Harap 33

53 10 0
                                    

Rangkaian acara pernikahan selesai, sisanya tinggal sesi foto bersama. Bila yang lain rebutan untuk berfoto bersama pengantin, Humeyra malah didesak Bunda untuk berfoto dengan pengantin. Jelas dengan satu kali hentakkan kaki, Humeyra menolak permintaan Bunda, walaupun sang pengantin adalah teman kelas semasa SMA, tetap saja malu menjadi alasan utama Humeyra.

"Humeyra Iftinah Pakeejah, ayo naik mumpung lagi kosong toh!" pekik Bunda terus mendorong punggung Humeyra agar melangkah maju. Namun Humeyra sekali lagi memundurkan langkah menolak.

"Nggak mau Bun, malu. Cuman salaman aja deh," rengek Humeyra.

"Astagfirullah ini Bunda punya anak perempuan malu nya sejagad, mau sampai kapan kamu terus malu Mey? Apalagi nanti kamu menikah? Lebih-lebih dari ini loh." tutur Bunda membuat Humeyra kembali merengek.

"Kenapa harus foto sih Bun? Lagian Humeyra bukan keluarga deketnya juga."

"Biar nular nikahnya, ayok! Siapa tahu Agam yang Allah takdirkan buat kamu."

Humeyra berdecak, "Ck! Aku ndak mau berharap toh Bun, sakit. Kak Agam mau pergi aja sudah sesakit ini,"

"Berdoa, semuanya usahakan dengan doa. Berusaha jadi lebih baik, jangan mudah menyerah hanya dengan satu kali berdoa, harus berkali-kali."

"Iya Bunda ku yang cantik, yuk pulang."

"Humeyra!" pekik Bunda, mata nya tersorot nyalang pada Humeyra.

Pada akhirnya Humeyra mengikuti perintah Bunda, naik ke atas pelaminan untuk berpamitan pulang sekaligus meminta foto bersama. Seberapa kali pun Humeyra menolak, jika itu sudah perintah Bunda, yang ia tolak akan berubah menjadi penerimaan. Dengan langkah ragu beserta gugup Humeyra berjalan ke atas pelaminan seorang diri.

Di depan matanya ia melihat dua mempelai pengantin tengah duduk lantas beralih menatap dirinya mendekat. Humeyra tersenyum lantas menyalami keduanya.

"Masya Allah Fatim sudah sold out. Barakallahu lakum wa baraka alaikum. Selamat atas pernikahannya Fatimah, semoga kamu dapat menjadi bidadari terbaik untuk suami dan anak-anakmu kelak, juga kehidupan rumah tangganya selalu dilimpahi rahmat dan berkah dari Allah ta'ala." ucap Humeyra tak lepas menepuk kedua tangan Fatimah yang ia genggam. Setelah berhadapan langsung dengan temannya, Humeyra masih tidak menyangka teman satu umurnya sudah lebih dulu menikah.

"Aamiin Allahumma aamiin, Alhamdulillah makasih banyak Mey doanya, kamu kapan nyusul? Sudah ada kandidat nya?"

Humeyra tertawa hambar, "Sama-sama, Insya Allah datang secepatnya ke rumah, doakan ya,"

"Boleh foto bersama?" Tanya Humeyra ragu.

"Boleh banget Humey!" seru Fatimah begitu girang.

"Tunggu sebentar," cegah Fatimah membuat Humeyra yang akan berpindah posisi terpaku lantas menatap Fatimah dengan tatapan heran.

Tanpa disadari Fatimah memberinya sebuket bunga hidup yang dihiasi oleh bunga mawar berwarna merah, "buat kamu Mey, semoga dipermudah jalan jodoh kamu untuk bertemu denganmu atas izin Allah,"

Dengan rasa tidak menyangka Humeyra menerima sebuket bunga dari Fatimah, ia tidak menyangka bisa menerima secara langsung bunga asli dari sang pengantin apalagi setelah mendengar ucapan Fatimah membuat Humeyra terharu, rasanya sudut matanya memanas. Kata orang-orang jika mendapatkan sebuket bunga dari sang pengantin, akan segera menikah dalam waktu dekat. Entah lah, Humeyra tidak begitu mempercayainya, ia tidak ingin semakin berharap dengan kenyataan buket bunga pengantin ini ada di genggaman nya.

Tapi tetap doa yang akan Humeyra panjatkan, meminta yang terbaik untuk hidupnya

~~~

MELEPAS HARAP | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang