Harap 4

152 13 1
                                    

Masuk lebih dalam ke masjid, setelah mengambil wudhu dengan drama desak-desakan karena diluar perkiraan Humeyra, yang datang banyak sekali. Oksigen terasa sulit untuk dihirup, untuk mencapai tempat utama Humeyra harus berjalan bersama ribuan orang, saling bertabrakan berusaha paling cepat untuk mendapatkan tempat.

"Dek, ayok jalannya. Nanti kita nggak kebagian tempat." Ujar Kak Deby seraya menggenggm tangan Humeyra.

Berhubung ia dengan Kak Aisyah terpisah jadi Humeyra ikut bersama Kak Deby.

Setelah perjuangan menaiki tangga akhirnya sampai ditempat tujuan dimana tempat luas yang digunakan untuk salat sudah penuh dipadati manusia, bahkan dibagian atasnya pun sudah tidak tersisa tempat lagi. Alhasil Humeyra harus menerima salat maghrib berdesakan.

Sambil menunggu adzan maghrib Humeyra terdiam sejenak meneliti sekitar juga bangunan masjid begitu luas dan tinggi. Masjid sebesar ini dipenuhi oleh beribu orang untuk melihat para kekasih Allah. Humeyra kikuk, apa acara selanjutnya? Humeyra hanya  melihat para panitia sibuk menertibkan massa juga menyiapkan peralatan untuk digunakan, semuanya sudah tertata rapi tinggal menunggu tamu utama datang.

Awalnya Humeyra kira saat datang ke sini semuanya sudah hadir dan acara akan dimulai, tapi nyatanya setelah salat isya pun mereka masih menunggu kedatangan habib. Mata Humeyra tiba-tiba layu sudah tidak bisa menahan kantuk dibarengi pening dikepalanya, membuat tubuhnya terasa tidak karuan. Yang Humeyra pikirkan adalah, kapan ia bisa pulang ke rumah? Rasanya Humeyra ingin menjatuhkan diri ke atas kasur lantas terlelap dalam tidurnya.

Yang lebih membuatnya bertanya-tanya kenapa semua orang di ruangan ini sebegitu antusias nya, sampai-sampai ia tidak bisa menemukan orang tertunduk memejamkan mata? Mereka sibuk melirik mencari keberadaan habib yang satu persatu mulai datang. Humeyra ikut melirik, tapi sayangnya pandangan Humeyra tidak mampu menangkap dengan jelas, karena banyak punggung menghalangi manik nya untuk melihat para habib.

"Kamu keliatan tidak Humey?" Tanya Kak Deby.

"Nggak kak, susah."

"Acaranya sudah mulai,"

Humeyra kembali terduduk, mendengarkan suara mulai melantunkan  ayat-ayat Al-Qur'an. Rebana bertabuh bergema ke seluruh sudut masjid. Merdunya suara menyapa pendengaran Humeyra, membuat tubuhnya merinding, selanjutnya seisi masjid ikut bersholawat penuh semangat. Humeyra takjub, ingin sekali Humeyra mengabadikan momen ini, sayangnya baterai ponselnya habis.

Dalam posisi berdiri sebagian orang terpejam meresapi Mahalul Qiyam, sampai-sampai Humeyra mendapati orang tersedu meneteskan air mata. Sudut hatinya ikut tersentuh, Humeyra yang tak paham arti setiap liriknya pun ikut merasakan keharuan dalam hati. Perlahan air mata mulai berlinang dipelupuk mata beriring matanya ikut terpejam meresapi setiap bacaan yang ia lantunkan, seolah dengan bahasa kalbu Humeyra mampu memahami setiap lirik ditujukan untuk memuliakan Sang Rasulullah, Baginda Nabi Muhammad.

ﻳﺎ ﺣﺒﻴﺒﯽ ﻳﺎ ﻣﺤﻤﺪ ، ﻳﺎﻋﺮﻭﺱ ﺍﻟﺨﺎﻓﻘﻴﻦ
(Yâ habîbî yâ Muhammad, yâ 'arûsal-khôfiqoini)
"Wahai kekasihku, wahai Muhammad, wahai pengantin tanah timur dan barat (sedunia)."

ﻳﺎ ﻣﺆﻳﺪ ﻳﺎﻣﻤﺠﺪ ، ﻳﺎ ﺇﻣﺎﻡ ﺍﻟﻘﺒﻠﺘﻴﻦ
(Yâ mu-ayyad yâ mumajjad, yâ imâmal qiblataini)
"Wahai Nabi yang dikuatkan (dengan wahyu), wahai Nabi yang diagungkan, wahai imam dua arah kiblat."

ﻳﺎ ﻧﺒﻲ ﺳﻼﻡ ﻋﻠﻴﻚ ، ﻳﺎﺭﺳﻮﻝ ﺳﻼﻡ ﻋﻠﻴﻚ
(Yâ nabî salâm 'alaika, Yâ Rosûl salâm 'Alaika)

ﻳﺎﺣﺒﻴﺐ ﺳﻼﻡ ﻋﻠﻴﻚ ، ﺻﻠﻮﺍﺕ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻚ
(Yâ habîb salâm 'alaika, sholawâtullâh 'Alaika)
"Wahai kekasih, salam sejahtera untukmu dan Sholawat (rohmat) Allah untukmu."

MELEPAS HARAP | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang