(Satu Bulan Kemudian)
Meski sedih masih hadir dalam relung hatinya, bukan berati Humeyra harus terpuruk dalam lingkaran kesedihan. Jujur ia masih merindukan Agam, namun ia tidak bisa diam ditempat sampai kesedihan nya sirna, jika Agam melangkah sangat jauh, maka Humeyra pun harus ikut melangkah lebih jauh lagi berupaya melupakan pria itu. Humeyra tidak bisa berharap hanya melalui pesan kabar pria itu, saat ini Humeyra hanya bisa berdoa yang terbaik untuk dirinya juga Agam.
Andai saja alasan Tuhan mempertemukan dirinya dengan Agam sebagai perkenalan lalu dipisahkan adalah untuk dipersatukan, Humeyra akan berusaha sesuai yang ia bisa untuk bertahan. Ia akan terus berdoa apapun jalan yang Agam lalui, semoga Allah pernudah, senantiasa menjaga pandangan juga hati, dijauhkan dari wanita yang mencoba untuk memanfaatkannya. Wanita bisa menunggu lamanya tuk kembali berjumpa dengan pria yang didamba, begitu juga dengan Humeyra, meskipun selalu terselip keluhan, ketahuilah dirinya tengah berusaha menghilangkan sifat mengeluh dalam penantiannya. Humeyra mencoba menikmati indahnya menunggu, karena ia tahu apapun yang ia jalankan adalah takdir terbaik yang sudah Allah beri, maka setiap langkah ia percayakan hidup matinya pada Allah.
Setelah kepergian Agam, tekad Humeyra sudah mantap untuk keluar dari zona kenyamanan nya. Dirinya akan berkelana untuk mencari kerja. Apapun itu kerjanya, Humeyra berharap akan selalu disibukkan agar proses melupa nya pada Agam berjalan lancar. Sebelumnya Humeyra sampai merengek pada Sang Ayah untuk ikut merantau ke Bekasi, alasannya agar ia tidak selalu terbayang akan kenangan dirinya dengan Agam di kampung ini, sayangnya panggilan kerja sudah Humeyra dapatkan di sini. Alhasil Humeyra kini mulai bekerja di salah satu toserba tuk memulai hidup barunya.
Benar saja, apa yang Humeyra harapkan terkabul, semasa ia bekerja di toserba tak henti disibukkan oleh banyaknya pelanggan untuk berbelanja, sampai Humeyra kewalahan melayani pelanggan. Berangkat pagi, pulang sore, esoknya pulang larut dalam keadaan lelah, pekerjaan nya akan terus berputar setiap hari mulai dari sekarang. Tetap Humeyra syukuri, sebagai bahan pelajaran kelak setelah ia sudah tidak bekerja lagi.
Setelah pergantian shift, Humeyra melirik jam di tangannya. Sudah menunjukkan pukul empat sore, Humeyra lantas bergegas mengambil barang bawaannya di loker atas, setelahnya ia melesat keluar dari lingkungan toserba sampai akhirnya tubuhnya membawa Humeyra berdiam di salah satu minimarket pinggir jalan kecil, menikmati minuman yang kini Humeyra genggam sambil duduk. Sambil menunggu minumannya habis, Humeyra merogoh tas nya untuk mengambil salah satu buku novel yang baru saja ia beli di toko buku langganan nya.
Suasana sore yang sejuk namun dipadati oleh pejalan kaki yang hendak pulang ke rumah. Tak sedikit pun Humeyra terganggu akan kebisingan karena fokusnya kini membaca buku.
"Assalamualaikum, Humeyra."
Seketika napas Humeyra terhenti, mendengar salam barusan seperti membawanya pada tiga bulan yang lalu, dimana salam itu selalu ia dapatkan dari Agam, kapanpun ia berjumpa dengan Agam, salam ini sama persis seperti yang Agam ucapkan beserta nada bicara pria itu selalu mengitari indera pendengaran nya.
Sontak Humeyra langsung melirik pada sumber suara, hatinya berharap yang memanggilnya adalah benar Agam. Namun saat manik nya menatap ke depan, ia mendapati sosok pria yang kini tengah tersenyum padanya. Sayangnya, senyum itu tak sama seperti senyum dari pria tiga bulan yang lalu, kali ini berbeda. Bukan Agam, melainkan Habsya. Pria yang tiga bulan lalu juga pernah berpapasan dan menghubungi nya.
"Waalaikumsalam. Habsya, habis dari mana?" sahut Humeyra.
"Habis pulang kuliah, aku boleh ikut duduk sebentar di sini?" izin Habsya, dengan senang hati Humeyra menggeser tempat duduknya agak menjauh mempersilakan Habsya ikut duduk.
"Boleh, silakan."
"Lagi baca apa? Serius sekali." Tanya Habsya seraya duduk.
"Biasa perempuan, bacanya novel, hehe."
"Akhir-akhir ini aku sering lihat kamu duduk di sini? Habis pulang kerja atau kuliah Mey?"
Humeyra menutup buku novelnya, "Aku kerja, baru jalan satu bulan ini, Alhamdulillah."
"Alhamdulillah, syukur kalau begitu. Setelah ini mau langsung pulang?"
Humeyra mengangguk kikuk, "iya,"
"Mau bareng? Sekalian aku juga pulang Mey,"
Sontak Humeyra menggeleng keras, "ndak usah, Makasih Habsya. Aku bisa pulang sendiri, lagian jalan kaki juga bisa jaraknya nggak jauh." tolak Humeyra lembut seraya mengemasi barang-barangnya.
"Beneran nggak mau bareng?"
"Beneran Habsya, kalau begitu aku pamit, assalamualaikum." Humeyra beranjak berdiri, ia menyampirkan tas nya di pundak setelahnya hendak berjalan meninggalkan Habsya yang masih terduduk di sana.
"Humeyra," panggil Habsya, sontak saja Humeyra menoleh.
Tidak ada respon apapun dari Habsya, sampai membuat Humeyra menunggu lama. Ia hanya melihat tatapan kosong Habsya yang tertuju kepadanya, terdiam lama sampai akhirnya Humeyra melambaikan kedua tangannya berusaha menyadarkan lamunan Habsya.
"Hey, jangan melamun bentar lagi maghrib,"
Habsya langsung tersadar dalam lamunan nya lantas menggelengkan kepala, "Oh iya, maaf. Tidak jadi Mey, kalau sudah waktunya akan aku sampaikan."
Dahi Humeyra mengerut, "Apaan tuh?"
"Coba minta petunjuk pada Allah, Mey. Insya Allah seiring berjalannya waktu akan terjawab."
Humeyra tersenyum simpul, "apapun itu semoga Allah permudah,"
Aamiin Ya Rabb, ucapanmu adalah doaku. Batin Habsya lantas membalas dengan seutas senyuman manis.
"Waalaikumsalam, hati-hati di jalan." sahut Habsya lantas ikut melambaikan tangannya pada Humeyra. Sedangkan Sang Empu langsung berbalik badan, meski sudut bibir nya terbentuk melengkung ke atas terhadap tingkah Habsya.
Tidak di sangka secara langsung Humeyra bisa langsung berkomunikasi dengan Habsya, setahunya Habsya adalah pria pemalu jika sudah berbicara dengan wanita, apalagi berdua. Semasa SMP pun kala berbicara dengannya, sorot bola mata Habsya selalu berkeliaran ke sudut lain, menandakan pria itu tak nyaman berbicara berdekatan dengan perempuan. Hari ini, Humeyra bisa melihat ketenangan dari manik coklat pria itu. Yang dulu disangka Habsya tak akan pernah bertemu lagi dengan nya karena sibuk mondok setelah keluar SMP, nyatanya ia dikejutkan bisa kembali bertemu dengan Habsya. Malah sekarang Habsya sedang mempertinggi ilmunya. Masya Allah.
___________________________________________________
Happy Reading ✨🌙
Masih berusaha menentukan akhir cerita bikin mumet 7 hari 🤧
Sulit bangeeet ya Allah, bikin cerita akhir aja sampai sebimbang ini.... Sabar sabar bentar lagi tamat kok ceritanya, semoga sesuai harapan yaa...In Memoriam
8 Juni 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
MELEPAS HARAP | Complete
Teen FictionMencintai bukan berati harus memiliki, terkadang mencintai harus bisa mengikhlaskan nya. Berharap padanya yang jauh dari kata gapai. Wanita yang dihadapkan dengan kata tunggu, menunggu pria yang ia cintai nya datang untuk meminang. Namun, semuanya r...