Hari berlalu begitu cepat, warna biru gelap semakin lama mulai menyebar keseluruh langit dan Humeyra baru saja menginjakkan kaki di kamarnya. Ia menjatuhkan tubuh di atas kasur, dua bola matanya menatap langit-langit kamar dengan tatapan menerawang. Pikirannya sedang kusut, banyak sekali rentetan pemikiran yang memenuhi otaknya, seperti puzzle yang teracak namun Humeyra bingung bagaimana cara menyusunnya kembali.
Diamnya membuat Humeyra berpikir semakin keras, menerawang dunia yang semakin hari sulit untuk ditebak. Hal-hal yang sering Humeyra duga ataupun ia susun alurnya secara rapih, kenyataannya ia dihancurkan berkali-kali oleh ekspektasi yang berbeda jauh dari praduganya.
Humeyra menutup matanya sejenak, raut lelah terlihat jelas pada garis wajahnya. Hari yang ia jalani selalu dipenuhi dengan kejutan, kadang ia mendapati hari berpihak padanya bahkan ada dimana hari selalu melawannya. Sebenarnya ingin sekali Humeyra mengeluh kala hari yang tak berpihak padanya tiba, menghujam nya dengan beribu belati. Mematahkan segala harapannya juga rencana hidup yang sudah ia bangun. Hidupnya tak seberuntung kehidupan teman-temannya yang selalu mudah dalam menggapai keinginannya. Tapi ada apa dengan hidupnya? Apapun yang ia inginkan ataupun ia susun harus berhadapan terlebih dahulu dengan persoalan?
Tuntutan pekerjaan tiada henti menghancurkan mentalnya, berulang pertanyaan terus ia dapati, bukannya semangat yang ia terima, melainkan dijadikan perbandingan dengan wanita lain yang sudah bekerja. Humeyra sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencari pekerjaan, namun yang ia dapatkan nihil, tidak satupun dari sekian lamaran pekerjaan yang ia kirimkan tak kunjung mendapati panggilan.
Persoalan cinta? Banyak pria datang dan pergi dalam hidupnya, mumupuk cinta lantas membiarkannya layu seiring pemiliknya pergi. Pada akhirnya tertanggal sebuah harap yang terpendam dalam lubuk hati, lantas merubahnya menjadi kesedihan. Berulang kali Humeyra ditempatkan dititik terakhir yaitu kesedihan, harus merelakan dan bodohnya Humeyra mengulang hal yang sama.
Apapun yang ia cintai selalu menemukan jalan untuk berpisah. Saat cinta di hati lenyap, selalu ada jalan untuk bertemu, entah itu orang di masa lalu atau orang baru.
Humeyra menghela nafas berat, apakah orang yang kini hadir dalam hidupnya akan berakhir dengan perpisahan? Tapi Humeyra tidak ingin menebak, apapun yang ia tebak atau ia duga tidak akan sesuai dengan realita.
Tidak ingin berlarut dalam kesedihan, Humeyra bangkit memilih menjumpai keluarganya yang mungkin sekarang sedang berkumpul di ruang tengah. Baru saja ia hendak duduk di samping Kak Aisyah, notifikasi handphone menarik perhatian Humeyra. Jarang sekali ia mendapati notifikasi pesan selain dari grup. Humeyra mengecek benda pipih di tangannya, hingga detik kemudian ia menemukan sebuah nama yang tidak asing tertera di layar handphonenya. Mulut Humeyra setengah menganga, sekelilingnya terasa berhenti untuknya. Secepat inikah Agam mengirim pesan padanya? Bukankah sulit untuk bermain handphone di tengah pembelajaran yang ketat?
Karena masih tidak menyangka spontan Humeyra mematikan layar handphone dan menyembunyikannya di balik bantal sofa, sepertinya hanya dirinya yang bersikap aneh di ruangan ini. Setelah nya Humeyra kembali mengecek, membaca nama tersebut dengan benar, tanpa mau menunggu lama Humeyra langsung membuka pesan tersebut.
WalifAgam :
Assalamualaikum Humeyra"MASYA ALLAH, YA ALLAH! TAKBIIRRRR! ALLAHU AKBAAAR!" Teriak Humeyra, sukses menarik perhatian yang ada di ruangan ini tertuju pada Humeyra dengan tatapan marah karena kaget dengan kedatangan Humeyra yang langsung berteriak lantang ditengah sunyi nya ruangan.
Kak Aisyah yang berada di samping Humeyra pun langsung memukul keras pantat adiknya. Di sisi lain Bunda mengelus dada sambil menggeleng-geleng menghadapi kelakuan anak keduanya yang ketika ada sesuatu hal menyenangkan akan bertingkah heboh secara tiba-tiba hingga membuat jantung Sari berpacu kencang.
"Heh! Bisa nggak kalau sesuatu itu jangan langsung teriak?! Bikin kaget orang!" amuk Kak Aisyah.
"Iya Mey, emang ada apa sampai kamu harus teriak gitu?" timpal Bundanya.
"Namanya juga ayam betina bun, sekali bertelur riuh nya sekampung." cibir Farid menambahkan, membuat Humeyra melirik sinis.
"Kak Agam kirim pesan ke aku!" pekik Humeyra lantas kembali menjatuhkan tubuhnya di atas sofa sampai menabrak tubuh Kak Aisyah dengan keras.
"ASTAGFIRULLAH HUMEYRA IFTINAH PAKEEZAH!" Teriak Kak Humeyra sambil memukul beberapa kali tubuh Humeyra agar bisa beralih ke tempat lain.
Humeyra tak menggubris amukan keluarganya, ia sedang berbahagia malam ini. Jangan mencoba merusak nya, cukup tadi saat di kamar ia puas melahap keruwetan hidup juga kesedihan hati. Biarkanlah Humeyra merasakan indahnya kembali jatuh cinta. Sedangkan Farid yang menyadari akan itu, langsung beranjak mendekati Humeyra.
"Beneran Kak Agam langsung hubungi kamu Kak Humey?" Tanya Farid tidak percaya.
"Ya beneran, buktinya ini apa?" Humeyra menunjukkan layar ponselnya berisi pesan dari Agam pada Farid. Menyadari hal itu Farid pun ikut duduk di samping Humeyra, mengintip isi pesan yang dikirim oleh Agam.
Humeyra :
Waalaikumsalam,
Humeyra menunggu balasan, apakah hanya sebentar pria itu memegang handphone? Ia kembali melihat pesan tadi berharap akan ada pesan muncul. Namun sayang semakin ia menunggu pesan itu tidak kunjung datang, ada rasa kecewa dalam hatinya karena telat menjawab, tapi Humeyra mengerti mungkin ada batas waktu saat meminjam handphone.Sebelum keluar dari sosial media nya, Humeyra membuka akun Agam. Melihat-lihat apa saja yang pria itu post di sosial media nya, detik selanjutnya Humeyra dibuat kagum melihat beberapa foto keren yang pria itu unggah. Kalau seperti ini, sudah tepat sulit untuk digapai, ia tidak bisa bersanding dengan berlian meskipun hanya kepingan nya, berlian tetaplah berlian. Sebuah benda terjaga dan bernilai tinggi tentunya. Sedangkan dirinya? Hanya debu beterbangan yang bila hinggap pun akan segera disapu habis.
"Masya Allah Rid, yang kayak gini nggak bisa aku gapai," gumam Humeyra terselip nada kecewa nya.
"Makanya jangan terlalu berharap dek, nanti waktunya tiba kamu menyesal." sahut Kak Aisyah yang sekarang sudah ikut melihat layar ponselnya.
"Benar kata Kak Aisyah, mereka di sini juga sebentar kok, cuman tiga bulan." ucap Bunda membuat Humeyra membuka matanya lebar.
"Tiga bulan?! Kenapa sebentar?" Tanya Humeyra sedih. Tiga bulan waktu yang sangat sebentar, tersisa dua bulan lagi. Seharusnya ini lebih baik tidak pernah terjadi, kalau saja Humeyra tahu sejak awal ini akan sebentar mungkin Humeyra tidak akan merespon lebih. Tapi kendala nya, apakah Humeyra bisa bersikap acuh? Ia tidak bisa membohongi hatinya bahwa saat ini ia senang, tak bisa dihalau juga kalau Humeyra sedih.
Kabar hari ini benar-benar membuat Humeyra semakin bersedih, inilah hari yang melawan dirinya berusaha menghancurkan semangat hidupnya ditengah indahnya bunga bermekaran. Bahagia yang selalu berdampingan dengan sedih, pertemuan yang berdampingan dengan perpisahan juga mengikhlaskan yang dipilihkan dengan menerima hal baru.
___________________________________________________
Happy Reading ✨🌙
Sudah bisa ketebak akhir cerita ini gimana? Jangan jauh jauh deh, kira-kira sampe chapter berapa cerita ini ending??In Memoriam
20 April 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
MELEPAS HARAP | Complete
Teen FictionMencintai bukan berati harus memiliki, terkadang mencintai harus bisa mengikhlaskan nya. Berharap padanya yang jauh dari kata gapai. Wanita yang dihadapkan dengan kata tunggu, menunggu pria yang ia cintai nya datang untuk meminang. Namun, semuanya r...