"Woah..."
Jonathan dan Erlangga bertepuk tangan saat Jidan keluar memamerkan jaket ojek online nya yang baru saja dia pakai.
"Bagus kan.." kata Jidan bangga.
"Bagus bagus.." kata Erlangga girang.
"Kebanyakan drama. Buruan.. gua nebeng sampe Kota Tua.." kata Jidan kesal.
"Elu ngepain sih ngamen jam segini? Masih jam 5 pagi anjir," kata Jidan kesal.
"Rebutan lapak. Udah cepet.. nanti kan elu balik lagi buat nganter Erlangga sekolah," kata Nanda emosi.
Jidan mendengus kesal lalu mereka pergi ke depan.
Sebelum pergi, Erlangga menghampiri Nanda dan mencium tangannya.
"Hati-hati bang.." kata Erlangga bersama Jonathan di teras.
Nanda dan Jidan tersenyum pada mereka lalu mereka pergi.
Di tengah perjalanan, keduanya terdiam.
"Eh-"
"Oh iy-"Karna mereka berbicara bersamaan, keduanya jadi kembali terdiam.
"Anjir. Elu mau ngomong apa?" Tanya Jidan kesal.
"Hahaha kaga.. gua kepikiran keuangan kita yang di kasih tau Jonathan," kata Nanda tertawa.
Jidan terdiam sejenak, tapi Nanda bisa melihat cengkraman tangan Jidan di motornya terlihat lebih kuat dari sebelumnya.
"Elu ga nyalahin diri elu lagi gara-gara utang elu yang super gila itu kan?" Tanya Nanda mendongak melihat langit yang masih gelap.
"Jelas.."
Sampai ke tempat tujuan Nanda, mereka tidak berbincang sedikitpun. Tapi saat Jidan ingin pergi, Nanda menghadangnya dengan gitar nya.
"Denger Jidan. Gua yakin elu juga tau nyari uang ga segampang waktu elu jadi kurir narkoba, jadi jangan ambil jalan pintas lagi. Yang susah bukan elu doang nantinya,"
Jidan menatap mata Nanda yang tampak serius lalu dia mendorong gitar Nanda.
"Gua tau.. Udah ah gua cabut," kata Jidan kesal dan bergegas pergi dari sana.
Saat tiba di rumah untuk menjemput Erlangga, Jidan melihat Jonathan masih serius memikirkan catatan nya yang dia tau kalau itu pasti catatan keuangan mereka.
"Bang Jidan.. aku udah mau telat.." kata Erlangga mengeluh.
"O-oh iya,"
Sambil berjalan keluar, Jidan terus memperhatikan Jonathan yang masih terpaku pada catatan nya seakan dia sangat fokus sampai-sampai tidak menyadari kehadirannya kalau Erlangga tidak berbicara pada Jonathan untuk pamit padanya.
Hari pertama di lalui Jidan dengan baik. Ada banyak orderan masuk ke aplikasinya sampai-sampai dia lupa kalau sudah waktunya menjemput Erlangga. Tapi saat dia akan pergi ke sekolah Erlangga, Jidan malah mendapat orderan lain.
"Anjir ngepas banget. Mana dapetnya lumayan," pikirnya bingung.
Di saat dia sedang berfikir, Jidan mendapat pesan dari nomor asing.
"Bang Jidan ini Angga. Gausah jemput aku bang, aku pulang naik angkot aja. Tapi kata bang Jon kalo ga dapet kerjaan di suruh pulang dulu makan di rumah,"
Jidan mengecap-ngecap lalu dia terkekeh.
"Ini terakhir, lagian gua juga butuh istirahat," gumamnya kembali menarik gas motornya.
Selesai makan malam, Nanda dan Jidan meletakkan penghasilan mereka di tengah-tengah.
Erlangga kegirangan melihat banyak sekali uang, terutama uang receh dari Nanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris
FanfictionPerhatian: Cerita ini mengandung hubungan sesama jenis. Bagi yang tidak nyaman, di mohon untuk tidak melanjutkan. Dalam satu surat warisan, terdapat 4 orang yang pemilik rumah baru yang mereka dapatkan. Mereka berempat merasa aneh karna tidak ada sa...