Mendengarkan musik klasik, meminum secangkir teh, menikmati pemandangan hamparan halaman depannya yang indah dan sejuk ddi bawah pohon besar yang ada di halaman rumahnya. Kakek Hasbi menghela nafas lega, bersandar, dan memejamkan matanya karna tidak mau melewatkan suasana damai yang dia punya selagi masih di rumah.
Karna terlalu tenang, kesadaran kakek Hasbi perlahan memudar.
"Tuan Hasbi,"
"AAAAAARRGH!!! DASAR BODOH!!!"
Secara reflek, kakek Hasbi yang terkejut melempar tongkatnya ke arah Ribut yang tiba-tiba muncul dan berbicara.
Tapi dengan tenang Ribut memungut tongkat majikannya dan mengembalikannya.
"Aku baru aja mau tidur Ribut!! Jangan tiba-tiba nongol gitu, bikin kaget aja," katanya kesal.
"Maaf tuan.. tapi ada tamu di depan," ucap Ribut memberikan sebuah tablet yang memperlihatkan cctv di depan pagar rumahnya.
Kedua alis kakek Hasbi terangkat lalu dia bergegas turun dari tempat duduk lipatnya dan merapihkan pakaian serta topinya top hatnya.
Dengan pakaian eksentrik seperti Jonathan, kakek Hasbi menyeringai pergi dengan tongkatnya di tangannya.
Saat tiba di depan gerbang, wajahnya tampak bertambah senang karna melihat tamunya.
"Halo kakek Hasbi.." sapa kedua orang itu.
"Hahaha selamat datang Jidan, Erlangga,"
*********************************
Karna masih takut untuk meninggalkan Erlangga sendirian di rumah, Jidan dan Nanda sepakat untuk menitipkan Erlangga hari ini di rumah kakek Hasbi.
"Yaampun.. kakek seneng banget kalo kalian main kesini," katanya senang.
"Maaf kek, aku ga punya nomor kakek buat ngasih tau. Makanya kami langsung datang kesini," kata Jidan.
"Ah gapapa.. Dateng kalo kalian mau. Ngomong-ngomong Jonathan mana?" Tanya kakek Hasbi.
Sementara Erlangga bermain duluan di halaman, Jidan memberitahu semua yang dia tau ke kakek Hasbi.
"Kakek tau mereka?" Tanya Jidan.
"Mereka kedengarannya asing. Kayanya Jonathan banyak melakukan sesuatu yang kakek gatau selama kakek pergi 5 tahun kemarin,"
Alis Jidan mengkerut mendengar 5 tahun berlalu seakan hal itu sangat tidak berpengaruh pada kakek Hasbi.
"Pokoknya gitu kek. Nanti jam 7 aku bakal jemput Erlangga, aku harus pergi lagi," kata Jidan tersenyum.
"Hahaha iya iya. Ngomong-ngomong.. kamu ojek online? Berarti bisa antar barang lewat aplikasi kan?" Tanya kakek Hasbi.
"Iya bisa," kata Jidan mengangguk.
"Kebetulan sekali. Kakek mau ngirim barang tapi malas sekali kalau pergi. Kamu mau?" Tanya kakek Hasbi.
"O-oh boleh.. sekalian aja nanti aku pergi ke depan," kata Jidan mengangguk.
"Sekalian? Hah!! Meskipun keluarga, yang namanya bisnis ya bisnis,"
Kakek Hasbi menoleh ke arah Ribut yang sedang bersama Erlangga. Ribut yang juga menatap majikannya, mengangguk lalu pergi sebentar ke dalam rumah. Selang beberapa saat barang itu datang.
Kedua alis Jidan terangkat karna paket kakek Hasbi terlihat sangat kecil. Hanya kotak kecil berukuran telapak tangannya.
Saat sedang berfikir sambil memegangi barang kakek Hasbi, HP Jidan bunyi karna kakek Hasbi berhasil mendapatkan ojek online miliknya. Jidan juga merasa heran saat melihat titik antar paket kakek Hasbi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris
FanfictionPerhatian: Cerita ini mengandung hubungan sesama jenis. Bagi yang tidak nyaman, di mohon untuk tidak melanjutkan. Dalam satu surat warisan, terdapat 4 orang yang pemilik rumah baru yang mereka dapatkan. Mereka berempat merasa aneh karna tidak ada sa...