Harap 48 : Pengakuan

63 10 0
                                    

Setelah pesenan kerudung selesai semua, Humeyra menepi ke salah satu supermarket dimana dulu tempat ia bekerja. Masih sama saat pertama kali Humeyra bekerja di sini, hanya saja beberapa pegawai di sini sudah mulai digantikan oleh orang baru. Tak banyak yang Humeyra kenal di sini karena dulu ia cenderung pendiam jadi tak banyak orang yang mengajak nya berbicara. Humeyra berjalan menuju tempat minuman, yang ia butuhkan sekarang minuman untuk menyegarkan tubuhnya. Seharian mengantar kerudung menggunakan sepeda membuat bajunya habis dibanjiri keringat, mengingat cuaca akhir-akhir ini panas.

Setelah mengambil minuman Humeyra berusaha untuk tidak bergerak ke lain lorong yang nantinya membuat ia membeli jajanan lebih dari satu.

"Kak Arinda." sapa Humeyra pada salah satu kasir teman kerjanya dulu.

Yang dipanggil sukses terkejut, "heh Humeyra! Ciee lagi borong ya?"

"Borong borong, nih borongan nya." Humeyra tersenyum kecil sambil menyodorkan satu botol minuman di meja kasir membuat temannya pun ikut tergelak.

"Keadaanmu sehat?"

"Alhamdulillah, sehat Kak Arin. Kakak sendiri sehat?"

"Ya seperti inilah, dalamnya sakit luarnya berusaha buat sehat."

"Ada-ada saja, yasudah aku duluan ya,"

"Iya hati-hati."

Humeyra hendak membuka pintu supermarket namun nasibnya tak mujur, sendal jepit  yang ia pakai sebelahnya tiba-tiba copot. Seketika Humeyra terkejut melihat kesekeliling supermarket siapa tahu menjual sendal jepit. Nihil, tak Humeyra temukan rak sendal itu, akhirnya Humeyra memutuskan untuk menepi duduk di salah satu kursi supermarket berusaha membenarkan sendal nya yang copot, harap-harap bisa ia perbaiki.

Sesekali ia melenggak minumannya lantas kembali bergulat dengan sendal jepitnya. Lama berperang yang tak menemukan titik terang, Humeyra menyerah, sendal nya sudah tak bisa diselamatkan lagi. Humeyra melempar sendal nya kasar lantas menghela napas lelah.

"Aku nyerah! Bodoamat nggak pake sendal juga." gerutu Humeyra menghempaskan bahunya pada sandaran kursi, kali ini ia lebih menikmati minumannya ditengah terik nya matahari.

Tak banyak orang yang Humeyra dapatkan saat siang bolong. Biasanya setelah mengantar pesanan kerudung Humeyra akan berdiam di supermarket atau minimarket untuk meneliti keadaan yang dipenuhi oleh kendaraan atau orang lalu lalang. Entah mengapa kebiasaan ini membuatnya tenang juga berpikir dalam hingga menimbulkan beberapa pertanyaan dalam benaknya tentang kehidupan. Dimulai dari apa tujuan ia hidup? Apa yang manusia kerjakan sampai bisa membawa kesuksesan menggenggam uang banyak? Bahkan sebaliknya, ia sering melihat pengemis jalanan dibawah umur turun ke jalanan untuk mendapatkan seperak uang. Sejahat itu kehidupan. Mengejar dunia atau dunia yang mengejar. Berada dikasta teratas atau kasta terbawah.

Menjalani hidupnya sekarang berada dipertengahan, ada dimana semua kebutuhannya tercukupi, juga ada posisi ia harus menghemat. Apapun yang Humeyra kerjakan berusaha untuk ia syukuri tanpa mengeluh, toh masih banyak di luar sana yang ingin hidup seperti dirinya. Masih bisa merasakan keharmonisan dalam keluarga sebuah rezeki melimpah untuknya.

Dirasa semua telah selesai, Humeyra membereskan sisa barangnya yang berserakan di atas meja untuk dikemasi setelahnya pulang, ia tidak ingin meratapi nasibnya yang tak seberuntung anak usianya yang akhirnya Humeyra akan membanding-bandingkan hidupnya. Tapi saat hendak akan berdiri, ia melihat sepasang sendal di samping kakinya, sontak Humeyra menoleh ke samping.

"Dipakai sendalnya,"

"Loh, Habsya? Kok kamu ada di sini?" Tanya Humeyra masih terkejut dengan kehadiran Habsya yang tak ia ketahui.

MELEPAS HARAP | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang