Pamit

121 18 0
                                    

Setelah beberapa kali melihat, Nanda merubah hari liburnya menjadi hari Jum'at dan Sabtu.

"Kenapa ga Sabtu Minggu aja sih bang kata bang Jidan?" Tanya Erlangga sambil menonton TV.

"Soalnya hari Minggu kan banyak yang jalan-jalan ke kota tua. Jadi pendapatannya justru lebih banyak di hari libur," jawab Nanda dengan senangnya.

"Tapi jadinya nyusahin gua karna Minggu pagi gua yang harusnya di pake buat tidur sampe siang jadi harus nganter elu," celetuk Jidan dengan wajah ketus.

Jonathan yang tadi di dapur, keluar membawa camilan lalu ikut duduk bercampur bersama yang lainnya.

Saat semuanya sedang terdiam, tiba-tiba terasa lagi gempa yang jauh lebih kuat dari pada kemarin. Tapi hanya terasa sekejap mata.

Mereka semua terdiam mematung saling menatap satu sama lain karna takut mereka salah merasakan getaran hebat tadi.

"Tadi gempa lagi kan?" Tanya Nanda memastikan.

"Sepertinya begitu," jawab Jonathan masih terdiam.

Setelah di rasa semuanya sudah baik-baik saja, mereka semua menghela nafas lega.

Selang beberapa jam setelah kejadian itu, datang sebuah mobil hitam yang terparkir di depan rumah mereka.

Karna Jonathan merasa kenal dengan mobil itu, dia pun langsung berdiri, membenarkan topinya lalu pergi ke depan sambil membawa tongkat barunya.

Setelah ketukan pertama terdengar, Jonathan langsung membuka pintu.

"Siapa Jon?" Tanya Jidan. Nanda dan Erlangga juga ikut melihat ke depan.

"Cuman teman. Orang yang kemarin itu loh," kata Jonathan tersenyum.

"Yang kemarin itu siapa?" Tanya Nanda bingung.

"Gatau. Waktu gua sama Erlangga balik, ada orang yang bajunya rapih gitu. Yang satu gede, yang satu ya.. biasa aja Segede Jonathan, lebih pendek kayanya," kata Jidan.

"Maksudnya baju rapih yang formal gitu kaya kantoran?" Tanya Nanda lagi.

"Iya," sahut Erlangga.

Mereka bertiga kembali memperhatikan Jonathan yang tampaknya sedang memperdebatkan sesuatu.

Beberapa saat setelah mereka berdebat, Jonathan terdiam lalu dia mengangguk.

"Maaf kawan.." kata Jonathan berjalan menghampiri mereka.

"Ada apa?" Tanya Nanda.

"Sepertinya aku harus pergi keluar pulau untuk menyelesaikan sesuatu," kata Jonathan tersenyum sambil memutar-mutar tongkatnya.

"Keluar pulau? Maksudnya?" Tanya Jidan terkejut.

"Iyaaaa... Aku ga bisa kasih tau kalian detailnya, maaf.. tapi aku akan pergi. Mungkin seminggu," kata Jonathan masuk ke dalam kamarnya untuk membereskan pakaiannya.

Mereka bertiga saling memandang lalu pergi mengejar Jonathan ke dalam.

"Bang Jon mau kemana sih?? Mau pergi ga balik lagi yah?" Tanya Erlangga setengah menangis.

"Hahaha tidak.. bukan begitu.. aku janji akan pulang secepatnya. Tapi.."

Ketiganya terkejut karna Jonathan tiba-tiba memeluk mereka.

"Kalo misalkan aku ga pulang, kalian harus tau kalo aku sayang banget sama kalian,"

Mata Nanda dan Jidan terbuka lebar sementara Erlangga menangis keras.

Mereka mengantar Jonathan ke teras lalu melihatnya masuk ke dalam mobil yang tadi datang.

"Ayo Carlos.." ucap pria yang duduk di sebelah Jonathan.

PewarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang