio yang menyelamatkan aku." Kata Clara.

"Ayah," panggil Seren yang mengetahui Argan tidak mendengar perkataan Clara.

"Apa, Se." Kesal Argan.

"Apa kalian selalu seperti ini? Selalu bertengkar." Tawa Clara di edarkan membuat Seren kikuk. Lain dengan Argan yang menyunggingkan senyumnya saja.

"Argan, bersih-bersihlah, setelah itu turun dan ikut makan malam ya."

"Oke, kalian duluan saja."

"Oke, Argan."

Setelah itu, Argan memasukkan dirinya kedalam lift. Ia tidak sabar ingin bertemu dengan Vio. Memprotes semua ucapan yang baru saja Vio lontarka di depannya.

Argan memasuki kamarnya, tentu saja langsung mendapati Vio yang tengah mendudukkan dirinya di atas sofa. Sembari meringkuk, matanya terus menatap layar ponselnya. Argan pun sigap meraih ponsel Vio dan memasukkannya kedalam saku celana.

"Argan!" Kaget Vio. Wajahnya mendongak menatap Argan yang berdiri di depannya. "Argan kembalikan hp Vio dan keluarlah dari sini." Kata Vio.

Argan tidak mengeluarkan diri dari kamar, ia justru mendudukkan dirinya di samping Vio. "Apa yang kamu bicarakan tadi, Vi. Gila ya." Kesal Argan.

"Hm, Vio gila." Jawab Vio. Argan menghela nafasnya dengan panjang. "Keluarlah dari sini, Argan. Aku nggak mau Clara melihat kamu disini." Lanjut Vio sembari bangkit dari sofa. Namun, sebuah tangan meraih pergelangan tangannya. Tangan itu menarik tubuh Vio sampai ia terjatuh di pangkuan Argan.

"Argan, lepas." Ronta Vio.

"No." Tekan Argan.

Vio terus meronta tetapi tangan Argan kuat menahan gadis itu untuk tetap diam di pangkuan suaminya. "Argan, lepasin Vio." Oceh Vio.

Buliran bening mulai muncul jatuh ke pipi Vio. Ia pun menyerah. Wajahnya ia palingkan agar wajahnya yang menangis itu tidak terlihat oleh Argan. Argan melepas tangannya, Vio tidak berontak. Tangan Argan kini beralih meraih wajah Vio untuk menghadap padanya.

"I'm sorry, sayang. Seharusnya aku bercerita tentang Clara sejak pertama kita bertemu."

"Semuanya sudah terlanjur, Argan. Nasi sudah jadi bubur."

"I know. But, aku sangat menyayangimu Vi."

Kata-kata Argan membuat tangis Vio kian menjadi. Argan pun menarik Vio kedalam pelukannya. Vio membenamkan wajahnya pada pundak Argan.

"Don't cry." Kata Argan menenangkan Vio.

Selang beberapa detik, Vio menyudahi aksi menangisnya. Ia melepas dekapannya, mereka pun kini saling bertatapan. "Argan, Maaf kalau kamu kecewa sama Vio. Vio nggak bermaksud menyembunyikan Clara dan mengubah dia menjadi Clavita. Vio juga nggak tahu kalau Clara istrimu. Maaf Argan."

"Argan, maafin Vio. Maaf Argan." Kata Vio. Tangan mungilnya menyeka air mata yang berjatuhan di pipinya.

"Aku selalu memaafkanmu, sayang." Kata yang terlontar di bibir Argan, pria itu pun menyunggingkan senyumnya sembari menyeka pipi Vio yang basah.

"Sudah jangan menangis lagi sayang." Kata Argan, sangat sopan. Bibirnya pun tersenyum membuat Vio ikut menyunggingkan senyumannya.

Mata Argan muali melihat bibir Vio yang pucat. Ia sangat merindukannya, sangat. "I'am sorry kemarin aku mencium Clara. Aku hanya kira waktu itu kamu, sayang." Batin Argan, bibirnya pun mulai mendekat dan melumat bibir Vio dengan lembutnya.

Tidak lama, Vio segera memundurkan wajahnya. "Sudah Argan, aku ingin istirahat."

"Baiklah, istirahat dan besok kita jenguk Logan."

Vio menganggukkan kepalanya. Argan pun siap mengangkat tubuh istrinya. Di rebahkan tubuh wanita itu di ranjang. Bibir Argan mengkecup puncuk kepala istrinya.

"Jangan tidur di sini, Argan. Aku takut mengecewakan Clara, dia baru saja sadar dari komanya, pasti akan menyakitkan jika tahu kamu tidur denganku"

"Hm baiklah, kita akan memberitahu perlahan." Kata Argan, ia mengkecup kening istrinya lagi. "Good night, dear." Kata Argan, ia pun bangkit berdiri dan memergikan dirinya keluar dari kamarnya.

*

Gilaaa si Argan!

[22-07-2023]

Your Daddy is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang