Malam itu setelah bertengkar dengan istrinya, Argan memergikan dirinya dari ruangan istrinya begitu saja. Pria itu terus berjalan sampai ia menuju ruang Lavender. Tenth saja jika bukan ke ruangan Clara berada.
Pria itu mulai membuka pintu, sesimpul senyum menyapa Clara yang tengah mendudukkan dirinya. "Aku sudah mengemasi barang-barangku, Argan." Kata Clara. Sebuah tas jinjing hitam sudah rapi tergeletak di atas meja.
"Baiklah. Mari kita pulang."
"Aku tidak sabar melihat keluar sekarang." Ucapnya. Ia pun beranjak dari duduknya. Argan pun meraih tas hitam itu dan mereka mulai berjalan beriringan.
"Apa kamu sesenang itu?"
"Iya, aku senang. Sangat senang."
"Em, Seren akan kembali besok pagi."
"Pasti dia sudah besar, kan?"
"Tentu saja."
Clara terus mengedarkan senyumannya terus menerus sepanjang perjalanan menuju parkiran. Matanya terus berkeliling melihat-lihat tempat yang baru ia lihat.
"Kamu sudah makan?" Tanya Argan, membuka pintu mobil dan Clara pun masuk kedalam.
"Aku sudah. Kamu?"
"Ya, aku sudah makan dirumah." Jawab Argan. Ia mulai berjalan menuju tempat kemudi.
Clara memiringkan badannya, matanya mengamati wajah Argan. "Tapi wajahmu kelihatan sedang lesu banget Argan. Kamu istirahat dan makan dengan betul kan?"
"Jangan khawatirkan aku, khawatirkan dirimu saja yang baru pulih dari koma yang lama."
"Aku sudah baik-baik saja." Jawab Clara. Tiba-tiba, suasana pun hening. Clara yang terus mengamati jalanan sampai ia pun tertidur.
*
Sesampainya dirumah, Argan tidak tega membangunkan Clara. Ia pun membopong Clara untuk masuk kedalam kamarnya. Sopirnya bahkan Miss Rini yang melihat mereka pun terkejut melihat wanita yang digendong Argan adalah Clara.
"Aku tahu kalian penasaran, kita bicara nanti." Kata Argan sebelum melanjutkan jalannya menuju lantai dua.
Sesampainya di sebuah kamar, Argan pun merebahkan Clara di atas ranjang. Matanya mengamati wajah Clara yang masih sama seperti dulu, tidak berubah. Argan menyunggingkan bibirnya.
"Sepuluh tahun lalu, sepertinya aku baru menyadari setelah kamu tidak ada." Ucap Argan. Bibirnya mengkecup dahi Clara.
"Maaf dan terimakasih." Lanjutnya.
Clara membuka matanya membuat Argan pun terkaget. Terlebih lagi, tangan Clara menangkup wajahnya. "Maaf sudah menghilang lama, kamu jadi hidup sendiri dan mengurus Seren sendiri."
"Tidak apa. Aku baik-baik saja bukan sampai sekarang, bahkan Seren juga sudah besar."
"Kamu hebat."
Senyum Argan mengembang, giginya pun terlihat. Tiba-tiba, kepala Clara mengangkat, bibirnya mengkecup bibir Argan. Pria itu terkaget lagi dan senyumannya pun pudar.
Tidak ada pembalasan dari ciuman Argan. Clara pun mulai memperdalam ciumannya. Tiba-tiba, tangan Argan meraih kepala Clara yang terangkat untuk sebagai tumpuan. Selang beberapa detik setelah Clara memperdalam ciumannya, Argan pun mulai melumat bibir Clara. Bibir sepuluh tahun yang lalu mungkin lebih, ia merasakannya kembali.
Argan meletakkan kepala Clara di atas bantal. Tangannya mulai membelai wajah Clara dan leher Clara. Ciuman yang semakin panas itu pun menbuat Clara menebar debaran jantungnya. Tangannya pun ikut meraih tubuh Argan bahkan meremasnya.
Ciuman Argan mulai turun pada leher Clara. Clara pun mendesah, sudah lama ia tidak merasakan ini. Bahkan, saat dirinya setelah melahirkan. "Argan...," Ucap Clara.
Argan pun menghentikan aksinya. Ia mengangkat kepalanya lalu mereka slaing bertatapan. "I'am sorry, ra." Kata Argan.
"Kenapa minta maaf?" Tanya Clara. Pria itu sudah bangkit berdiri.
"Aku lupa harus menyelesaikan urusan kantor malam ini. Kamu tidurlah, aku pergi sekarang ya." Kata Argan. Ia meraih handle pintu dan segera pergi dari kamar Clara.
Pria itu terus berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai tiga. Lain dengan Clara yang terus tersipu malu di kamarnya.
*
Argan mulai masuk kedalam kamarnya. Mulai masuk kedalam kamar mandi dan membersihkan dirinya. Tidak lama, hanya beberapa menit saja ia sudah selesai dengan mandinya.
Setrlah itu ia mulai menenggelamkan dirinya di atas ranjang. "Vio...," Ucap Argan, sembari menatap ponsel Vio yang berdering di atas nakasnya. Argan menghela nafasnya, ia lupa jika ponsel Vio tertinggal di rumah.
"Chareline Violette," gumam Argan. Matanya terus mengamati foto istrinya di ponsel. Sembari menahan nafsunya yang sudah meledak-ledak.
"Sepertinya aku memang merindukanmu." Ucap Argan lagi, tawa kecilnya beredar. "Tapi kenapa kamu seperti itu denganku. Aku benci lihat wajahmu seperti itu." Lanjut Argan lagi. Wajahnya ia benamkan pada bantal.
*
Hayolo kangen kan lu sama Vio
HAHABonus double up hari ini
Btw part nya dikit dulu yaa
See u next time gengs[19-07-2023]
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Daddy is Mine
RomanceSebelum membaca, harap follow dulu. Thankyou🧡 --- Skandal sebuah foto yang terus beredar di sosial media itu membuat kehebohan di SMA Golden. Kemunculan foto itu tidak dapat dibantah lagi oleh Chareline Violette. Terpampang jelas wajah gadis itu da...