Bagian 19 : Aneh

1.4K 48 2
                                    

Pagi itu, seorang gadis sudah membuka matanya dengan perlahan. Tanganya mencari sakelar lampu dan Ia mulai mencari jam di ponselnya. Masih tertera pukul tiga pagi, tetapi tenggorokannya yang begitu kering ingin ia basahi. Segera wanit itu pun mengambil air minum di dapur.

Setelah itu ia pun mengembalikan dirinya ke kamar lagi. Ia mulai merebahkan dirinya di samping suaminya. Kini ia mulai mengamati wajah suaminya dengan lekat-lekat. Perasaan bersalah setelah membuang amarahnya pada suaminya pun muncul.

"Argan, maafin Vio kemarin." Gumam Vio. Tangannya membelai rambut Argan yang beantakan.

Pria itu tiba-tiba saja tergugah. Kamarnya yang menyala pun membuat matanya mulai membuka. Vio pun sigap menari tangannya. "Sayang, kamu sudah bangun? Jam berapa?" Tanya Argan.

"Baru jam tiga. Tadi Vio kebangun, tidur lagi saja." Jawab Vio.

"Aku kira sudah siang."

Vio mengedarkan senyumannya, "Argan, maafin Vio kemarin ya. Vio marah-marah nggak jelas. Vio marahin kamu tanpa sebab. Vio minta maaf." Kata Vio. Wanita itu pun mulai mendekat pada tubuh Argan dan memeluk tubuhnya.

"Aku maafin, sayang. Jangan ulangi lagi, aku takut liat kamu marah." Kata Argan. Sebuah kecupan singkat pun mendarat pada kepala Vio. Gadis itu mulai mendongak menatap wajah Argan.

"Argan, kamu tetap jadi milikku, kan?"

Argan tersenyum, "Tentu, kamu sitriku, sayang." Jawab Argan. Tatapan mereka pun tidak bisa lepas. Vio yang mengedarkan senyumnya membuat Argan mengkecup singkat bibir Vio.

"Sayang, aku merindukanmu." Kata Arga. Kecupan pada bibir Vio pun menadarat lagi, kini terus semakin memanas.

*

Satu minggu sudah berlalu dengan kesibukan baru Vio yang menajadi seorang model di Li Departement. Seorang pria terus mengagumi setiap penampilan Vio di setiap berbagai gaya. Namun, pria itu masih bertanya-tanya. Kenapa istrinya tidak meminta maaf pada Cloe, bahkan ia bersikap dingin di hadapan gadis itu. Argan sempat bertanya pada Seren, gadis itu hanya menjawab jika Cloe dan Vio hanya beradu mulut saja.

Lamunan Argan buyar ketika seorang wanita mulai berbicara dengannya. "Pak Argan, ini memang permintaan yang tidak seharusnya, tapi bisa bapak coba berdiri di samping nona Vio." Ucap Maura. Kepala Departemen Li.

Argan pun menyetujuinya dengan berjalan menghampiri seorang wanita yang mengenakan A-line dress black. "Nona, coba anda berposa dengan pak Argan."

"Kenapa kamu ikut-ikutan."

"I don' know."

Vio pun mulai merangkul leher Argan. Berpose seperti akan berciuman itu membuat wajah mereka saling mendekat. Mata Argan pun tidak lepas dengan bibir Vio. Sebuah dorongan pun membuat wajah Argan semakin mendekar. Namun, Vio siap memalingkan wajahnya.

"Jangan coba-coba cium Vio disini." Bisik Vio, kini Argan justru mengalungkan tangannya pada pinggang Vio dan mengangkat tubuh wanita itu.

"Argan, ini keterlaluan." Kesal Vio. Senyum mereka pun merekah.

"Oke, good job. Cocok sekali." Puji Maura.

"Maura, jangan pernah ambil job couple untuk istri saya."

"Baik, pak." Jawab Maura. Argan pun menurunkan Vio. Wanita itu mulai mendekat ke arah juru kamera dan mulai melihat hasil jepretannya.

"Kirim saya, kak." Bisik Vio. Pria berambut pirang itu pun mengiyakannya.

"Apa sudah selesai?" Tanya Argan.

"Untuk jadwal hari ini sudah selesai, pak."

"Oke, saya bawa istri saya pulang." Kata Argan yang langsung menarik tangan Vio. Gadis yang masih setia melihat gambar-gambarbya di balik camera.

"Kak Audry jangan lupa kirim." Kata Vio sembari berjalan mengikuti Argan.

"Argan, mau kemana?" Tanya Vio. Mereka pun mulai masuk kedalam lift.

"Kau mau kemana? Mau jalan-jalan? Aku free hari ini." Kata Argan. Tiba-tiba sebuah jas mendarat pada pundak Vio.

"Vio mau nonton bioskop."

"Bioskop bisa nonton dirumah."

"Nggak, Vio mau nonton di bioskop dekat sini. Rasanya beda, nonton dirumah itu sepi." Jelas Vio. Sembari memasang sepatu putihnya. Tangannya mulai mengambil Gianvinto Rossi heels dan menentengnya.

Mereka mulai mengeluarkan diri dari lift. "Sebenarnya aku malas ketempat seperti itu, tapi aku akan menuruti permintaanmu kali ini." Kata Argan.

"So sweet." Puji Vio. Senyuman Argan pun mengembang.

"Hanya ke bioskop saja?"

"Entahlah, Vio hanya pengen ke bioskop saja."

Mereka mulai masuk kedalam mobil. Memasang safety belt nya dan mereka pun mulai pergi dari Li Departement. "Kapan-kapan, ajari Vio menyetir ya." Pinta Vio.

"Ah, aku takut kamu menabrakkan mobilku, Vi."

"Tidak akan."

"Well, nanti kalau ada waktu senggang kita latihan."

Senyum pun terpancar pada wajah Vio. Lima menit perjalanan sudah berlalu, sebuah mobil sudah masuk kedalam bassement. Sebuah biospok besar dengan tiga lantai itu memang tidak jauh dari Li Departement.

"Mau nonton film apa?" Tanya Vio.

"Terserah, kamu yang mau nonton."

Vio hanya memicingkan matanya. Wanita itu meninggalkan Argan yang tenagh duduk di bangku tunggu. Wanita itu mulai berjalan menuju pembelian tiket. Sebenarnya, tidak ada film yang begitu ingin di tontonnya. Namun, hari ini Vio hanya ingin pergi ke bioskop bersama Argan.

Setelah Vio membeli tiket, ia pun mulai kembali pada sang suaminya. "Film apa?" Tanya Argan.

"Action."

"Yang romantis nggak ada?"

"Ada, tapi Action saja lebih seru." Jawab Vio. Gadis itu mendudukkan dirinya di samping Argan. Tangan kanannya memegang sebuah cup berisi ice latte. Sesekali Vio menyodorkan pada Argan, pria itu pun menyedot minuman milik Vio.

"Sayang, lucu ya." Ucap Vio ketika melihat majalah dengan gambar photoshoot keluarga. Argan justru tertawa.

"Itu iklan."

"Bagus, kan. Satu keluarga photoshoot gini. Lihat coba Argan, gaya bayinya." Kata Vio terkagum dengan bayi wanita yang berpose.

"Sayang, sepertinya kamu ada yang aneh. Mood kamu lagi baik." Bisik Argan.

"Apasih." Kesal Vio, ia justru menyingkirkan wajah Argan menggunakan kepalanya. "Ayo masuk, sayang." Ajak Vio, tangannya menarik Argan dan mereka pun masuk kedalam studio bernomor 1.

*

Your Daddy is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang