Tengah hari yang panas, Erlangga dengan riangnya turun dari motor sambil membawa box dagangannya yang sudah kosong karna semuanya sudah habis terjual.
"Bang Jon!! Aku pul..."
Erlangga yang tadi ceria, seketika terdiam berdiri di depan pintu melihat ke dalam.
"Kenapa Ga?" Tanya Jidan yang baru saja memarkirkan motor.
Baru saja Jidan ingin menghampiri Erlangga, datang sebuah mobil serba hitam berhenti di depan rumah mereka.
Erlangga tersentak meletakkan box makanannya lalu pergi memeluk Jidan karna ketakutan.
Jidan awalnya heran, tapi dia juga terkejut karna muncul seseorang bertubuh besar dan tinggi, jauh lebih besar dan tinggi dari Tria serta seorang pria yang tingginya sama dengan Jonathan tapi wajahnya terasa sangat dingin dan datar.
"Ah.. kalian udah pulang?" Sapa Jonathan muncul di belakang kedua orang itu.
Pria kecil yang ternyata tamu Jonathan menatap lesu ke arah Jidan.
"Ayo Carlos.." ajaknya pergi ke dalam mobil.
Pria besar bernama Carlos itu berbalik menghadap ke arah Jonathan untuk berpamitan lalu dia ikut masuk ke dalam mobil.
Setelah mobil itu pergi, Erlangga bergegas mendekati Jonathan yang berdiri memegangi payungnya.
"Bang Jon.. tadi siapa?" Tanya Erlangga.
Jonathan melirik ke arah Erlangga lalu dia tersenyum.
"Kamu kenapa takut? Kaya anak kecil aja," ledek Jonathan.
"Abisnya.. orang yang kecil tadi aneh banget. Pas dia tengok dada aku langsung nyesek," katanya menunduk.
Jidan yang berdiri berjarak dari mereka, melihat senyuman Jonathan yang semakin melebar.
"Mereka bukan orang jahat ko. Ayo masuk, udah waktunya makan siang. Aku bikin bakwan jagung sesuai yang Jidan pengen," ajak Jonathan masuk ke dalam rumah sambil menggenggam payungnya.
Saat ingin masuk ke dalam, Jidan agak heran dengan penampilan Jonathan.
"Bang Jon.. itu tongkat baru apa punya kakek Hasbi? Payung bang Jon kemana?"
Jonathan yang hampir masuk ke dalam dapur menoleh ke belakang lalu dia menunjuk ke arah pojokan.
"Tuh.." katanya menunjuk ke arah payungnya.
"Terus itu gagangnya doang? Buat apaan?" Tanya Jidan.
Jonathan mengulurkan tongkatnya lalu muncul kepala penutup payung berukuran cukup untuk satu orang.
"Wah keren.. tutupnya keluar dari ujung tongkatnya," kata Erlangga kegirangan.
"Hahaha iya.. tapi ini mau di simpen aja soalnya hadiah. Jadi aku tetep bakal bawa payung yang biasanya," kata Jonathan masuk ke dapur.
*************************
"Hari ini dapet 230,"
"Hari ini gua dapet 200,"
"Sekarang dapet 180,"Tiap kali Jidan menyetorkan uang setelah makan malam, Nanda dan Erlangga sangat terpukau karna pendapatan Jidan yang sangat banyak. Tapi hanya Jonathan yang semakin hari tidak tersenyum tiap kali Jidan memberikan uangnya.
"Hari ini bisa dapet 180 emang orderannya kaya gimana?" Tanya Jonathan sambil mencuci piring di luar dekat pintu belakang.
Jidan yang sedang mencuci motor di lapang ayam, menoleh ke arah Jonathan.
"Pagi sih nganter orang kerja, jaraknya 20km terus dia ngasih tips. Tadi siang nganter 7 barang ke tempat yang beda-beda gitu keliling kota. Lumayan dari nganter barang itu bisa dapet 90 sampe 100an. Sorenya pas jam orang-orang pulang kerja hahaha,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris
FanfictionPerhatian: Cerita ini mengandung hubungan sesama jenis. Bagi yang tidak nyaman, di mohon untuk tidak melanjutkan. Dalam satu surat warisan, terdapat 4 orang yang pemilik rumah baru yang mereka dapatkan. Mereka berempat merasa aneh karna tidak ada sa...