Setelah keluar dari kamar Humeyra, sempat Aisyah berdiam termenung di depan pintu. Apa yang di rasakan Humeyra kali ini sama persis dengan kisah cintanya dulu, sayangnya dulu Aisyah harus melawan kesedihan nya seorang diri dan beruntungnya Humeyra kali ini. Meskipun begitu hati Humeyra tidak sekuat dirinya, buktinya saja sebelum Agam pergi, Humeyra bisa menangis seperti ini. Dibalik tawa yang selalu ia lihat setiap hari di wajah Humeyra, ternyata menyimpan kesedihan mendalam di hati adik keduanya. Baru lagi Aisyah melihat Humeyra menangis separah ini, apalagi karena cinta.
Dulu yang Aisyah tahu, Humeyra adalah adik periang gemar tertawa. Bahkan terkesan bodo amat persoalan laki-laki. Bila dibandingkan dengan kisah cintanya, Humeyra masih terbilang beruntung.
"Ais, sudah kamu kasih undangan pernikahan dari temannya Humey?" Tanya Bunda kala melihat Aisyah masih berdiri di depan pintu kamar Humeyra.
Sempat Aisyah terdiam masih sibuk dengan pikirannya. Merasa tidak direspon, Bunda menggapai bahu anak sulungnya.
"Aisyah, sudah kamu kasihkan?" Bunda mengulang pertanyaannya, kali ini Aisyah tersadar lantas menoleh pada Sang Bunda.
"Oh iya, sudah Bun barusan."
Bunda menghela nafas, "kamu kenapa? Ada masalah lagi di kantor?"
"Bukan, Aisyah lagi memikirkan Humeyra."
"Kenapa sama Humeyra?" Tanya Bunda nada bicaranya mulai meninggi.
"Tadi di dalam Humey nangis, biasa Bun laki-laki. Sama seperti Ali dulu, belum bisa merelakan pergi."
Lagi-lagi Sari menghela napas berat, kali ini raut nya berubah menjadi getir, "Bunda berharap kehadiran Agam tidak membuat Humey menutup hati rapat, apalagi sampai nangis kayak gini. Bunda sudah wanti-wanti, Agam bukan sandingan untuk keluarga kita. Mereka orang berada Ais, kalau seandainya berjodoh Bunda amat sangat bersyukur, tapi kalau akhirnya sebagai pembanding, lebih baik Humey lepaskan Agam, Bunda tidak ridho kalau anak Bunda dibanding-bandingkan. Lebih baik mencari yang lain yang mampu menerima apa adanya Humeyra dan keluarga kita." tutur Bunda, raut sedih terpampang jelas melalui garis wajah Bunda.
Sebagai orang tua menginginkan anaknya hidup bahagia dengan pasangannya, bagaimanapun yang Sari lahirkan adalah anak perempuan meskipun jika sudah bersuami tanggung jawabnya sebagai seorang tua sudah diserahkan, tapi tetap saja bila anaknya tersakiti ialah yang menjadi pelindung pertama bagi anak perempuannya.
"Mereka lebih beradab Bun, pasti akan lebih paham persoalan agama,"
"Restu dari orang tua pria yang menjadi kendala Ais, sulit seorang perempuan diterima oleh orang tua pria. Mereka juga menginginkan yang setara dengan anaknya." tegas Bunda, ingin sekali Sari masuk ke dalam kamar anaknya, namun Sari sadar tak ingin membuat Humeyra tambah menangis dengan kehadiran dirinya. Meskipun ia datang untuk memberikan bekal semangat, tetap saja akan terdengar pilu kala didengar saat suasana hati didominasi oleh kesedihan.
Aisyah yang berada di sampingnya pun hanya bungkam, kejadian ini pun sudah dialami oleh Aisyah, perbedaan derajat menjadi permasalahan utama saat itu. Jadi saat peristiwa ini terulang lagi pada anak keduanya, membuat Sari sedikit trauma untuk menerima pria yang menyukai anaknya, ia takut kedatangan Agam hanya menorehkan luka di hati anaknya, meskipun usia mereka masih muda, tetap saja kekhawatiran ibu pada anaknya tidak bisa dibohongi. Tingkat kecintaan seorang perempuan adalah ketika cinta dalam diam, mampu membuat separuh jiwanya gila. Kenapa? Tak mampu memiliki, tak bisa berbalas sesuai keinginan. Dalam diam nya memang terlihat tenang, namun jauh dilubuk hati sudah habis tercabik.
"Bunda mau lanjut masak dulu," ucap Bunda lantas melenggang pergi. Pikirannya masih menetap memikirkan Humeyra, sedangkan Aisyah hanya mengangguk menunggu Bundanya benar-benar pergi. Dirinya pun tidak bisa menerima bila adiknya selalu dibandingkan, meskipun dirinya selalu membandingkan Humeyra dengan wanita shohelah, ketahuilah tujuannya untuk merubah kepribadian Humeyra menjadi lebih baik. Tapi jika dibandingkan persoalan harta, tahta dan ilmu, Aisyah akan mengambil langkah terdepan untuk menarik tangan adiknya merubah haluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELEPAS HARAP | Complete
Ficção AdolescenteMencintai bukan berati harus memiliki, terkadang mencintai harus bisa mengikhlaskan nya. Berharap padanya yang jauh dari kata gapai. Wanita yang dihadapkan dengan kata tunggu, menunggu pria yang ia cintai nya datang untuk meminang. Namun, semuanya r...