Tepat pukul sepuluh pagi suasana rumahnya sudah sepi. Bunda kembali membantu paman beres-beres setelah acara tunangan, Kak Aisyah berangkat kerja, Farid berangkat sekolah juga hari ini Ayahnya pulang kembali ke Bekasi untuk bekerja. Ia hanya bisa berjumpa dengan Ayahnya tiga bulan sekali, Jika pun ada libur panjang hanya saat hari raya Idul Fitri saja.
Tinggallah dirinya di rumah sendirian, sangat sepi hanya ada suara detak jarum jam mengisi pendengaran nya.Sekali-kali Humeyra mengecek ponsel barangkali ada orang membutuhkan jasa edit nya, tapi nihil room chat nya benar-benar bersih. Tidak ada pesan masuk selain dari grup alumni sekolahnya.
Humeyra menghela nafas kasar untuk kesekian kalinya lalu ia beralih ke halaman dapur untuk mengecek Anko, setelahnya Humeyra tersenyum melihat Anko mengeong ke arahnya sambil berguling manja. Langsung saja Humeyra berhambur mengangkat kucing kecilnya dan mengelus gemas.
"Anko, Anko si kucing lucu. Main sendirian di sini ya temenin aku jaga rumah," monolog Humeyra sambil menggaruk kepala Anko.
"Meoong..."
"Iya pinter, Anko pinter."
"AWW MEEONG! MEEONG OH MEEONGG!"
"HAHAHAHA!"
Seketika Humeyra membatu ditempat, ia tidak bisa bergerak seinci pun dimana ia berpijak bahkan untuk menggerakkan bola matanya saja sangat susah bagi Humeyra, teriakan-teriakan jahil itu semakin bersahutan diiringi gelak tawa. Sudah Humeyra pastikan banyak mata sedang mempertontonkan dirinya bersama Anko.
"MEEONG PUS PUS PUS, PUS MPUS SINI!"
Lagi suara lantang sedikit cempreng muncul, sebelum semakin menjadi Humeyra mengambil ancang-acang menggenggam tubuh Anko dan setelahnya Humeyra berbalik berlari cepat memasuki rumah.
"ADDEUUHH AWW AWW! HAHAHA!"
"YAH MAU NGAMBIL KUCING, KUCINGNYA UDAH ADA YANG PUNYA!"
Teriakan yang lebih ke modus itu dapat Humeyra dengar begitu jelas, mengingat kost-an itu begitu besar jadi teriakan tersebut menggema sampai terdengar ke rumahnya. Humeyra segera menutup pintu lantas memegang dadanya merasakan detak jantungnya berpacu cepat. Kakinya seketika melemas, keringat dingin mulai bercucuran melalui punggungnya.
Ini kali pertamanya lagi, bahkan jika harus dipertemukan dengan laki-laki yang Humeyra bayangkan adalah hanya satu dan gentle, tapi kenyataannya hancur kala yang ia hadapi lebih dari satu terkesan keroyokan.
~~~
Praduga Humeyra salah, yang dikira lingkungan sekitar akan aman ternyata tidak aman baginya. Lama kelamaan, hari demi hari suara riuh semakin menjadi-jadi. Dari mana lagi kalau bukan dari kost-an bahkan halaman kost-an, tempat jemuran sampai pinggir jalan pun dipenuhi oleh santri. Seperti siang menjelang sore, sepertinya seluruh penghuni kost-an tak tersisa berada di luar semua. Membuat beberapa orang yang berlalu lalang menjadi pusat perhatian santri.
Bukan itu saja, semakin sering Humeyra melihat perempuan kampung berlewatan ke daerah tersebut, sampai-sampai ada satu wanita berdiri tegap di sisi jalan sambil berjalan ke sana ke mari, mengintip ke arah kost-an memastikan jumlah orang yang berkumpul. Setelah ditanya oleh Bundanya, alasan yang ia dengar adalah karena malu.
Tentu saja, jika Humeyra bertukar posisi dengan wanita tersebut pasti akan malu. Tapi ia tidak akan kehabisan akal untuk mencari jalan pintas lain tanpa harus melewati kerumunan kaum adam.
Syukur nya kehadiran santri di kampung ini menjadi keuntungan besar bagi warga, biasanya di daerah rumahnya terkenal sepi apalagi bila malam sudah berperan, yang terdengar hanya suara jangkrik, bahkan merasa enggan untuk melewati lantaran takut. Kali ini ketakutan warga sirna, Kampung terasa hidup kembali. Seperti sore ini saja, suasana menjadi amat sangat ramai oleh gelak tawa, teriakan, bahkan lantunan sholawat yang bergema menjadikan hari ini begitu berbeda dari biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELEPAS HARAP | Complete
Teen FictionMencintai bukan berati harus memiliki, terkadang mencintai harus bisa mengikhlaskan nya. Berharap padanya yang jauh dari kata gapai. Wanita yang dihadapkan dengan kata tunggu, menunggu pria yang ia cintai nya datang untuk meminang. Namun, semuanya r...