Di jalan, Jidan sesekali melihat ke arah spion motornya. Sejak pagi tadi di rumah sampai sekarang, Erlangga tampak sangat murung dan tidak mengucapkan satu katapun.
Saat sampai di sekolah, Jidan menarik tangan Erlangga yang hendak pergi darinya.
"Elu kenapa sih cil? Ada yang jahilin Elu? Ga punya temen? Apa gamau sekolah?" Tanya Jidan.
Erlangga terdiam menunduk sampai dia menggenggam tali tasnya dengan erat.
"Aku gamau sekolah.." katanya pelan.
"Lah kenapa? Kemaren semangat banget,"
Erlangga mengerutkan keningnya lalu dia perlahan mengangkat kepalanya dan mengatakan kejadian kemarin dengan singkat ke Jidan. Jidan terdiam mendengarkan sampai Erlangga memberitahunya soal Jonathan yang akan datang.
"Lah, bagus dong,"
"Kenapa?" Tanya Erlangga.
"Jonathan kan orang yang punya otak sinting. Kalo dia udah ngucapin kata-kata mutiaranya, pasti dia udah punya rencana. Udah santai.. masa jagoan ngambek," kata Jidan mengacak-acak topi yang di pakai Erlangga.
Erlangga terkekeh lalu dia mencium tangan Jidan.
"Aku berangkat.." katanya kembali ceria.
Jidan mendengus lalu wajahnya kembali terlihat serius.
"Rencana elu apa sekarang Jon.."
Saat sampai di kelas, Erlangga melihat sebagian murid di kelasnya sudah tiba, termasuk Anggi. Meski kepalanya terasa penuh, Erlangga mencoba menenangkan diri dan pergi ke mejanya.
"Dateng kapan Gi?" Sapa Erlangga tersenyum.
Anggi yang tadinya sedang memeriksa isi tasnya, berbalik lalu membalas senyuman Erlangga.
"Baru dateng. Emm.. Ga sori nih.."
Erlangga mengangkat satu alisnya.
"Si Tiara mau duduk sama gua. Elu mau kan ngalah? Gua udah bilang kalo elu duduk sama gua, tapi.. ya elu tau lah.."
Erlangga tersenyum kecut lalu dia menarik nafas.
"Oke.. ga masalah. Bangku di belakang juga ada yang kosong," kata Erlangga pergi ke meja kosong yang ada di belakang.
Setelah memastikan tidak ada yang duduk di sana, Erlangga duduk di pojok belakang dekat jendela.
"Widih... Di belakang ada penghuni baru nih,"
Erlangga tersentak lalu dia menoleh ke arah pintu kelas.
Obi bersama dua temannya berjalan menghampiri Erlangga yang terlihat terkejut karna Obi duduk tersenyum lebar di sebelahnya.
"Emm.. maap. Gua gatau kalo elu duduk disini," katanya.
"Hah? Hahaha ngga.. gua duduk di meja sebelah. Yang duduk disini si Jaya sendirian. Santai aja.." kata Obi menunjuk ke arah anak berkacamata yang kemarin memungut kertas suara.
"Berarti.. gua boleh duduk disini kan?" Tanya Erlangga menyeringai.
Obi tersenyum semakin lebar lalu dia menoleh ke arah Jaya.
"Jey, kita tuker tempat duduk gapapa kan? Elu duduk sama Toro. Kadang dia bau ketek kalo keringetan," Tanyanya.
Erlangga dan kedua teman Obi tersentak.
Bel pertanda sekolah di mulai telah berbunyi. Para murid kembali ke tempat duduk masing-masing. Erlangga memperhatikan Obi duduk bersandar dengan kaki naik ke atas meja.
"Temen-temen.."
Semua mata tertuju pada ketua kelas mereka yang berdiri di depan kelas.
"Kan hari ini kita belom ada jadwal piket yah. Terus kalian kan tau kalo kelas kita ini udah ga di pake selama liburan, jadi kotor. Hari ini kita semua kerja bakti bersih-bersih sekalian tentuin jadwal piket. Gimana?" Katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris
FanfictionPerhatian: Cerita ini mengandung hubungan sesama jenis. Bagi yang tidak nyaman, di mohon untuk tidak melanjutkan. Dalam satu surat warisan, terdapat 4 orang yang pemilik rumah baru yang mereka dapatkan. Mereka berempat merasa aneh karna tidak ada sa...