Di ruang tengah, Jidan yang sedang bermain HP melihat Jonathan tampak sangat sibuk. Entah sudah berapa kali dia lewat mondar-mandir di hadapannya.
"Mau pergi kemana?" Tanya Jidan sambil kembali menatap layar HP-nya.
Jonathan yang lewat, berhenti di dekat pintu kamarnya menoleh ke arah Jidan.
"Apa aku terlihat sangat rapih sampai-sampai kamu mengira aku akan pergi?" Tanya Jonathan.
"Tiap hari juga elu rapih Mulu. Ngga, soalnya elu keliatan sibuk banget. Sampe udah bikin lauk buat nanti malem," ucap Jidan.
"Aah.. hahaha begitu yah. Aku mau pergi nonton bioskop,"
Jidan, dan Nanda yang sedang bermain gitar di ruang tamu terkejut melihat ke arah Jonathan.
"Malem mingguan? Sama siapa?" Tanya Jidan langsung bangkit duduk.
"Bang Tria. Dia mau ngajak aku nonton. Sebenarnya sih udah dari hari selasa hahaha," Jonathan tertawa lalu masuk ke dalam kamar.
Jidan dan Nanda saling menatap lalu kedua alis mereka menekuk seakan pikiran mereka sejalan.
Jam setengah 5 sore, Tria yang sudah rapih mengenakan kemeja, celana jeans panjang dan sepatu hitam tiba di rumah Jonathan. Sambil berjalan ke arah pintu, dia merapihkan pakaiannya sedikit lalu mengetuk pintu yang terbuka.
"Jon.." panggilnya.
"Ah.. iya bang Tria tunggu sebentar.. Erlangga sedang main ke rumah Obi lalu Jidan dan Nanda entah pergi kemana. Jadi aku harus memasukkan ayam dan bebek ke dalam rumah dulu. Abang masuk dulu saja duduk. Aku sudah menyiapkan kopi di meja," sahut Jonathan dari dalam.
Alis Tria mengkerut karna dia melihat ada secangkir kopi yang masih berasap di atas meja.
"Gausah di lepas sepatunya.. nanti repot,"
Tria tersentak karna saat ini dia memang ingin melepas sepatunya. Tapi yang membuatnya heran, Jonathan tau dari mana kalau dia mengenakan sepatu.
Tria duduk menunggu Jonathan, rasa gugupnya membuat Tria tidak bisa diam. Tubuhnya terus bergoyang karna terus memikirkan apa yang akan mereka lakukan nanti.
"Waw... Hahaha bang Tria rapih sekali,"
Tria terkejut karna Jonathan datang. Dia langsung berdiri menghampiri Jonathan.
"U-udah siap?" Tanya Tria malu.
"Udah, ayo," ajak Jonathan sambil mengambil tongkatnya.
"Ga.. bawa yang payung?" Tanya Tria karna Jonathan membawa tongkat yang jarang dia bawa.
"Ah.. ini malam yang spesial. Meskipun aku tetap memakai pakaian yang biasa hehehe,"
"Berarti.. ini perlakuan spesial dari elu?" Tanya Tria heran.
"Yup. Apa ada masalah?" Tanya Jonathan memegang ujung topinya.
Wajah Tria memerah lalu dia terbatuk kecil.
"Gapapa. G-Gua.. bawa helm dua. Jadi elu gausah pake helm ojek punya Jidan," kata Tria keluar lalu kembali memberikan helm pada Jonathan.
"Emm.."
Tria semakin gugup karna Jonathan terus memperhatikan helm yang dia pegang.
"Kira-kira Jonathan tau ga yah kalo helm itu punya bos?" Pikirnya panik.
"Helm nya bagus, aku suka," ucap Jonathan melepaskan topinya lalu memakai helm itu.
Selama di perjalanan, Jonathan mencoba mengajak Tria berbicara. Tapi Tria yang gugup hanya menjawab Jonathan seadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris
FanfictionPerhatian: Cerita ini mengandung hubungan sesama jenis. Bagi yang tidak nyaman, di mohon untuk tidak melanjutkan. Dalam satu surat warisan, terdapat 4 orang yang pemilik rumah baru yang mereka dapatkan. Mereka berempat merasa aneh karna tidak ada sa...