"Ikut narik? Ngga ngga ribet ah!" Bentak Jidan jengkel karna Gama tiba-tiba ingin ikut dengannya.
"Kenapa ga boleh sih bang?" Tanya Erlangga yang sedang memakai sepatu.
"Kan gua juga mau bawa orang. Mana bisa bonceng bertiga,"
Mata Gama berkaca-kaca lalu dia lari memeluk Jonathan yang baru saja datang.
"Gama mau ikut.. Gama mau ikut..." Katanya merengek.
Jonathan mulai terbiasa dengan Gama yang bertingkah seperti anak-anak pada umumnya. Jonathan tersenyum membelai halus kepala Gama yang di balut perban tebal.
"Beneran ga bisa Dan?" Tanya Jonathan pelan.
"Ngga ngga. Kalo masih ngambek, usir aja sih,"
Gama berteriak menangis lari ke belakang.
Jidan tersentak karna Erlangga dan Jonathan menatapnya dengan wajah datar.
"Jangan liat gua kaya gitu!!"
Kata Jidan kesal lalu pergi menemui Gama yang sedang jongkok di kelilingi ayam-ayam dan bebek yang sudah mulai tumbuh besar.
"Eh bocah.."
Gama terisak lalu dia menoleh ke arah Jidan.
"Kalo mau ikut nanti jam 9an aja. Jam segitu udah mulai sepi orderannya. Terus pas juga Jonathan mau beli baju," katanya.
"Beneran boleh?" Tanya Gama serak.
"Iya.. tapi jangan nangis. Kalo nangis ga jadi nih," omel Jidan.
Gama menarik nafas panjang dan menahannya lalu dia mengangguk sambil mengucek hidungnya.
Jidan yang ingin pergi, melihat ada satu ayam yang dari dulu sangat membencinya ada di sampingnya. Spontan Jidan langsung masuk dan menutup pintu agar ayam itu tidak mengejarnya.
**********************
Usai mengantar Erlangga ke sekolah, Jidan mulai berkeliling mencari penumpang. Mulai dari mengantar orang, sampai makanan, semuanya berjalan lancar sampai jam sudah menunjukkan pukul 9.
Jonathan juga sudah mengirim pesan padanya kalau dia akan pergi jam 10 nanti di antar Tria.
"Padahal kan tadinya gua pengen nawarin diri buat nganter dia. Gara-gara ada anak nakal itu gua malah jadi baby sitter," katanya kesal.
Setibanya di rumah, Jonathan ada di ruang tamu bersama Gama dan Tria.
"Yeaay.. udah Dateng.."
Gama langsung turun dari sofa, mengambil helm dari tangan Jonathan lalu pergi mendekati Jidan.
"Maaf yah Jidan.." ucap Jonathan tidak enak.
"Gapapa.. nanti gua ambil makanan sama barang aja,"
Jidan melirik ke arah Tria yang juga menatapnya lalu berbalik mengajak Gama pergi.
"Kita mau kemana?" Tanya Gama yang sedang di pakaikan helm oleh Jidan.
"Kemana yah? Ada ga tempat yang elu pengen datengin?" Tanya Jidan balik.
Gama mendongak, berfikir keras karna nama itu terlintas di kepalanya tadi malam.
"Warung... Warung Kelapa? Bukan... Emmm.. warung keselek? Bukan..."
Wajah Jidan langsung menekuk menunggu Gama bergumam tanpa henti.
"Gama lupa namanya.. tapi ada di peta. Ga jauh dari pantai. Boleh yah.." kata Gama memohon.
"Warung apaan di pantai? Ada-ada aja. Yaudah ayo naik,"
Gama yang kegirangan pun langsung naik ke atas motor Jidan lalu pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris
FanfictionPerhatian: Cerita ini mengandung hubungan sesama jenis. Bagi yang tidak nyaman, di mohon untuk tidak melanjutkan. Dalam satu surat warisan, terdapat 4 orang yang pemilik rumah baru yang mereka dapatkan. Mereka berempat merasa aneh karna tidak ada sa...