Bagian 51 : Apartement siapa? (17+)

700 34 5
                                    

Seorang wanita tengah berjalan menyusuri danau. Rambut panjangnya sift dress yang ia kenakan terus berkibar tertiup angin. Langkahnya berjalan dengan santai dengan di ikuti oleh seorang pria yang berjalan satu meter di belakangnya.

"Sayang, ayo pulang, sudah hampir malam." Kata Argantha Liem.

"Kamu pulang saja dulu, Vio masih mau disini." Jawab Chareline Violette. Wanita itu terus berjalan, Argan pun terus mengikutinya. Matanya terus mengamati istrinya, Argan tahu Vio sangat kecewa dengan kebenaran Clavita adalah Clara.

"Sayang," panggil Argan, langkahnya menyusul Vio dan tangannya meraih pergelangan tangan istrinya. Di tariknya istrinya menuju parkiran begitu saja.

"Argan, kemana? Vio masih pengen jalan-jalan."

"Sudah sejak sore kamu terus berjalan-jalan, sayang. Kamu tidak capek?"

"Tidak, Vio tidak capek sama sekali." Kesal Vio, tangannya terus berusaha melepas dari tangan Argan yang terus menarik pergelangan tangannya.

Argan menghela nafasnya, ia memasukkan Vio kedalam mobil. "Kita pulang." Kata Argan. Menutup pintu mobil dan ia pun segera beranjak ke tempat kemudi. Ia mulai memasang safety belt untuk Vio dan dirinya.

"Argan, Vio mau kita pisah." Ucap Vio. Argan pun tercengang, ia mematikan lagi mesin mobilnya.

"Apa yang kamu bicarakan?"

"Vio mau kita pisah." Jelas Vio.

"Kita tidak akan berpisah." Jelas Argan kali ini. Ia menancapkan mobilnya pergi dari danau. Vio pun hanya diam, pasrah dibawa oleh Argan. Entah kemana, tapi Vio sangat yakin jalanan yang ia lalui bukanlah jalanan menuju rumahnya. Jalanannya sangat ramai dan melintasi gedung-gedung besar.

Tidak lama kemudian, mobil Maserati itu memasuki basement gedung tinggi. Setelah memarkirkan mobil itu, Argan langsung menurunkan dirinya dari dalam mobil. Lalu, ia membukakan pintu untuk sang istrinya.

"Ayo turun." Kata Argan. Vio yakin pria itu kesal pada Vio, tertera jelas pada ucapan dan tatapannya.

"Kemana?" Tanya Vio. Argan tidak menjawab, ia hanya menengadahkan tangannya di depan Vio. "Aku mau pulang Argan, antar aku kerumah tante Lodya." Kata Vio.

Argan mencebikkan bibirnya, ia menarik safety belt Vio dan menarik tangannya wanita itu lagi. "Argan, kita kemana?" Tanya Vio. Namun, Argan tetap sama, ia tidak menjawab pertanyaan sang istrinya.

Vio pun hanya bisa pasrah menuruti Argan membawanya masuk kedalam gedung. Mereka mulai berjalan memasuki lift dan Argan menekan angka 23 disana.

Vio melirikkan matanya pada sang suaminya, pria itu tetap diam dan terus menghadap depan. Keheningan di dalam lift pun terus terasa membuat hati Vio semakin teriris.

Lama, perjalanan menuju lantai 23 itu membuat Vio ingin segera keluar dari sana. Matanya mulai berkaca-kaca, ia pun segera mengedipkan matanya berulang kali.

Kali ini, Vio menghela nafas leganya. Pintu lift terbuka dan Argan mulai membawanya menuju salah satu pintu bernomor 1357. Mereka mulai masuk kedalam dan sebuah apartement mewah terpancar di mata Vio.

Argan menarik tangan Vio untuk mengikutinya, mereka menaiki tangga apartemen dan ditujunya ke sebuah kamar. "Malam ini kita tinggal disini dulu." Kata Argan sembari melepas tangannya dari pergelangan tangan Vio.

"Aku mau pulang, Argan." Kata Vio, ia berjalan menuju pintu kamar, tetapi pintu itu tidak bisa dibuka. Tentu saja sudah dikunci oleh Argan, karena sangat yakin jika Vio akan membuka pintu kamar dan meminta pulang.

Argan mulai mendudukkan dirinya di pinggir ranjang. Kemudian, ia mulai berbicara. "Mari kita bicara." Kata Argan. Vio pun menghentikan aksinya yang terus berusaha membuka pintu kamar.

"Apa yang perlu di bicarakan, Vio cuma mau pulang."

"Argan, cepat buka pintunya!" Kesal Vio.

"Chareline Violette!" Gertak Argan, Vio pun diam terpaku. Gertakan Argan mampu membuat Vio tidak bisa berkutik sama sekali. "Aku akan menarik semua perkataanmu tadi, kita tidak akan pernah berpisah. Ingat Logan." Kata Argan, sebulir air mata mulai jatuh pada pipi Vio tetapi Vio segera menghapusnya.

"Aku sudah tahu semuanya," kata Argan, Vio pun sontak mengangkat kepalanya dan membalikkan badannya menatap punggung Argan yang tampak dari samping.

"Kau merawat Clara karena setelah Clara bangun dia akan menjadi saksi di persidangan ayahmu, kan." Lanju Argan.

"Tapi semuanya sudah terlanjur, sidang sudah berakhir sepuluh tahun lalu, tapi kenapa kau masih merawat dia sampai sembuh?" Tanya Argan. Vio tetap diam. Argan pun mulai menolehkan kepalanya, menatap mata Vio dan mulai angkat bicara kembali. "Apa kau membuka kasus ayahmu lagi?"

"Benar." Ucapan singkat yang terlontar di bibir Vio. Argan menghela nafas panjangnya. "Karena Vio yakin, ayah tidak bersalah."

Argan memutar tubuhnya sehingga mereka pun saling berhadapan. "Jadi kamu menuduh siapa? Bukankah kamu waktu itu masih kecil? Ah, tujuh tahun, kan."

Argan meremehkan Vio lagi, "Benar, aku memang masih kecil, tapi aku tahu jika ayah tidak bersalah." Jelas Vio.

Argan tertawa, "Tapi sudah jelas semua bukti mengarah pada ayahmu, Vi."

"Ya benar, semua bukti tertuju pada ayahku. Orang yang tidak bersalah, tapi dituduh bersalah dan dimasukkan ke penjara." Emosi Vio mulai menjadi.

"Dan...," Langkah Vio mulai mendekat pada Argantha Liem. Sangat berani sampai sekarang sudah berdiri di depan pria itu.

"Dan semua ini karena kamu." Ucap Vio, tangannya menarik kerah kemeja Argan. "Semua karena kamu Argan! Semua karena kamu!" Teriak Vio.

"Hidup Vio hancur, Vio kehilangam satu-satunya keluarga yang Vio punya!" Lanjut Vio tangisnya menjadi. Tangannya melepas dari kerah Argan.

"Vio yang dulu sangat membenci kamu Argantha Liem. Asal kamu tahu, Vio masuk Li Departement itu hanya buat balas dendam ke kamu. Vio ingin hidupmu hancur seperti hidup Vio dulu." Cerocos Vio, buliran benging mulai menetes di pipinya.

"Tapi, tapi semakin lama Vio nggak bisa." Lanjut Vio, air matanya mulai deras. Wanita itu akan jatuh tersungkur ke lantai, tetapi Argan siap memapah wanita itu. Di dudukkannya Vio pada pinggir ranjang. Amarah pria itu pun kembali mereda, sangat tidak bisa ia melihat Vio marah dan menangis.

"Sayang,"

"Maaf Argan, Vio sangat mencintaimu." Ucap Vio dalam tangisnya.

"Yaa, aku juga sangat mencintaimu, sayang." Ucap Argan. Mendekap Vio dengan erat. "Don't cry." Lanjut Argan.

Tangannya terus membelai kepala dan punggung Vio. Sebegitunya menyakitkan bagi Vio sampai wanita itu menangis seperti ini, pikir Argan. Hampir saja ia ikut menumpahkan air matanya tetapi segera ia tahan.

Lama, setelah tenang, Vio melepas dekapan Argan. "Apartement siapa ini?" Tanya Vio.

"Aku, beli beberapa hari lalu."

"Jangan beli yang nggak perlu banget, Argan." Kata Vio. Ia bangkit berdiri dan segera merebahkan dirinya. "Aku mau istirahat dulu satu hari saja disini." Lanjut Vio.

Argan pun ikut merebahkan dirinya di samping Vio. Tidak, dia justru mendekap Vio dari belakang. "Sehari, atau berhari-hari pun tidak apa sayang." Vio diam dan tidak menanggapi ucapan Argan, mungkin sudah tenggelam dalam tidurnya.

"Seharusnya kamu tidak perlu mencintai pria sepertiku. Benar, kan." Lirih Argan, bibirnya mengecup puncuk kepala istrinya.

*

Ga usah dicintai aja lo Argan. Bisa-bisanya dulu suka sama bocah seumuran sama anak lo. Haduhhh pusing

[23-07-2023]

Your Daddy is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang