Jari-jari yang terus bergerak, wajah yang tenang, Toro memperhatikan guru menerangkan pelajaran di depan kelas sambil menggigit pulpen.
Meski dia memperhatikan pelajaran dengan baik, tapi terkadang matanya melirik ke arah Obi dan Erlangga yang duduk di sebelahnya.
Di jam pelajaran Erlangga tetap memperhatikan pelajaran seperti anak-anak lainnya. Sementara Obi yang malas terkadang bermain game, makan, mencoret-coret sesuatu yang tidak jelas di bukunya.
"Obi.. perhatiin.. Minggu depan kita UTS, nanti elu ga bisa ngerjain," bisik Erlangga.
"Aah.. sistem belajar gua kan kejar tayang. Gua bisa masuk ke sekolah negeri ini bukan untung-untungan Ga," kata Obi cuek.
"Tapi tetep aja. Kalo nanti Obi ga naek kelas, kita ga bisa bareng-bareng lagi," kata Erlangga cemas.
Mendengar Erlangga mengatakan itu, jari-jari Obi yang sedang bermain game seketika berhenti. Dia mematikan HP-nya lalu mulai membuka buku dan memperhatikan pelajaran.
Toro menghela nafas lalu menoleh ke arah Anggi yang dari tadi melihat ke arah Obi dan Erlangga, atau lebih tepatnya melihat Erlangga dengan tatapan penuh dendam.
Toro kembali melirik, kali ini dia melihat ke arah Tiara yang terlihat sangat tenang memperhatikan pelajaran sambil sesekali meladeni teman sebangkunya yang mengajaknya mengobrol.
"Kalo Anggi suka sama Tiara, Tiara suka sama Erlangga, terus Obi suka sama Erlangga, Erlangga nya suka sama siapa yah?" Pikirnya bingung.
*******************************
Di jam istirahat, Erlangga yang baru di meja tempat biasa mereka nongkrong tiba setelah membeli es bersama Obi.
Jaya yang terlihat cuek karna sibuk dengan HP-nya sudah biasa, tapi Erlangga bingung karna melihat Toro sedang membuat sesuatu dari tanaman.
"Bikin apaan lu?" Tanya Obi penasaran.
Erlangga yang sedang meminum es nya juga jadi memperhatikan Toro.
"Ceritanya lagi bikin topi-topian dari akar pohon sama bunga. Btw gua yang ngajarin," sahut Jaya.
Obi dan Erlangga menolah heran ke arah Jaya lalu kembali menoleh ke arah Toro yang mengangkat bahunya.
"Buat apa?" Tanya Erlangga.
"Si Suci kan ikut ekskul nari. Ceritanya nanti buat pembukaan UTS, ekskul nari bakal tampil. Temanya tanaman. Si Toro mau bantu," kata Jaya lagi.
"Makasih udah di wakilin," kata Toro tersenyum kecut.
"Sama-sama" sahut Jaya tanpa menoleh.
Sambil menyeruput minumannya, Erlangga memperhatikan Toro sampai mereka kembali ke kelas.
Saat jam sekolah sudah usai, Erlangga berpisah bersama teman-temannya karna harus menyerahkan laporan sebagai hukumannya ke kantor guru.
"Kamu beneran nulis ini sampe 5 lembar? Padahal kan cuman formalitas. Perasaan ibu udah ngasih kode juga deh ke kamu sebelum kamu di hukum,"
Erlangga yang terkejut pun wajahnya seketika berubah pucat.
Di tengah perjalanan pulangnya yang putus asa karna waktunya di rumah banyak yang terbuang, Erlangga melihat Toro sedang berbincang dengan seorang murid perempuan.
"Toro.." panggil Erlangga heran.
Toro dan murid perempuan itu menoleh lalu mereka berdua menyapa Erlangga.
"Udah di kasih ke Bu Tati?" Tanya Toro.
"Udah. Tapi katanya itu cuman formalitas..." Kata Erlangga sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris
FanfictionPerhatian: Cerita ini mengandung hubungan sesama jenis. Bagi yang tidak nyaman, di mohon untuk tidak melanjutkan. Dalam satu surat warisan, terdapat 4 orang yang pemilik rumah baru yang mereka dapatkan. Mereka berempat merasa aneh karna tidak ada sa...