Berkunjung ke rumah Gama

116 21 1
                                    

Menggunakan mobil kakek Hasbi, mereka semua pergi ke alamat yang kakek Wardi beritahu karna dia sendiri tidak akan ikut. Kakek Wardi hanya menumpang sampai stasiun karna dia akan pulang ke kampungnya.

Di dalam mobil terasa begitu hening. Ribut yang sedang mengendarai mobil melihat satu persatu semua orang di dalam mobil lewat cermin yang ada di hadapannya.

"Bentar lagi kita sampai. Kalian semua tidak apa-apa kan?" Tanya kakek Hasbi menoleh ke belakang.

Jidan dan Nanda melirik ke arah Jonathan yang duduk di paling ujung.

"Kami tidak apa-apa. Kenapa kakek tanya begitu?" Tanya Jonathan tersenyum.

"Baguslah kalau begitu," ucap kakek Hasbi sambil melirik ke arah tangan Jonathan yang memegang payung yang tampak gemetar.

Jidan dan yang lainnya sempat menghela nafas panjang saat mereka memasuki kawasan perumahan. Bahkan saat bertanya pada penjaga gerbang di depan, penjaga itu mengarahkan dengan jelas dimana rumah Gama.

Setibanya di sebuah rumah yang nomornya sama dengan alamat pemberian Wardi, mereka semua termasuk Ribut keluar dari mobil.

Di halaman depan rumah putih itu, terdapat banyak tanaman berwarna-warni yang sangat rapih. Rumahnya terasa sejuk meskipun mereka belum masuk ke dalam.

Tidak lama setelah kakek Hasbi menelan bel, muncul seorang remaja laki-laki yang terlihat kesal pada mereka.

"Nyari siapa?" Tanyanya dengan nada tinggi.

Jidan dan kakek Hasbi yang punya tempramen tinggi langsung merasa emosi.

"Ini rumah Gama?" Tanya Nanda mewakili.

Anak remaja itu keluar berjalan mendekati mereka.

"Mau ngepain?" Tanyanya lagi.

"Weh santai!!! Kita cuman nanya. Masih bocah aja udah songong," kata Jidan kesal.

Anak remaja itu justru terlihat semakin kesal.

"Mending kalian pulang aja, ga punya receh gua,"

Karna kesal, Jidan langsung meraih dan menarik kerah remaja itu dari sela-sela pagar. Di luar dugaan, anak itu juga ikut menarik kerah baju Jidan.

"Lu pikir gua takut sama orang gede yang suka pake narkoba?" Tanyanya.

Jidan terkejut mendengar itu dan emosinya semakin memuncak.

"Arga? Arga jangan!!!"

Semua orang menoleh dan terkejut karna ada Gama muncul dari rumah dengan celemek terpasang di tubuhnya.

Anak bernama Arga itu mendesis kesal melepaskan tangannya dari Jidan.

"Ayah kenal mereka?" Tanyanya.

"Ayah???" Tanya mereka terkejut.

******************************

Mulai dari Jidan, Nanda, kakek Hasbi, mereka semua yang duduk di meja makan tidak sedikitpun melepaskan pandangan mereka dari Gama yang sedang memasak di dapur dengan sebuah kotak peti sebagai pijakan.

"Ayah.. aku pulang.."

Kali ini mereka semua menoleh ke arah perempuan yang baru saja datang. Perempuan itu terdiam sejenak lalu terkekeh menyeringai pada mereka.

"Eh ada tamu.. kayanya aku langsung ke atas aja deh," katanya.

"Jessika gamau makan siang dulu?" Tanya Gama memiringkan kepalanya.

Gadis bernama Jessika mendekati ayahnya dan mencium pipinya.

"Nanti aja, ga enak banyak orang. Aku langsung ke kamar aja. Emm.. Arga?" Tanya Jessika sebelum pergi.

PewarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang