Harap 19 : Sebuah Nasihat

45 7 0
                                    

Kursi kayu berjejer rapih di ruang tengah kost untuk melaksanakan pembelajaran menjelang ujian yang akan dilaksanakan minggu besok. Rasa-rasanya Agam baru merasakan singgah di kampung ini, sekarang kenyataannya ia akan segera meninggalkan kampung ini. Beberapa temannya sudah beranjak pergi membereskan meja kayunya masing-masing setelah pembelajaran online dengan rektor Abuya Habib Abdullah bin Muhammad Baharun, tersisa Agam saja di ruang tersebut tengah merenungi suatu hal yang ia rasa cepat berlalu. Dari tempat ia duduk dibalik jeruji besi yang menjulang tinggi ia bisa melihat penampakan rumah wanita yang sedang ia dekati. Rumah yang tenang, belum ada orang keluar dari rumah itu sampai saat ini. Dimana keberadaan Humeyra? 

Ditengah lamunannya, Agam merogoh saku jubahnya lantas merapikan potongan kertas yang berubah kusut. Tulisan di atas kertas itu berhasil melukiskan senyuman simpul di wajah Agam, ia sudah tidak sabar untuk melihat apa saja yang menghiasi postingan wanita tu di instagram. 

Dari ujung ekor matanya Agam merasakan sosok menghampirinya, segera Agam menyembunykan kembali kertas itu di saku jubahnya. Agam melirik lantas tersenyum mengetahui yang menghampirinya adalah Ustadz Tomi. Pria itu duduk di sampingnya seraya merangkul bahu Agam. 

"Apa yang kamu sembunyikan dari saya, Gam? Instagram perempuan depan kost?" Tebak Ustadz Tomi berhasil membuat mata Agam terbuka lebar. 

"Loh. ustadz tahu darimana?" 

Bukannya menjawab, Ustadz Tomi malah tersenyum penuh arti membuat Agam merasa malu atas tingkah bodohnya. 

"Gini Gam. Cinta itu ndak salah, kepada siapapun kamu boleh cinta bahkan saya pun tidak melarang kamu mencintai perempuan saat kamu belajar, karena sayapun pernah berada di posisi kamu. Tapi ingat, Allah punya aturan saat kamu mencintai perempuan, jangan gunakan egomu saat mencintai perempuan. Saat kamu merasa tertarik coba rasakan getaran hatimu saat memandang dia, kalau kamu rasakan getaran itu, tidak ada hal yang bisa menghalangi selain ambil dia tanpa tapi bahkan nanti.  Perihal hati itu sangat sensitif bagi perempuan, sekali perhatianmu berikan maka yang perempuan terima adalah rasa mu untuknya. Makanya jangan main-main. Kalau niat mu sekarang berbeda, lebih baik lepaskan dia jangan biarkan dia sakit hati karena mengharapkan cintamu."  ucap Ustadz Tomi panjang lebar. 

Mendengar ucapan Ustadz Tomi berhasil menghujam hatinya, tak ayal Agam membenarkan ucapan gurunya. Ia sama sekali tidak marah gurunya ikut campur persoalan hatinya, justru ia membutuhkan bimbingan agat tidak terjerumus pada cinta haram. 

"Ustadz, tindakan saya pun bingung perihal rasa ini, entah karena benar-benar saya tertarik atau sebatas penasaran saja atau karena saya kesepian." cicit Agam menundukkan pandangannya, karena jujur setelah mendengarkan penjelasan Ustadz Tomi, perasaan Agam pun berubah bingung apa motif nya mendekati Humeyra. 

"Saya sudah kasih kamu jalan, Gam. Untuk memastikan, pandang ia lekat dan rasakan getaran di hatimu. Jika hatimu terhujam lantaran melihatnya kamu mau mencari wanita seperti apa lagi? Tidak ada yang sempurna di dunia ini, semuanya saling melengkapi, kita seharusnya paham hal seperti apa yang kamu butuhkan untuk melengkapi hidup kamu untuk kedepannya yang hal itu ada pada wanita yang kamu cintai." 

Agam mengangguk paham, "hmmm, seandainya rasa ini saya simpan karena hal yang lebih Agam fokuskan adalah pendidikan bagaimana?" 

"Kamu harus siap kehilangan, tanpa kamu bicara sesuatu kamu harus siap menanggung resiko apapun itu Gam. Kamu sudah banyak belajar ilmu agama, gunakan ilmu itu untuk hidupmu sekarang, seharusnya kamu tahu apa yang harus kamu lakukan sekarang. Kalau kamu yakin, beri dia kepastian untuk tetap menanti kamu. Tapi kamu jangan terlalu percaya diri dia bisa menunggu kamu, mungkin ada takdir Allah yang lebih indah untuknya  daripada kamu." 

"Paham ndak antum?' sambung Ustadz Tomi. 

"Paham guru, makasih ilmunya." 

Ustadz Tomi tersenyum lantas menepuk pundak Agam. Masih dalam keadaan duduk Agam kembali banyak merenung, perihal cinta pun banyak sekali tantangan yang menguji nya. Belum lagi ia dihadapkan dengan pendidikan nya yang masih lama ia tempuh. Bukan berarti pendidikannya ini  beban untuk hidupnya, justru Agam sangat mencintai pendidikan ini karena beradanya ia di sini sudah memberikan banyak ilmu untuk hidupnya. Bertemu dengan teman dari berbagai provinsi juga cerita inspirasi lainnya. 

Jika bukan karena pendidikan mungkin Agam tidak memiliki pengalaman indah untuk diceritakan. Bukan itu saja, karena pendidikan pula ia bisa bertemu dengan wanita yang ia sukai dikampung ini. Semuanya bukan karena kebetulan tapi karena Allah sudah merancang kisah hidupnya sebaik mungkin, jadi tidak ada hal yang sia-sia disetiap permasalahan hidupnya. 

"ASTAGHFIRULLAH! Siapa pula yang piket masak nasi hari ini?!" Teriakan melengking membawa Agam untuk menghampiri dapur diiringi dengan teman yang lainnya. 

"Aku, kenapa?" Jawab Miftah, teman satu kamar Agam.

"Lihat, gimana kita mau makan kalau kau belum colokin ke saklar nya. Telat lagi kita makan," rengek Bilal mengacak-ngacak rambutnya. 

Agam yang melihatnya hanya terkekeh, karena setiap bagian Miftah memasak nasi kejadian ini akan terulang lagi dan Bilal lah yang akan merengek merutuki pekerjaan Miftah yang merugikan perutnya. 

"Kalau kau lapar makanlah nasi dingin itu Lal," celetuk Miftah membuat Bilal semakin geram. 

"Makanya antum kalau masak nasi jangan lupa buat colokin kabelnya! Jangan kebiasaan lah Miftah, ndak kasihan kamu lihat perut ku keroncongan?" 

"Kalau itu emang sudah bebanmu Bilal," 

Bilal mengatupkan gigi merasa geram dengan Miftah lantas ia melipat pecinya ingin melayangkan tamparan keras pada lengan Miftah yang gempal. Terjadilah aksi kejar kejaran antara Miftah dengan Bilal hanya karena nasi yang belum matang. Beginilah kehidupan anak santri penuh dengan drama kelakar, meskipun membuat hati kesal tapi setelahnya menjadi cerita yang tidak bisa berhenti tertawa. 

___________________________________________________

In Memoriam 
26 April 2024 

MELEPAS HARAP | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang