Senang Atau Tidak

110 21 0
                                    

Di tempat tunggu, Tria tampak sangat sebal melihat orang yang sedang mengobrol dengan Jonathan.

Dengan alasan dia tidak bisa memilih pakaian, Jonathan meminta Olivia untuk menemani mereka berdua. Padahal Tria ingin menggunakan kesempatan ini untuk menunjukkan perhatian lebih pada Jonathan.

"Gimana? Perpaduan celana panjang dan rompi jas lengan panjang hitam di balik kemeja putih? Cocok banget sama topi dan payung kamu," kata Olivia tersenyum lebar.

"Hahaha kamu memang hebat," ucap Jonathan memperhatikan cermin di hadapannya sambil berbolak-balik mencoba pakaian barunya.

Jonathan berdiri menghadap ke arah Olivia lalu dia mengangkat topinya.

"Terimakasih.. kamu selalu bisa bantu aku kalau aku sedang kesulitan," katanya.

Mendengar Olivia mendapatkan pujian berkali-kali membuat Tria kesal. Tapi dia tidak bisa melakukan apapun karna bagaimanapun juga, di mata Jonathan terlihat kalau dia masih mencintai Olivia.

"Ngomong-ngomong gimana soal pernikahan kamu? Pacar baru kamu tau kan kalo kamu pergi sama aku?" Tanya Jonathan kembali meletakkan payung dan topinya di dekat Olivia sebelum masuk ke ruang ganti pakaian.

"Emm.. ngga. Aku masih gamau nikah sama dia.. di rumah udah capek banget pura-pura.. Jon, kamu gamau nyoba ngebujuk mama lagi? Elu kan pinter banget tuh. Ga ada rencana gitu?" Tanya Olivia memelas.

"Maaf Oliv.. itu di luar kendali aku," ucap Jonathan masuk ke dalam ruang ganti.

Olivia mengecap menunduk lalu dia menghela nafas.

Jonathan membayar 3 setel pakaian untuknya, dan 4 setel pakaian untuk Gama di kasir menggunakan uang yang di beri oleh kakek Hasbi.

"Mas.."

Jonathan yang baru saja ingin pergi, kembali berdiri menghadap ke arah kasir yang baru saja melayaninya.

"Ada apa nona cantik," sahut Jonathan tersenyum.

"Emm.. temen saya katanya mau minta nomor wa mas nya. Boleh ga?" Tanyanya malu-malu.

"Aaah.. boleh saya tau ingin di gunakan untuk apa?" Tanya Jonathan tersenyum lagi.

Tidak jauh di belakang sana, Tria yang sebal melihat Olivia mendengus kesal.

"Dia sering begini yah? Di deketin cewek-cewek?" Tanya Tria.

"Iya! Tiap kita jalan, kalo dia sendiri pasti ada aja cewek yang nempel. Ga enaknya punya cowok kaya Jonathan itu, elu harus siap-siap cemburu aja. Mana Jonathan orangnya baik banget lagi, ga mungkin dia nyuekin orang laen," kata Olivia ketus.

"Ternyata waktu pergi sama Olivia juga sama aja," pikir Tria menghela nafas lalu kembali melihat Jonathan yang baru saja memberikan nomor HP-nya.

Sebelum pulang, Jonathan sempat berhenti di depan toko alat musik. Dia terpaku melihat satu alat musik yang terpampang disana.

"Kenapa Jon?" Tanya Olivia menoleh ke arah Jonathan yang berhenti bersama Tria.

"Aku.. mau beli biola," katanya tersenyum cerah.

Tria dan Olivia saling menatap heran.

Jonathan mengajak Tria dan Olivia untuk ikut makan siang bersamanya.

Beruntung saat dia datang, Gama dan Jidan belum sampai di rumah, jadi Jonathan masih punya waktu untuk membuat makan siang.

"Bang Tria mau sesuatu?" Tawar Jonathan.

"Gua makan apa aja gapapa," katanya sambil perlahan duduk di sofa ruang tamu.

"Aah.. kalo kamu Oliv?" Tanya Jonathan.

"Pengen sosis aja, ada kan?" Tanya Olivia balik.

"Ada ko.. tunggu sebentar yah,"

Saat Jonathan pergi ke dalam, Tria menoleh ke arah Olivia yang bersandar santai sambil memainkan HP-nya.

"Gua kira elu bakal bilang terserah," katanya.

Olivia melirik ke arah Tria.

"Oh iya, elu pasti gatau yah? Jonathan ga pernah mikirin sesuatu buat dia sendiri, makanya dia selalu nanya kita. Dan itu sebenernya ngebantu dia, bukan nyusahin," kata gadis itu berdiri lalu pergi masuk ke dalam.

Tidak lama Olivia masuk, Jidan, Erlangga dan Gama pun datang. Setelah mencium tangan Tria, kedua anak kecil itu langsung berlarian masuk ke dalam kamar.

"Ada Olivia yah?" Tanya Jidan sambil melepas jaketnya.

"Iya," jawab Tria singkat.

Jidan mengangkat bahunya lalu dia pergi berjalan ke arah dapur.

"WAAAAAA!!!"

Tria yang mendengar suara teriakan Olivia, spontan langsung berdiri dan melihat ke arah dapur, begitu juga dengan Gama dan Erlangga yang mengintip dari pintu kamar.

Dari arah dapur, Jidan berjalan cepat lalu duduk di sofa dekat Tria dengan nafas terengah-engah.

"Ada apa?" Tanya Tria heran.

Jidan yang terlihat syok menggeleng cepat.

"Gapapa.." katanya karna dia melihat Erlangga dan Gama berjalan menghampirinya.

Di saat semua orang terdiam, mereka melihat Jonathan muncul di belakang Gama dan Erlangga.

"Anu Jidan.." ucap Jonathan gugup sambil memasang topinya.

"Gausah.. gausah di bahas, gua yang salah. Sori.." katanya masih gemetar menunduk.

Jonathan menelan ludah lalu dia mengangguk dan kembali ke dapur.

Erlangga yang terheran pun kembali melihat Jidan.

"Ada apa sih bang Jidan?" Tanyanya.

"Tadi yang tereak Olivia kan?" Tanya Tria.

"Gapapa. Gua capek mau tidur," Jidan bangkit lalu masuk ke dalam kamarnya.

Karna kejadian barusan, Jidan tidak ikut makan siang bersama. Bahkan saat makan malam bersama Nanda, dia hanya diam saja, begitu juga dengan Jonathan.

"Kalian kaya suami-istri lagi berantem tau," celetuk Nanda kesal, terutama dia kesal melihat Jidan karna dia tidak tau apa yang terjadi saat ini.

"Jidan!!" Panggil Nanda geram.

Gama dan Erlangga yang sama-sama ketakutan hanya bisa diam sambil memakan makan malam mereka.

Jidan menghela nafas lalu dia menoleh ke arah Jonathan yang menunduk murung sambil sesekali memasukkan sesendok nasi ke dalam mulutnya.

"Sori, harusnya gua ga tiba-tiba ke dapur gitu aja," kata Jidan.

"Ngga, aku yang harusnya minta maaf. Tidak seharusnya kami melakukan itu di tempat terbuka. Aku minta maaf, gara-gara ini kita jadi canggung," kata Jonathan melepas topinya lalu menunduk ke arah Jidan.

Jidan terkekeh lalu melirik ke arah Nanda yang masih menatapnya seakan menagih penjelasan dari semuanya.

Di malam hari, tepatnya jam 3 pagi Jidan terbangun dari tidurnya. Saat matanya terbuka, hal pertama yang dia lihat adalah wajah Jonathan yang tertidur nyenyak.

Jidan melirik ke arah kaki Jonathan, seperti biasa dia tidak memakai celana.

Perasaannya jadi bimbang setelah apa yang dia lihat tadi siang. Saat tiba di dapur, Jidan tidak sengaja memergoki Jonathan dan Olivia sedang berciuman dengan tangan mereka yang saling meraba tubuh satu sama lain.

Dia senang karna kecurigaan nya kalau Jonathan berpacaran dengan Tria ternyata salah, tapi dia juga sedih karena Jonathan masih menyukai Olivia.

Di dalam lamunannya, Jidan melihat bibir lembut Jonathan. Dia mendekatkan diri lalu menciumnya perlahan agar tidak membangunkannya.

"Gua tau elu pasti nganggep gua keluarga elu. Tapi gua suka sama elu.." bisiknya dengan emosi yang meluap sampai matanya gemetar.

Keesokan paginya saat mengantar Nanda, Jidan memberitahu Nanda apa yang dia lihat kemarin. Nanda bereaksi lebih tenang daripada Jidan. Tapi sebenarnya dia juga memikirkan betapa sulitnya menaklukkan hati Jonathan.

PewarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang