Selagi suaminya dan pria yang diduga teman Humeyra tengah berbincang di ruang tamu, Sari beranjak ke dapur untuk menyiapkan minum juga menyuguhkan beberapa makanan untuk dihidangkan. Dirasa sudah lengkap, Sari berjalan sambil membawa nampan ke arah ruang tamu, setelahnya meletakkan di atas meja tamu mempersilakan untuk diminum.
"Diminum dulu nak,"
Pria itu tersenyum sopan, "iya bu terimakasih."
"Namamu siapa toh? Mau ketemu Humeyra?" Tanya Rusli diiringi dengan Sari duduk di sampingnya.
"Nama saya Habsya Rawandi pak, saya datang ke sini bukan untuk bertemu Humeyra tapi bertemu dengan bapak,"
Dahi Rusli berkerut heran, "Ketemu saya? Apa yang mau kamu bicarakan?"
Rusli dapat menangkap raut gugup pada pria di hadapannya, meski Rusli sudah bertanya apa niat kedatangannya kemari tapi Habsya masih terdiam beberapa saat.
Habsya menarik nafasnya dalam satu tarikan, "saya datang ke sini mau meminta izin pada Bapak untuk melamar anak Bapak, Humeyra." ungkap Habsya setelahnya tertunduk dengan jantung yang berdebar hebat, perasaan nya sudah tak karuan. Apapun jawaban yang ia dapatkan Habsya akan terima konsekuensinya.
Sedangkan Rusli langsung menoleh pada Sang Istri dengan wajah terkejut, tak urung Sari pun sama terkejutnya.
"Masya Allah, Yah." gumam Sari tidak menyangka.
"Bunda panggilkan Humey," Sari hendak berdiri untuk memanggil putri keduanya, namun Rusli bergerak cepat menahan Sari untuk kembali duduk melalui isyarat matanya.
"Tunggu sebentar." ucap Rusli lantas dituruti oleh Sari dengan kembali duduk. Pandangan Rusli kini tertuju serius pada Habsya, pria yang barusan ingin melamar anaknya. Rusli tidak tahu sama sekali Habsya, bahkan dirinya pun baru bertemu dengan anak ini sekarang, ia belum yakin untuk menerima lamaran Habsya karena ia tidak tahu bagaimana sifat watak dari pria ini. Rusli tidak ingin anaknya jatuh pada pilihan yang salah lantas tersakiti sama hal nya saat Humeyra jatuh cinta pada Agam.
"Apa yang membuatmu yakin untuk melamar putri saya? Kami tak punya apa-apa dibanding dirimu, Humeyra tak berilmu tinggi dibanding dirimu, ia faqir akan ilmu agama dan masih tertatih dalam hijrah nya sedangkan dirimu lebih paham perihal agama." jelas Rusli secara gamblang karena beginilah keluarganya hidup serba seadanya, Rusli tidak ingin kekurangan putrinya menjadi langkah mundur pria yang ingin melamar Humeyra. Cukup yang bisa menerima apa adanya, mampu merubah putrinya menjadi lebih baik, lebih dekat pada Sang Pencipta, juga bisa membawa anaknya selamat ke hadapan Allah.
"Yang tak berilmu, apalagi perihal agama bukan berati tak pantas untuk dinikahi. Mau setinggi apapun pemahaman seorang pria akan agama bukan berati tak punya kekurangan, kalau niat saya menikah untuk mencari yang sempurna hanya Allah lah yang sempurna. Jika niat saya menikah karena wajah, Allah bisa cabut keindahan wajah nya seiring dimakan usia. Dan saya tak memandang Humeyra seperti itu, kesederhanaanlah yang membuat pilihan saya jatuh pada Humeyra. Saya kenal Humeyra karena kita pernah satu sekolah, namun setelah nya kami tidak pernah berkomunikasi karena saya lanjut untuk mondok. Tapi saat kembali bertemu dengan Humeyra yang kabar nya tengah berusaha hijrah, jujur saya kagum pak, hijrah ke jalan Allah itu tak mudah banyak ujian yang harus dilalui untuk menuju cinta-Nya, maka dari itu saya ingin menjadi perantara untuk membimbing Humeyra dalam ibadah paling lama, yaitu berumah tangga. Saya tak menuntut Humeyra untuk sempurna, tapi dengan kekurangannya dan kekurangan saya akan sempurna bila kami saling melengkapi." jelas Habsya panjang lebar, ia mengeluarkan alasannya dengan ketulusan dalam hatinya, tak mengurangkan dan tak melebihkan. Apapun yang ada dalam hatinya, Habsya hanya ingin menyampaikannya bahwa ia tulus untuk melamar Humeyra.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELEPAS HARAP | Complete
Teen FictionMencintai bukan berati harus memiliki, terkadang mencintai harus bisa mengikhlaskan nya. Berharap padanya yang jauh dari kata gapai. Wanita yang dihadapkan dengan kata tunggu, menunggu pria yang ia cintai nya datang untuk meminang. Namun, semuanya r...