Harap 5

156 11 0
                                    

Pagi hari yang berbeda, hari ini setiap bangun tidur Humeyra akan disambut dengan meongan kucing untuk meminta makan, baru saja ia menuangkan makanan ke dalam wadah makanan kucing, Anko sudah mengeong keras.

"Humey, kasih makannya di luar jangan di dalem." perintah Bunda dengan tatapan mengawasi meskipun sudah diberi izin tetap saja Bunda belum bisa membiarkan Anko berkeliaran di dalam rumah. Tapi itu tidak menyurutkan semangat Humeyra untuk menumbuhkan rasa cinta Bunda untuk Anko.

"Iya Bunda," Humeyra langsung menuruti kata Bundanya supaya Anko bisa bertahan di rumah ini, Humeyra langsung mengarahkan Anko ke luar rumah dengan semangkok makanan.

"Makan yang banyak ya," gumam Humeyra sambil mengelus lembut kepala Anko.

Ia masih tidak menyangka keinginannya untuk memelihara kucing terwujud, setelah banyak cerita drama dari Bunda yang sangat kontra akan adanya hewan di dalam rumah, hari ini rumahnya menjadi saksi bisu perizinan memelihara kucing.

"Heh, hus! Hus!" usir Humeyra pada salah satu kucing yang baru saja mendatanginya hendak merebut makanan Anko.

Bukannya pergi, kucing itu malah duduk santai di depan dirinya, malah sampai berguling-guling bersikap sok imut berharap belas kasih supaya dapat makanan. Sesekali Humeyra mengusirnya menggunakan sapu menggiringnya keluar halaman rumah. Tapi hal itu sia-sia bagi Humeyra, kucing itu terus datang bahkan setelah Humeyra uber menggunakan sapu lidi.

Karena lelah terus mengusir kucing, Humeyra langsung membawa kucing itu pada kost-an di pinggir rumahnya. Lebih tepatnya terselang kolam tempat budidaya ikan.

"Keluar pake kerudung!" ujar Kak Aisyah.

"Iya ini udah." balas Humeyra lantas meninggalkan rumah.

Jadi, rumah nya itu berada di perkampungan dekat jalan raya, untuk posisi rumah Humeyra menghadap ke utara sedangkan kost-an yang super luas menghadap rumahnya, alias menghadap barat, jadi teras depan kost-an dapat ia lihat dari segimanapun di dalam rumahnya. Untuk sampai ke kost-an, tepat dijalan yang menanjak, di depan kost-an terdapat garasi luas juga terdapat tangga kecil yang menghubungkan dengan tempat terbuka berbentuk persegi yang dialih gunakan sebagai jemuran.

Tempat jemuran itu sengaja dipagar dan ditutup, mengingat yang menempati kost-an dulu adalah santri perempuan. Tapi semenjak kosong, penutup itu sobek besar membuat sebagian tempat jemuran terbuka lebar.

Seperti itulah gambarannya, dan sekarang Humeyra harus membuang kucing ini ke dalam kost-an bagaimanapun caranya. Satu alasan, dulu saat masih ada santriwati, kucing kampung yang akan Humeyra buang ini adalah milik mereka, kata Farid namanya Mimi. Melalui perantara Farid, Humeyra berpesan untuk meminta satu anak kucing dari si Mimi, saat itu sudah diberi dua anak kucing sekaligus. Sayangnya si induk kucing alias Mimi terus mengeong, bahkan sampai menggiring anak-anaknya untuk kembali ke kost-an. Jelas Humeyra kesal merasa diacuhkan oleh seekor kucing bayangkan. Itulah alasan Humeyra mengembalikan kucing ini ke kost-an lagi.

Humeyra melirik ke sana ke mari memastikan tidak ada orang yang melihat, sedikit menyeramkan saat tiba di depan gerbang yang menjulang tinggi berwarna hitam, terkesan seram setelah tak berpenghuni.

"Cing, karena kamu mengganggu kucing aku makan jadi aku balikin kamu ke kost-an ini ya, sana balik sama majikan kamu. Dulu aja nggak mau diurus sama aku." monolog Humeyra langsung memasukkan kucing itu ke dalam kost-an. Alih-alih memastikan kucing itu tidak bisa keluar lagi, mata Humeyra tergoda untuk meneropong isi kostan melalui celah gerbang. Ternyata dalam kost-an ini terbilang luas apalagi di dalamnya bisa terparkir motor juga mobil, sayangnya bila kostan ini sepi bisa jadi sarang ternyaman untuk mahkluk ghaib.

"Lagi apa kak?"

Seketika Humeyra tersentak mendengar suara bariton yang mungkin menunjukan pertanyaan itu padanya. Humeyra menoleh ke belakang. Dua bola mata Humeyra sukses melotot kala ia berhadapan langsung dengan seorang santri. Ia kenal siapa laki-laki berwajah datar itu, setiap pagi selalu bertemu mengendarai motor sambil menggunakan headset, tidak lupa wajah tegang bercampur datar selalu tertangkap oleh penglihatan Humeyra, dia selalu mengantarkan makanan untuk santriwati dulu, bahkan dulu Bunda bercerita hampir tertabrak oleh santri berwajah datar ini saat sedang bersepeda di area kampung, lantaran tak memberi klakson sebagai peringatan adanya kendaraan lain, Bunda hampir terjatuh terserempet motor pria berwajah datar itu.

MELEPAS HARAP | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang