Harap 12

84 8 0
                                    

"Ya Rasulullah ya ya Nabi ya Nabi, laka syafa'ah wa hadza matlabi ya nabi, Antal murtaja yaumaz ziham, Isyfa'lana ya ya khoirol Anam...

ISYFA'LANA LANA LANA YA HABIBANA, ISYFA'LANA LANA LANA YA HABIBANA...

Laka Syafa'ah ya Rasulullah ya ya Nabi ya Nabi...

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA MUHAMMAD YA ROBBI SHOLLI' ALAIHI WA SALLIM, ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA MUHAMMAD YA ROBBI SHOLLI' ALAIHI WA SALLIM

Lantunan sholawat terus menggema di malam yang hening, terdengar jelas sampai ke kamar Humeyra. Tentu Humeyra mendengarkan dengan khusyuk, rasanya ingin sekali dirinya ikut bergabung dan melantangkan suara. Rebana yang bertabuh membuat hatinya ikut berdebar merasa kagum sekaligus merinding bisa menciptakan suasana semeriah itu.

Setelah acara Haul Habib, membuat Humeyra selalu ketagihan untuk menghadiri acara majelis. Sayang nya waktu yang ditetapkan selalu sampai malam, Humeyra hanya kesulitan kendaraan saat pulang. Kak Aisyah dan Bang Tama bekerja, kadang tidak menginap di rumah bunda. Kendaraan pun kadang di pakai oleh Bang Tama bekerja, lantas nanti Humeyra meminta pada siapa untuk menjemputnya?

Tapi kali ini Humeyra sedikit terobati saat mendengar lantunan sholawat digiring rebana dapat tersampai di telinganya sehingga ia merasa ikut serta dalam memeriahkannya.

Humeyra beranjak dari tempat tidurnya menuju ruang tamu, mengintip di balik jendela yang mengarah langsung ke area kost-an. Berderet para santri duduk rapi mengenakan pakaian serentak berwarna putih.

"Masya Allah, yang seperti itu Ya Allah." gumam Humeyra tak lepas meneliti satu per satu laki-laki di sana.

"Jangan ngintip-ngintip nanti matanya bengkak loh." seru Farid sudah berada di samping Humeyra.

Humeyra menoleh pada Farid, "Kamu nggak nanyain nama si salam siapa?" Tanya Humeyra.

"Salam?" heran Farid.

"Panggilan sementara, kan suka kasih salam ke aku," Humeyra terkekeh dibalas delikkan mata Farid.

"Aku lupa mau nanyain namanya, sekali nya bisa kata si salam nanti." jelas Farid.

Kening Humeyra mengerut, "loh kenapa?"

"Ada ustadz nya lah nanti ketahuan gimana?"

"Besok dong tanyain siapa namanya toh." titah Humeyra, namun yang ia dapatkan adalah tatapan julid meminta upah.

Humeyra menggeram gemas, "apa? Mau apa lagi?!"

Berderet gigi susu milik Farid, bukannya gemas Humeyra malah ingin menonjok gigi itu sampai tak tersisa.

"Beliin lato-lato ya, sekalian antar besok habis jumatan." kekeh Farid sambil memegang kedua tangan Humeyra berharap mau mengantar nya.

"Iya!"

"YESS! AHOOYY!"

~~~

Udara pagi meruak masuk ke dalam rumah, sejuk khas perkampungan membuat siapapun anak rantauan rindu untuk pulang. Rindu suasana pagi yang ceria, pagi-pagi yang tidak pernah absen hadir gorengan panas juga serabi yang tertata manis di atas meja, teh manis hangat menjadi minuman favorit setelah menyantap gorengan. Bukan semata karena hidangan, tapi suasana kebersamaan di pagi itulah yang membuat siapapun rindu. Tertawa bersama, saling bertukar kabar, macam-macam cerita berpadu mengeratkan keharmonisan.

Suasana kampung memang tidak bisa dikalahkan, seperti pagi ini saja banyak warga berlalu-lalang untuk berbelanja, menyerbu tukang gorengan. Tapi kali ini agak lain, seluruh penghuni kostan ikut andil dalam memeriahkan pagi di hari jumat.

Aktivitas yang belum Humeyra lihat sebelumnya, para santri  sibuk bebersih. Entah itu di dalam kost-an, menyapu halaman kost-an, menjemur sebagian kasur sekaligus bantal di halaman, bahkan sampai membersihkan karpet dipinggir jalan dengan menyampirkannya di pinggir tembok. Semuanya bekerja dibarengi dengan gelak tawa hingga teriak tidak jelas terdengar namun mengundang tawa warga.

Kehebohan semakin membuncah saat musik yang diputar adalah sholawatan malah berubah menjadi lagu dangdut. Sontak semua santri bersorak kegirangan sambil berjoget ria. Kini kost-an berubah menjadi pusat pemandangan di pagi ini, melihat tingkah kocak para santri yang bikin geleng-geleng kepala. Berbanding terbalik saat dahulu ditempati oleh santriwati, begitu damai dan hening bahkan tak satupun dari mereka keluar kost. Semuanya serba tertutup tidak seperti saat ini begitu terbuka.

"Rajin juga mereka," gumam Humeyra mengintip dari dalam rumah.

"Ya memang harus gitu Mey, masa kamu kalah sama laki-laki?" Tanya bunda ikut berdiri di samping Humeyra.

"Humey sebenarnya rajin bun, cuman karena keburu ada santri  datang jadi Humeyra malu buat bersih-bersih di luar rumah." jelas Humeyra.

"Nggak usah malu selagi aurat kamu tertutup, mereka nggak akan gigit apalagi bunuh kamu Humey."

"Bukan gitu bun, Humey malu kalau diliatin sama laki-laki. Langsung salting bun,"

Bundanya tertawa renyah mendengar penuturan anak keduanya.

"Kak Humey! Salam nyariin kamu." pekik Farid dari arah dapur sontak Humeyra menghampiri dengan langkah cepat.

"Mana? Mana?" ucap Humeyra cepat sambil mencari-cari sosok tersebut.

Farid mengarahkan pandangan Humeyra tepat pada tempat jemuran dimana sosok pria itu berdiri menghadap ke arah nya lantas tersenyum kepada Farid.

"Yang itu orang nya, lagi berdiri sendirian di tempat jemuran ayok muncul. Nyariin kamu Kak Humey!" greget Farid berusaha menarik lengan kakaknya agar muncul menampakkan wajah pada si salam.

"Malu Rid! Itu ada temennya ikut liatin nggak mau ah! Bilang aja malu." titah Humeyra masih bersembunyi walaupun ia memanjangkan lehernya untuk melihat lebih jelas pria yang memberinya salam.

Humeyra tersenyum simpul kala pria itu mengangguk paham akan apa yang Farid ucapkan bahwa dirinya malu untuk muncul, hati Humeyra lega.

"Mereka mau pada kemana Rid?" Tanya Humeyra saat semua santri bergerak keluar kost-an sambil menenteng beberapa macam bola. Mulai dari sepak bola, bola voly dan bola basket.

"Olahragalah Kak Mey, nggak lihat apa mereka bawa bola?" nada bicara Farid meninggi.

"Kemana? Kan lapangan di sini jauh."

"Ya mereka sekalian jalan-jalan pagi sambil olahraga toh."

"Ohh, Masya Allah yang ganteng kebanyakan bersembunyi dibalik rumah. Nggak sembarang jodoh mereka Masya Allah." gumam Humeyra kembali mengintip di balik jendela.

Farid yang masih berdiri di samping Humeyra hanya bisa menggelengkan kepala kala topik pembicaraan tidak nyambung.

"Yeh! Bahas apa jawabnya apa!" amuk Farid lantas melenggang pergi membiarkan kakak nya puas melihat santri yang bersiap untuk olahraga. Terkadang melihat tingkah kakaknya seperti orang keluar dari pedalaman hutan dan baru melihat laki-laki saja.

___________________________________________________

Happy Reading ✨🌙

In Memoriam
13 April 2023

MELEPAS HARAP | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang