Kembali ke awal, Humeyra melakukan kembali bisnis awalnya untuk menjual kerudung. Di hari jumat ini Humeyra banyak mengucap syukur saat jualannya dibanjiri orderan, mau tidak mau barang yang tadinya akan Humeyra ambil lusa harus diambil sekarang karena terbatas akan modal yang ia miliki. Ini pun Humeyra mengambil setengahnya dari orderan pelanggan.
Hari ini ia akan bertemu dengan Zulfa tangan pertama penjualan kerudung. Zulfa sekaligus teman semasa SMA nya dulu, bisa dibilang mereka berdua tidak terlalu dekat, berkomunikasipun hanya sebutuhnya saja. Setelah keluar sekolah pun pembicaraan tidak lebih dari penjualan kerudung atau seputar bisnis Zulfa yang hebatnya sangat maju dimulai saat wanita itu duduk di bangku dua SMA.
Humeyra merapikan barang-barang yang diperlukan sekaligus ia membawa mukena ke dalam totebag nya berjaga-jaga ia akan pulang sampai sore karena sekalian mengantar beberapa kerudung. Sebelum berangkat, Humeyra mengecek lagi barang bawaannya, dirasa semuanya sudah lengkap ia keluar dari kamar untuk berpamitan pada bunda.
"Bun, Humeyra berangkat ya, mau ambil pesenan." pamit Humeyra menyalami tangan Bundanya.
"Masya Allah, cantiknya anak bunda. Alhamdulillah sedikit-sedikit berubah ya, pakai gamis luar biasa cantik. Sampai bunda terkesima lihat nya Mey," puji Bunda membuat Humeyra tersipu malu.
Memang pakaian Humeyra berbeda hari ini, kalau biasanya saat bepergian ia akan mengenakan celana kulot jeans dengan crop top, tapi sekarang hatinya tertarik menggunakan gamis berwarna hitam dan kerudung berwarna marble menutup dada. Full hari ini pakaiannya syar'i sebagaimana pakaian yang Kak Aisyah kenakan.
Pakaian syar'i bagi Humeyra mendapatkan pandangan yang lain, rasanya Humeyra ingin mengenakan gamis seperti wanita muslimah lain. Senantiasa menjaga auratnya juga menjaga pandangan.
"Masa sih Bun Humey cantik?" Tanya Humeyra memastikan.
Bunda membalas dengan senyuman bangga, "lebih cantik seperti ini, anggun kelihatannya. Istiqomah ya sayang, jangan setengah-setengah."
"Iya bunda,"
"Payung jangan lupa dibawa, jaga-jaga takut hujan."
"Sudah bun, kalau gitu Humeyra pamit ya bun, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Niat awalnya Humeyra ingin izin pada Kak Aisyah untuk meminjam motor, tapi keputusan akhirnya Humeyra memilih untuk berjalan karena jarak pertemuannya dengan Zulfa lumayan dekat. Ia akan bertemu dengan temannya di toserba, sekaligus Humeyra ingin melepaskan jenuh karena jarang sekali Humeyra keluar rumah hanya untuk bermain.
Dan kalian tahu? Pertama kali dalam hidupnya ia keluar rumah sendirian bahkan nongkrong sendirian. Biasanya untuk masalah nongkrong apapun yang berbau outdoor pasti harus bersama teman-teman. Dulu Humeyra kata, sendirian itu nggak enak seperti orang kehilangan orang tua. Sekarang? Perkataan itu sudah ditelan habis oleh lidahnya. Kesendirian menemukan ketenangan dalam hati Humeyra, dirinya yang dulu menyukai keramaian, sekarang ia lebih menyukai kedamaian, ketenangan.
Merenung sendirian membuat otak dan hatinya reda dari segala huru-hara, ia bisa berpikir jernih. Terkadang bercerita kepada sesiapa tak menemukan titik tenang ataupun solusi. Setiap orang punya cara masing-masing untuk menyelesaikan persoalan hidup, begitupun dengan Humeyra. Meskipun beragam, kadang ia membutuhkan teman bicara untuk menampung gelisah hatinya lantas solusi yang ia minta dari teman, Bunda ataupun Kak Aisyah, kadang seperti saat ini, ia membutuhkan kesendirian berusaha menyusun puzzle kehidupannya.
Humeyra memandang langit, memastikan hari yang mendung ini belum menjatuhkan butiran-butiran air. Setelah memastikan Humeyra bergegas melangkah pergi, tapi sayangnya ia harus berbalik masuk ke rumah saat segerombolan pria memakai jubah putih berjalan melewati rumahnya untuk melaksanakan salat jumat. Awalnya Humeyra sempat terpaku melihat para kaum adam, ia mendapati si salam pada gerombolan itu yang juga saling bertatapan. Hanya sekilas, lantaran Humeyra langsung berlari ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELEPAS HARAP | Complete
Fiksi RemajaMencintai bukan berati harus memiliki, terkadang mencintai harus bisa mengikhlaskan nya. Berharap padanya yang jauh dari kata gapai. Wanita yang dihadapkan dengan kata tunggu, menunggu pria yang ia cintai nya datang untuk meminang. Namun, semuanya r...