Tepat jam 9 pagi, Jidan tiba di sebuah rumah yang cukup besar. Rumah satu tingkat dengan teras kecil tanpa pagar.
Jidan mengintip ke dalam rumah itu lewat jendela, tidak ada seorang pun disana.
"Orangnya lagi pergi,"
Jidan terkejut. Dia berbalik dan melihat ada seorang bocah yang terlihat ketakutan.
Jidan berjongkok di depan anak itu lalu dia berteriak untuk menakuti nya. Anak itu pun langsung lari dan bersembunyi balik pilar yang ada di teras.
"Baru juga nyampe, ada aja bocah ngeselin," celetuknya.
Saat Jidan berniat duduk di teras, dia melihat ada seorang pria berpakaian jas hitam berjalan ke arahnya.
"Anda siapa?" Tanyanya.
Alis Jidan mengkerut lalu dia kembali berdiri.
"Gua Jidan, Jidan Tirani. Lo siapa?" Tanya Jidan balik.
"Oh maaf, saya Fondirsa. Saya orang yang ngurus warisan dari pak Galang Sapoetra. Yang lain udah Dateng?"
"Hah??"
Dari kejauhan, Jidan melihat pria muda seumuran dengannya, berjalan dengan senyuman riang. Pria itu meletakkan dan menyandarkan gitar yang di bawa nya di dinding.
"Ini pasti Ananda Riski.." tebak Fondirsa.
"Tebakan bagus.. apa kalian orang yang biasa bacain surat wasiat? Udah 1 jam nih jalan kaki, mau cepet-cepet tiduran.." katanya meregangkan tubuhnya.
"Weh!! Apaan nih.. warisannya di bagi dua?" Protes Jidan pada Fondirsa.
"Sebenernya empat.."
Jidan tersentak.
Sebuah mobil hitam baru saja berhenti di depan mereka. Pintu mobil itu terbuka lalu muncul seorang pria yang mengenakan topi Pork pie, celana berwarna krem, kemeja putih yang di balut dengan jas rompi krem tanpa di kancingi, dan juga sebuah payung hitam.
"Terimakasih kawan.. semoga suatu saat nanti kita bertemu lagi," katanya pada supir taksi onlinenya sebelum pergi dari sana.
Orang itu berbalik lalu dia mengangkat topinya sedikit dan membungkuk.
"Ijinkan saya memperkenalkan diri. Jonathan Loesandy Candra Prasetyo.."
Jidan memasang wajah kaku melihat kedatangan satu orang aneh lagi.
"Oh nama gua Ananda Riski, panggil aja Nanda," kata Riski berjabat tangan dengan Jonathan.
"Karna semuanya udah kumpul, saya bakal bacain surat wasiatnya,"
"Saya, Galang Sapoetra.. dengan ini menyerahkan seluruh harta saya kepada empat cucu saya.
Syarat yang harus di penuhi adalah.. orang itu adalah anak laki-laki, dan anak paling kecil di keluarganya sejak surat wasiat ini di bacakan,"
"Waw berempat.. sepertinya kita akan menjadi keluarga hebat.." kata Jonathan merangkul kedua orang di dekatnya.
"Hahaha hidup gua yang tadinya sepi, tiba-tiba jadi rame aja.." sahut Nanda tertawa.
Jidan yang kesal langsung melepaskan diri dari Jonathan.
"Apaan nih!! Gua beneran harus bagi-bagi warisannya sama orang aneh ini?" Protes Jidan.
"Aku bukan aneh, tapi eksentrik," ucap Jonathan tersenyum bersandar menggunakan payungnya.
"Dan maaf kawan.. tapi di surat wasiat itu katanya kita berempat, satunya mana?" Tanya Jonathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris
FanfictionPerhatian: Cerita ini mengandung hubungan sesama jenis. Bagi yang tidak nyaman, di mohon untuk tidak melanjutkan. Dalam satu surat warisan, terdapat 4 orang yang pemilik rumah baru yang mereka dapatkan. Mereka berempat merasa aneh karna tidak ada sa...