Kakak Kelas Yang Keren

115 16 4
                                    

Suasana seketika menjadi sunyi. Apa yang di katakan Jidan membuat seisi rumah hening.

"Suka apa?" Tanya Jonathan.

Jidan yang baru sadar kalau dia kelepasan mengatakan itu pun langsung panik.

"I-iya.. gua suka sama elu. Hidup elu kan berat.. masalah sama ayah elu, masalah sama pacar elu, tapi elu tetep strong gitu.." kata Jidan panik.

Kakek Hasbi kembali melanjutkan ceritanya dan Ribut kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Aaah.. hahaha itu mah biasa. Semua orang punya masalah masing-masing. Masalah kamu juga ga kalah berat," kata Jonathan tersenyum menepuk pundak Jidan lalu dia berjalan ke ruang tengah dan ikut berkumpul bersama Erlangga untuk mendengarkan petualangan kakeknya.

Jidan menghela nafas lega karna dia berhasil keluar dari situasi yang mengerikan tadi.

*********************************

"Jadi anak-anak. Karna kasus penculikan akhir-akhir ini semakin banyak, di usahakan agar orang tua kalian mengantar dan menjemput kalian untuk sementara waktu. Bagi yang tidak jemput, usahakan jangan pulang sendirian. Dan kalau ada orang yang mengajak kalian bicara, langsung pergi ke tempat ramai," kata kepala sekolah memberikan pidato saat upacara.

Bagi sebagian murid, pidato tadi hanyalah ungkapan menyebalkan yang membuat mereka berdiri semakin lama di lapangan. Tapi Erlangga, benar-benar memikirkan itu karna Gama pernah menangis keras saat melihat berita penculikan di TV.

Saat sedang berjalan ke kelas, Erlangga masih merasa gugup karna dia akan satu meja dengan kakak kelas yang tidak dia kenal.

UTS di sekolah Erlangga di mulai hari ini. Sesuai absen, Erlangga berpisah dengan kedua temannya karna mereka ada di ruangan lain.

"Wah gokil.."

Erlangga yang sedang belajar mendongak melihat seorang murid laki-laki berbicara padanya.

Mata ngantuknya yang sayu tapi dia tetap tersenyum, jaket Hoodie berwarna hijau, dan sebuah Headphone menggantung di lehernya. Erlangga juga melihat ada permen lollipop di mulutnya.

"Keren..." Pikir Erlangga kagum.

"Elu beneran Erlangga yang jualan itu kan?" Tanyanya.

"I..ya.. kak.." kata Erlangga bingung.

"Hahaha yaudah. Salam kenal, gue Fahmi,"

"Iya kak salam kenal," kata Erlangga mulai relaks.

Sebelum bel bunyi, Erlangga memperhatikan kakak kelas yang menjadi teman sebangkunya ini cukup populer. Dia berteman baik dengan teman-teman kelasnya, menyapa semua orang, tapi dia juga seakan punya dunia nya sendiri kalau sedang memakai Headphone nya.

"Baik semuanya. Udah tau kan kalo semua UTS nya 10 soal esai? Jadi kerjakan yang kalian tau dan semoga hasilnya memuaskan," kata pengawas.

Erlangga mulai membuka lembaran soalnya. Karna penasaran, Erlangga melirik ke arah Fahmi yang sudah memasukkan switer dan headphone nya ke dalam tas.

Sesekali Fahmi menguap, tapi Erlangga merasa kalau tangan Fahmi tidak berhenti sedikitpun saat menulis seakan semua jawabannya terus mengalir di kepalanya.

25 menit berlalu.

"Pak.. saya udah.."

Seisi kelas langsung menoleh ke arah Fahmi.

"Kaya biasa, kamu hebat banget. Sini,"

Erlangga benar-benar terkejut. Meskipun dia hanya tersisa satu soal lagi, tapi dia sendiri masih ragu dengan jawaban yang dia tulis.

PewarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang