Makan bersama keluarga, Jonathan sangat senang karna bisa kembali. Semuanya terasa begitu damai.
Sambil memakan sarapannya, Erlangga menceritakan semua hal di saat Jonathan tidak ada. Mulai dari kejadian saat dia bertengkar dengan Obi, berkunjung ke rumah kakek Hasbi, sampai pergi ke wisata taman bermain.
Saat sedang mendengarkan semua orang, Nanda tersentak karna HP-nya berdering. Matanya terbuka lebar melihat isi pesan yang dia dapat lalu dia kembali melihat teman-temannya.
"Ada apa Nanda?" Tanya Jonathan yang menyadari perubahan wajah Nanda.
Jidan dan Erlangga juga ikut melihat ke arah Nanda yang berwajah pucat.
"Emm.. maaf semuanya. Bibi sama Paman gua mau dateng katanya,"
Mereka bertiga saling memandang penuh kebingungan.
********************************
Seorang wanita yang memakai gaun merah, kalung mutiara, gelang dan cincin emas yang menumpuk, keluar bersama suaminya dari mobil.
Kedua pasangan suami-istri itu mengerutkan kening melihat rumah yang ada di hadapan mereka.
"Paman.. bibi.."
Mereka berdua melihat ponakan mereka muncul menyambut mereka berdua.
"Ini warisan yang kamu dapet? Jelek amat rumahnya," cibir wanita itu.
"Hehehe ya gitu lah Bi. Ayo masuk dulu," kata Nanda mempersilahkan.
Dengan anggunnya mereka berdua masuk ke dalam rumah tanpa melepaskan alas kaki mereka.
Jonathan yang hendak keluar rumah sempat berhenti memperhatikan kaki Paman dan bibi Nanda yang masih memakai sepatu mereka.
"Eh.. mau kemana? Bikinin minum dulu cepetan," kata bibinya Nanda jengkel sambil duduk di sofa.
Nanda mengangkat alisnya menoleh ke arah Jonathan yang juga terkejut lalu dia tersenyum.
"Mohon tunggu sebentar nona," kata Jonathan mengangkat topinya lalu kembali ke dapur.
Nanda yang masih berdiri disana panik melihat pamannya protes.
"Sofanya ga empuk sama sekali," katanya.
"Iya duh.. Nanda, kalian ga nyalain AC nya apa?" Tanya bibinya ketus.
"Emm.. aku ga punya AC. Tunggu sebentar," Nanda bergegas pergi ke dalam untuk mengambil kipas.
Sebelum masuk, Nanda melihat Jonathan datang membawa dua gelas minuman.
"Jon sori yah.. nanti gua yang pel lantainya," bisik Nanda tidak enak.
"Tidak masalah kawan.. aku mau pergi beli kulit lumpia dulu yah ke alun-alun," kata Jonathan pamit sambil membawa minuman yang di pinta bibinya Nanda.
Nanda mengintip dari sela-sela pintu, Paman dan bibi nya mengomentari soal gelas yang di pakai Jonathan untuk minuman mereka.
"Ternyata keluarga elu penyakit juga yah," ledek Jidan di tempat tidur.
"Ya kira-kira gitu. Mereka ngepain sih disini, mana mereka ngira Jonathan pembantu gua lagi," katanya panik sambil mencoba membawa kipas mereka ke depan.
"Mereka apa? Jonathan bukan pembantu elu yah Nanda!" Bentak Jidan.
"Iya gua tau.. sori.. gua ga bisa kendaliin mereka,"
Nanda bergegas keluar dari kamar lalu memasang kipas di ruang tamu.
Nanda masih merasa tidak nyaman karna bibi dan pamannya terlihat sangat tidak puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris
FanfictionPerhatian: Cerita ini mengandung hubungan sesama jenis. Bagi yang tidak nyaman, di mohon untuk tidak melanjutkan. Dalam satu surat warisan, terdapat 4 orang yang pemilik rumah baru yang mereka dapatkan. Mereka berempat merasa aneh karna tidak ada sa...