Humeyra terheran dalam posisi berdiri, sekelilingnya dipenuhi oleh banyak orang yang tidak sama sekali ia kenal. Semuanya berjejer di pinggir jalan, hanya tersisa jalan tengah yang kosong seolah mereka sedang menunggu kedatangan seseorang. Beberapa kali tubuhnya menabrak bahu orang lain mencoba menembus puluhan orang berharap menggapai jajaran pertama agar bisa melihat dengan jelas apa yang akan terjadi berikutnya. Ditunggu sekian lama, mata Humeyra sontak menyipit, saat yang lain sibuk bersorak heboh Humeyra malah semakin terheran pada sosok yang sukses menarik perhatian orang-orang. Seketika pendengaran Humeyra berubah menajam, dibandingkan jelasnya teriakan massa, Humeyra dengan jelas mendengar lonceng yang dikalungkan di leher kuda beserta suara gemuruh kaki kuda yang semakin lama di dengar semakin dekat sumber suaranya.
Bersamaan dengan itu dapat Humeyra lihat dengan jelas dua ekor kuda berwarna putih tengah berjalan di jalanan kosong, di punggung kedua kuda itu ada sebuah kencana terbuka yang membebaninya, mata Humeyra dibuat terkesima lantas berusaha memandang satu orang duduk dalam kencana kuda dengan senyum lebar. Betapa terkejutnya Humeyra mengetahui siapa gerangan sampai membuat sudut mata Humeyra memanas kala yang ditatapnya kini menatapnya balik dengan senyuman lebar. Agam memenuhi pandangan Humeyra, sosok mata teduh yang Humeyra rindukan, bahkan kala dirinya bercermin pun yang selalu Humeyra tangkap adalah dua bola mata hitam legam milik Agam. Hari ini, Humeyra dapat melihat jelas Agam duduk di atas kencana mengenakan jubah putih tengah melambaikan tangan kepadanya. Humeyra membalas dengan senyuman haru, ia ingin menangis namun bahagia di hati berjumpa dengan Agam membuat tangisnya pudar.
Sampai kencana kuda itu melewatinya pun dapat Humeyra lihat Agam terus melirik ke arahnya penuh bahagia, ingin Humeyra berlari menyamakan langkah, namun gerak kakinya terhenti saat sosok perempuan berbaju serba hitam, bercadar menghalangi pandangan lantas berbicara lantang di hadapan Humeyra. Sontak dua bola mata Humeyra menatap lekat wanita bercadar tersebut, entah mengapa kala memandangnya seolah Humeyra sudah tahu siapa gerangan wanita di hadapannya.
Umi Agam, tanpa berpikir keras Humeyra dapat menebak bahwa wanita di hadapannya adalah Uminya Agam.
"Saya akan jodohkan Agam dengan wanita pilihan abahnya, yang tak lain sesuai dengan anakku Agam."
Mendengar perkataan barusan seperti tersambar petir, tak ada kalimat yang mampu diutarakan selain diam. Ingin sekali Humeyra berbicara bahwa ada dirinya, satu-satu wanita yang sudah lama menunggu Agam penuh keikhlasan. Ia sudah menunggu waktu lama untuk bertemu dengan Agam, bahkan Humeyra rela mengubur rindu berupaya memusnahkan keinginannya tuk berjumpa dengan Agam, jangankan untuk bertemu keinginan tuk memberi pesan pada Agam pun selalu Humeyra tahan demi kenyamanan pria itu dalam belajar. Tapi mengapa penantian nya tak mampu membawa kabar gembira padanya?
Perkataan itu terus saja terulang membuat Humeyra menangis sejadi-jadinya, dalam posisinya ingin sekali Humeyra menghentikan gerak wanita paruh baya yang diketahui sebagai ibunda Agam, tapi heran nya beberapa kali tangannya terulur nyaris menggapai lengan wanita itu jarak seperti terus menjauhkan.
"Bagaimana dengan aku? Aku yang sudah lama menunggu Agam dan aku yang Agam tunggu!" sayangnya seberapa kali Humeyra berteriak, ternyata yang berteriak adalah batinnya. Bibirnya tertutup rapat seolah tak mengizinkan dirinya bersuara untuk berbicara dengan Umi Agam. Wanita paruh baya itu semakin menjauh dalam pandangannya seraya terus mengucap Agam akan dijodohkan dengan wanita pilihan Abahnya.
Humeyra tidak terima, dikeramaian hanya Humeyra seorang diri terus menangis tersedu, ingin menggapai pun seperti terus dijauhkan. Ingin Humeyra bangkit berupaya mengejar Agam yang semakin jauh dalam pandangan, namun kakinya seperti ada yang menahan tak mampu Humeyra gerakan sekuat apapun. Bukan ini arti ikhlas yang Humeyra inginkan, ia mengikhlaskan Agam dalam artian ridho membiarkan Agam menimba ilmu tanpa melibatkan wanita didalamnya, bukan mengikhlaskan Agam bersanding dengan wanita lain. Tangis Humeyra sejenak berhenti, seketika Humeyra tersadar ia tidak mampu melawan apa yang sudah kedua orang tuanya pilihkan, itu berati dirinya tidak pantas untuk Agam.
Tapi Humeyra tidak terima, mengapa semuanya serba menahannya? Mengurung nya dalam lautan kesedihan tanpa satu orang pun mampu membawanya pergi. Humeyra mengerang kala dadanya terasa sakit layaknya ditusuk oleh belati, nafasnya seketika terengah berusaha menghirup udara yang terasa menghilang. Dalam hitungan kilat sukma nya dipaksa untuk kembali, sampai akhirnya Humeyra mampu membuka mata lebar, ia kembali pada dunia nyata. Masih berusaha menyadarkan diri, Humeyra rasakan matanya basah. Mimpi yang terasa seperti nyata membuat dirinya menangis dalam tidur, bahkan saat mengetahui kejadian tadi hanyalah bunga tidur, sudut hatinya begitu kesal dan tidak terima. Semua rentetan peristiwa seperti nyata Humeyra alami, setiap perkataan wanita bercadar itu terus membayang dalam pikirannya.
"Astaghfirullaah, pertanda apa ini ya Allah?" gumam Humeyra mengusap dadanya berusaha menenangkan diri.
Humeyra bangkit dari tidurnya lantas duduk di pinggir kasur, manik nya tertuju pada jam di dinding, menunjukkan masih pukul satu dini hari. Humeyra menghela nafas berat merasakan pening hebat. Mengapa Agam begitu teguh tak memberinya kabar? Tak sedikitkah Agam memahami dirinya? Satu bulan berlalu Humeyra mencoba menahan untuk tidak mengirim kabar pada Agam karena takut pesannya mengganggu Agam. Andai saja Humeyra punya keberanian lebih seperti yang perempuan lain lakukan hanya untuk mengirim pesan, tapi Humeyra tak seberani itu, yang ia pikirkan Agam takut terganggu.
Apakah mimpi tadi pertanda nyata bahwa dirinya harus melepas Agam? Lantas apa alasan ia dipertemukan dengan Agam? Apakah hanya untuk menambah kenangan sedihnya saja?
___________________________________________________
Happy Reading ✨🌙
Maap ya cuman mimpi xixi
In Memoriam
13 Juni 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
MELEPAS HARAP | Complete
Teen FictionMencintai bukan berati harus memiliki, terkadang mencintai harus bisa mengikhlaskan nya. Berharap padanya yang jauh dari kata gapai. Wanita yang dihadapkan dengan kata tunggu, menunggu pria yang ia cintai nya datang untuk meminang. Namun, semuanya r...