Hadiah

140 19 0
                                    

Dengan nafas berat setelah menaiki tangga sambil membawa dagangannya, Erlangga beristirahat sebentar di puncak tangga sambil membalas sapaan orang-orang yang melewatinya.

Obi yang melihatnya sempat ingin mendekati Erlangga dan membantunya. Tapi ada anak kelas lain yang lebih dulu membantunya.

"Hehehe makasih.." kata Erlangga setelah di bantu membawakan dagangannya ke mejanya.

"Gua pesen mie gorengnya yah.." kata orang itu sambil berjalan keluar dari kelas Erlangga.

Erlangga sudah di kenal oleh semua orang di sekolah ini. Tidak ada yang tidak mengenalnya karna dia selalu berkeliling saat istirahat untuk menawari dagangannya atau mengantar ke orang-orang yang sudah memesan sebelum kelas di mulai.

Obi senang karna Erlangga di terima baik oleh orang-orang, tapi karna itu juga dia jadi tidak bisa membantunya.

Malah yang ada, Anggi justru kembali dekat dengan Erlangga. Mulai dari membantunya berkeliling, sampai mencatat orang-orang yang ingin memesan tapi Erlangga belum datang ke sekolah.

"Ga.." panggil Erlangga.

"Hmmm??" Sahut Erlangga sambil mencatat tulisan guru yang ada di papan tulis.

"Elu beneran percaya sama Anggi? Elu kan tau dia jahat," kata Obi.

Erlangga tersenyum menoleh ke arah Obi.

"Mungkin dia udah berubah. Aku pernah baca kalo anak seumuran kita ini sifatnya masih gampang berubah," kata Erlangga.

"Tapi gua masih ga percaya. Pokoknya gua bakal tetep waspadain dia," katanya kesal.

Erlangga terkekeh pelan sambil mengelus tangan Obi.

Obi jadi malu sendiri karna di perlakukan seperti itu oleh Erlangga.

Hari ini dagangannya habis lebih cepat karna Jonathan membuat dagangan hanya sedikit karna dia menginap di rumah kakeknya. Bahkan Erlangga mengatakan kalau dia akan libur berjualan selama Jonathan tidak pulang.

"Wah gilee.. dapet banyak," kata Toro memuji setelah dia dan Jaya selesai mengantar pesanan ke lantai tiga.

Tim Erlangga dan Anggi yang tadi mengantar ke kantor guru juga sudah tiba.

Obi, Anggi, dan dua temannya berkumpul di depan kelas untuk memberikan uang penjualan pada Erlangga. Seperti biasa, Erlangga meletakkan uangnya di dalam plastik yang selalu dia letakkan di dalam box dagangannya.

"Hehe makasih yah udah mau bantuin, aku jadi ga enak," kata Erlangga menggaruk kepala.

"Kenapa harus ga enak? Lagian kita juga kadang di kasih dagangan elu, gratis lagi," sahut Jaya.

"Iya bener," kata Obi juga.

Erlangga mendengus lega lalu dia menoleh ke arah Anggi yang diam berdiri di sebelahnya.

"Makanan yang cocok buat ngumpul apa yah?" Tanya Erlangga tiba-tiba.

"Banyak sih. Kenapa emang? Elu mau traktir?" Tanya Toro girang.

"Hehehe iya.. tapi gua gatau mau beli apaan,"

Toro, Obi, dan Jaya saling menatap lalu mereka kembali melihat Erlangga.

"Gua pengen telor gulung," kata Jaya spontan.

"Dih apaan sih, enakan cilor," protes Toro.

"Gua mah bebas," kata Obi datar.

Dengan wajah gembira, Erlangga menoleh ke arah Anggi. Anggi mengerutkan keningnya.

"Apa? Gua ga bakal ikut ngumpul juga," katanya.

PewarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang