Bandar Narkoba

448 33 0
                                    

"Woi.."

Dengan raut wajah kusut, Jidan berbalik menoleh ke arah orang yang memanggilnya. Jidan memasang kepala Hoodie nya lalu dia menjabat tangan orang itu.

Dalam jabat tangan mereka, sebenarnya Jidan sedang memberikan sesuatu pada orang itu.

"Seneng banget nih bisa transaksi sama Kalian. Gua bakal jadi langganan," katanya.

"Laen kali kasih tips lah buat gua," celetuk Jidan.

"Hahaha santai.. gua ngerti ko, di dalam amplop itu gua udah ngasih duit lebih buat elu. Udah lah gua cabut dulu,"

Dengan tangan di dalam saku sweater nya, Jidan pergi dari sana.

Di tempat bosnya, Jidan duduk menunggu bosnya selesai menghitung uang.

"Udah pas. Elu boleh balik," katanya.

"Pas? Uangnya lebih itu. Katanya buat gua," kata Jidan protes.

"Eh bocah!! Elu mau cepet-cepet utang bokap elu kelar kan?"

Jidan mengerang lalu dia berdiri dan pergi dari sana.

******************************

"Ahaaah.. kamarnya jadi lebih besar hahaha. Ide adik kecil kita hebat juga," kata Jonathan mengacak-acak rambut Erlangga di dalam kamar barunya yang baru saja selesai di renovasi.

Dua hari berlalu sejak hari itu, rumah ini jadi semakin kosong karna Jonathan berhasil menjual barang-barang tua mereka, termasuk tempat tidur lama.

Dia juga mempekerjakan orang untuk menjebol dinding yang memisahkan dua ruangan itu.

"Jon!! Erlangga!!"

Jonathan dan Erlangga saling memandang senang karna mereka mendengar suara Nanda dari luar.

"Nanda.." sambut Jonathan mengangkat topinya.

"Hahaha elu lucu banget, emangnya style baju elu selalu kaya gitu?" Tanya Nanda tertawa karna Jonathan masih memakai celana panjang dan rompi jas tanpa lengan, serta topi pork pie miliknya.

"Semua orang punya selera pakaian mereka masing-masing. Gimana urusan di rumah lama kamu?" Tanya Jonathan.

Nanda masuk ke rumah itu, tidak ada perubahan apapun di ruang tamu. Tapi dia terkejut saat melihat kamar baru mereka.

"Masih kosong??" Tanya Nanda.

"Tentu.. karna ini rumah kita, jadi aku harus menunggu dan kita memutuskan bersama apa saja yang ingin di beli," ucap Jonathan bersandar menggunakan payungnya.

"Hahaha hebat, mobilnya berarti udah ke jual?" Tanya Nanda.

"Sudah. Aku membuka tabungan yang bisa kita gunakan bersama," kata Jonathan memberikan sebuah buku tabungan bank atas nama mereka bertiga dengan jumlah uang yang cukup membuatnya berkeringat.

"Maaf yah Erlangga sayang, karna umur kamu masih belum cukup, jadi nama kamu belum ada disini," kata Jonathan.

"Gapapa, aku ngerti," kata Erlangga tersenyum.

Karna tidak ada kipas, mereka memutuskan tidur di teras dan menggunakan tas berisi baju sebagai bantal.

Tidak seperti malam sebelumnya yang terasa sepi, malam ini dengan adanya Nanda, jadi ada seseorang yang bernyanyi untuk mereka.

"Maaf yah, besok kalo Jidan udah sampe, baru kita beli kipas biar bisa tidur di dalem," ucap Jonathan membelai kepala Erlangga yang kepalanya tidur di pangkuannya.

"Gapapa, aku juga biasa tidur begini," katanya tersenyum.

"Oh bener juga, ngomong-ngomong kehidupan kalian sebelumnya kaya gimana?" Tanya Nanda menghentikan permainan gitarnya.

PewarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang