Pengakuan

117 18 2
                                    

"Hihihi.."

Toro, Jaya dan Obi terheran melihat Erlangga kini tampak sangat bahagia padahal kemarin dia sangat murung.

"Kenapa Ga?" Tanya Toro.

"Gua kemarin abis ke rumah Gama kemaren. Karna udah ketemu lagi jadi udah cukup," katanya senang.

Obi berkedip cepat lalu dia menelan ludah.

"Oh gitu, baguslah," kata Obi pergi ke tempat duduknya.

Erlangga terheran dengan sikap Obi barusan.

"Obi kenapa?" Tanya Erlangga heran.

Toro terdiam sejenak lalu dia menghela nafas panjang.

"Kayanya dia sedih gara-gara elu," katanya.

"Kenapa?" Tanya Erlangga heran.

"Sebenernya kemaren Obi keliling nyari rumahnya Gama sampe malem," kata Jaya mewakili.

"Hah? Kenapa begitu?" Tanya Erlangga semakin heran.

"Ya biar elu ga sedih lagi. Rasanya kaya sia-sia kan? Gua juga pasti bete kalo jadi Obi," ucap Toro menepuk pundak Erlangga sambil tersenyum.

"Ya kali gua bilang karna Obi suka sama elu di depan Jaya," pikir Toro.

Sambil membawa box dagangannya, Erlangga duduk di sebelah Obi yang sedang duduk bersandar sambil bermain HP.

"Emm.. Obi marah yah?" Tanya Erlangga.

"Marah kenapa?" Tanya Obi balik tanpa melihat ke arah Erlangga.

"Gatau. Tapi aku minta maaf kalo ada sesuatu yang bikin Obi bete,"

Obi yang sedang mengetik, seketika terdiam mendengarnya. Apalagi saat mendengar Erlangga mengatakan 'Aku' saat bicara padanya.

"Maaf karna bikin Obi kesusahan. Kata Jaya Obi kemarin seharian nyari rumah Gama yah? Makasih udah perhatian,"

Tubuh Obi gemetar dan wajahnya terasa panas mendengarnya.

"Obi.. jangan diem aja dong.." kata Erlangga dengan suara pelan memelas.

Obi mematikan HP-nya lalu menoleh ke arah Erlangga.

"Iya.. gua Gapapa. Udah puas?" Tanya Obi dengan wajah jengkel yang di buat-buat.

"Hehe makasih.. nanti pulang aku jajanan es deh," kata Erlangga kembali ceria.

"Kalo es nya barengan juga gapapa," bisik Obi malu.

"Apa?" Tanya Erlangga tidak mendengar.

"Gapapa.. yaudah nanti beli es biasa aja. Elu kan juga jualan buat makan," katanya malu.

Erlangga tersenyum lebar dengan wajah penuh kegembiraan. Tapi di satu sudut, Anggi yang dari tadi memperhatikan Erlangga merasa semakin kesal karna Erlangga terlihat sangat bahagia, sementara dirinya sekarang jatuh miskin.

*****************************

Saat sedang makan siang, Jonathan, Jidan dan Erlangga lagi-lagi melihat berita penculikan anak yang masih berlangsung akhir-akhir ini.

"Serem banget anjir.. kemaren pas lagi ngojek, gua denger ada yang anaknya pernah ketemu, tapi organnya di ambil," kata Jidan.

"Iih.. berarti udah mati dong?" Tanya Erlangga ngeri.

"Iya. Jahat banget. Mana mayatnya cuman di masukin ke dalem plastik lagi, udah kaya bukan orang aja,"

Jonathan menelan ludah karna ikut membayangkan hal mengerikan itu.

PewarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang