Harap 23

71 8 0
                                    

Dari kejauhan Humeyra dapat melihat rumah megah dengan pondasi tinggi berwarna coklat dan cream, rumah serba tertutup dengan pagar tembok juga gerbang yang super mewah. Belum lagi bergeser ke sisi dalam rumah yang tiada henti berdecak kagum, semua barang-barang elite terpampang jelas. Usaha dari kerja keras manusia, mampu membangun istana dunia seperti ini. Kelak Humeyra pun ingin membangun istana impiannya di atas tanah juga langit. Semuanya bergantung pada kerja keras dan ikhtiar masing-masing, tapi Humeyra kembali mengaca diri, ia tidak punya apa-apa untuk dikembangkan, bahkan sulit baginya untuk mendapatkan pekerjaan. Beruntung mereka yang terlahir dari orang tua yang serba berada, apa yang mereka mulai akan terjamin kesuksesan nya.

Jatuh bangun di panggung kehidupan adalah sebuah perjalanan panjang menuju kesuksesan dan bahagia. Walaupun saat jatuh membuat mental ikut jatuh, namun sebagian orang merubah pola pikirnya bahwa posisi jatuhnya inilah yang akan membawanya menuju puncak keagungan. Hadiah setelah kesedihan.

Perlahan Humeyra membuka gerbang besar yang mengeluarkan suara decitan. Kepala Humeyra muncul dibalik dua gerbang besar, mata hitamnya berkeliaran mengitari penjuru rumah, yang ia dapati sepi sekitarnya. Memang rumah besar selalu identik dengan kesepian, tentram dan damai, terkadang membuatnya kesulitan memanggil pamannya ini, karena teramat luas Humeyra harus mengitari setiap pintu rumah dan memalukan nya ia baru mengetahui sebelum ia membuka gerbang, terdapat bel rumah yang menempel di tembok. Sudah terlampau jauh masuk ke dalam halaman rumah, Humeyra tidak ingin berbalik badan untuk memencet bel rumah.

"ASSALAMUALAIKUM, PAMAN BEDUUU." Teriak Humeyra dengan nada seperti anak kecil mengajak bermain lantas ia terdiam mencoba mendengar suara menjawab salamnya.

Meskipun agak lama, akhirnya pintu rumah terbuka juga. Humeyra tersenyum lega kala Paman Bedu keluar dari rumahnya.

"Waalaikumsalam, eh Humeyra! Ada apa nak?" Tanya Paman Bedu. Ini yang membuat Humeyra kagum pada Pamannya, meskipun harta melimpah tak sedikit pun kesombongan melekat dalam hati pria paruh baya ini. Sikap terhadapnya seolah Humeyra adalah anak kandungnya, mungkin karena Paman nya hanya mempunyai satu anak itupun laki-laki. Pernah ia mendengar dari Bundanya, dulu Paman Bedu mempunyai anak kedua dan anak terakhir inilah yang Pamannya tunggu-tunggu karena lahir seorang anak perempuan yang diidamkan nya.

Naas bayi perempuannya tak terselamatkan saat terlahir ke dunia, itulah yang membuat perlakuan Paman Bedu kepada Humeyra layaknya seorang ayah dan anak. Katanya anak perempuan pandai dalam mengurusi kedua orang tuanya, mudah dalam membantu pekerjaan rumah dibandingkan dengan laki-laki.

"Ini Bunda kasih kue untuk Paman, kebetulan habis bikin kue buat ke Sumatera, karena sisanya banyak takut mubazir dibagi-bagi deh sama Bunda." jelas Humeyra.

"Waah! Kue buatan Bunda emang enak-enak Mey, bikin Paman nggak berhenti makan. Kenapa Bunda mu nggak buka pesanan kue saja?"

"Makin tua makin gampang capek, itu yang selalu Bunda bilang. Bunda pengen jualan yang nggak capek, semisal sembako gitu," jelas Humeyra dibalas anggukan kecil dari Pamannya.

"Humey sendiri sudah dapat kerja?"

Lagi, Humeyra mendapati pertanyaan yang sama setiap ia berjumpa dengan orang lain. Humeyra merespon dengan gelengan kepala.

"Ku paman nikahkeun wae atuh, katanya ada yang bogoh ka Humey betul?" sontak mata Humeyra terbelalak, tahu darimana Paman satunya ini? Humeyra sendiri belum bisa menarik kesimpulan pria yang mendekatinya ini suka padanya. Ia takut memastikan perasaan orang lain dengan opini nya sendiri, takut kecewa dan patah hati.

(Translate : paman nikahkan saja ; bogoh = suka)

"Nggak ada toh, Paman tahu dari mana? Kan Humey nggak pernah cerita." ucap Humeyra cepat sambil menyembunyikan senyum malu nya.

MELEPAS HARAP | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang