Keseharian Jonathan

137 23 1
                                    

Suara mesin, bor, palu, las, Tria yang sedang memotong kayu bisa mendengar semua suara-suara itu. Sekali lagi dia menyeka keringat di dahinya yang mengucur deras di bawah sinar matahari yang terang.

"Nih sapu tangan,"

Tria yang tadinya mendongak, menoleh ke arah seseorang yang baru saja menyodorkan handuk kecil padanya. Mata Tria terbuka lebar karna dia melihat ada Jonathan disini.

"Anjir!! Elu ngepain disini!! Bahaya," katanya marah sambil menarik Jonathan ke pojokan yang sepi.

Sambil menenteng bingkisan kecil, Jonathan memegangi topinya agar tidak terbang karna Tria menariknya sedikit kasar.

"Elu ngepain disini!!" Tanya Tria kesal.

"Aku bawa makanan," kata Jonathan tersenyum.

Tria menatap Jonathan dengan mata berkaca-kaca lalu dia langsung menarik dan mencium bibir Jonathan. Jonathan mencoba mendorong Tria, tapi Tria justru semakin ganas menciumnya.

"Oke stop.."

Tria menarik ciumannya menatap Jonathan yang tampak sedikit terengah-engah.

"Pertama, kita ada di tempat umum. Kedua, aku kesini cuman mau anter makanan," ucap Jonathan sambil kembali memungut topinya yang jatuh. Jonathan sempat mendengus karna topinya jadi kotor.

"Sori, elu marah yah?"

Jonathan melirik ke atas melihat wajah Tria yang tampak menyesal lalu dia tersenyum lebar sambil memakai topi nya kembali.

"Ngga ko," katanya sambil mencubit pipi Tria.

Di sela-sela jam istirahat nya, Jonathan menemani Tria makan siang sambil membicarakan apa saja yang terjadi hari ini. Tria senang mendengar semuanya, sampai kejadian Nanda dengannya tadi pagi.

"Kalian apa?" Tanya Tria lagi.

"Nanda mungkin marah-"
"Bukan-bukan.." potong Tria.

"Kalian pegangan tangan pas Nanda telanjang?" Tanya Tria memastikan pendengarannya tidak salah.

"Iya," jawab Jonathan tersenyum.

"Telanjang???"

"Yup,"

"Telanjaaang!!!!!!"

"...."

Senyuman Jonathan tersenyum kecut mendengar nada suara Tria yang terdengar marah.

"Maaf, rasanya agak aneh kalo Abang ngomong gitu sambil teriak di tempat ramai," ucap Jonathan.

Tria langsung berdiri dengan nafas berat dan wajah murkanya.

"Bang?? Muka Abang jadi serem gitu, Abang marah?"

Urat-urat di pelipis Tria semakin tampak, dia perlahan menoleh ke arah Jonathan dengan seringai mengerikan yang di paksakan.

"Ngga.. tapi nanti malem gua mau mampir ke rumah elu," katanya.

"Oh.. bagus bagus. Erlangga pasti seneng Abang Dateng," ucap Jonathan tersenyum berseri.

***************************

Dari gerbang, lantai satu, sampai ke kelas, orang-orang melihat Erlangga. Wajahnya terlihat sangat senang dan bersemangat walaupun dia kesulitan.

"Tumben lu baru dat-"

Obi yang baru saja ingin menyapanya, terdiam dengan wajah terkejut karna Erlangga datang langsung meletakkan sebuah box di atas meja.

"Hahhh.. halo.. capek banget.."

Obi menangkap Erlangga yang terjatuh kelelahan sampai dia hampir tidak kuat berdiri.

PewarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang