Harap 46

65 9 0
                                    

Rasa enggan dan malu menjalari hati Humeyra, dari belakang Humeyra mengikuti langkah Habsya sampai ke parkiran. Ia memang sudah mengenal Habsya sejak SMP, tapi tidak sedekat yang dibayangkan. Bisa dibilang perkenalan mereka singkat hanya satu tahun itupun kelas delapan. Setelahnya saat kelas sembilan kelas mereka berpisah, jadi tidak ada lagi komunikasi lagi dengan Habsya. Mengingat Habsya begitu religi dan sangat menjaga pandangan terhadap lawan jenis. Tapi hari ini bisa berjalan dengan Habsya adalah sebuah kejanggalan, Humeyra merasa tidak nyaman. Sepanjang jalan menuju parkiran Humeyra terus memikirkan bagaimana ia bisa duduk berdua di atas motor dengan Habsya, tidak menutup kemungkinan keduanya akan bersentuhan walaupun ada penghalang baju.

Humeyra pun bisa merasakan bahwa Habsya canggung berjalan bersamanya. Tidak banyak yang keduanya bicarakan selain diam, mereka berdua sibuk dengan pikirannya seperti benang kusut.

Sesampainya di parkiran Humeyra hanya terdiam menunggu perintah Habsya, jelas Humeyra sedang dilanda kegugupan. Tangannya sedari tadi terus meremas baju terasa dingin, berikut detak jantungnya mengeluarkan nada yang tak selaras. Ingin sekali Humeyra kabur dari tempat ini, lebih baik Humeyra jalan kaki menuju rumahnya daripada harus berhadapan dengan kegugupan kala bersama pria.

"Mau ke toko buku yang mana Mey?" Tanya Habsya sebelum menaiki motornya.

"Eemm... Kamu seringnya kemana? Aku ikut saja." cicit Humeyra.

"Ke langganan toko buku yang sering kamu singgahi saja,"

"Kalau gitu ke toko buku dua dua saja, tokonya kecil tidak sebesar toko buku biasanya, tapi buat buku-bukunya lengkap kok. Itu langganan semasa aku SD sampai sekarang." tutur Humeyra.

"Oh ya? Selengkap itu? Selama aku tinggal di sini baru tahu ada toko itu." ucap Habsya terdengar kagum.

Humeyra tersenyum simpul,  "nah, nanti kamu tahu toko ini setelah datang ke sana."

Habsya terkekeh, "Ya sudah, kita berangkat. Ayok naik." ujar Habsya namun Humeyra masih bingung harus bagaimana saat duduk di atas motor.

Ia menjaga diri berikut menghargai Habsya yang selama Humeyra tahu adalah orang yang paling menjaga jarak dengan wanita.

Sedangkan Habsya setelah berada di atas motornya menoleh ke belakang, seolah paham akan kondisi ini Habsya memindahkan posisi tas selempang nya ke belakang guna sebagai penghalang.

"Mey, tenang ada penghalang tas ku." sahut Habsya langsung dibalas anggukan oleh Humeyra.

Sore ini tepatnya pukul lima, keduanya melesat menembus ramainya jalan dengan keheningan yang berbeda jauh dengan isi hati mereka. Bergemuruh penuh letupan tidak keruan. Di atas langit yang menguning, Humeyra menengadah berusaha menangkap indahnya langit. Cahaya jingga yang menembus matanya terlihat berbeda hari ini, begitu teduh tak menyilaukan mata. Gradasi warna yang menciptakan warna ungu membuat Humeyra kagum.

Sedikit demi sedikit kegugupan dalam dadanya mulai sirna, yang ada Humeyra menikmati perjalanan di atas motor. Walaupun dengan seseorang yang Humeyra tidak inginkan.

Apakah ini saatnya aku membuka hati untuk pria lain?

~~~

Sesampainya di toko buku Humeyra langsung berjalan mendahului Habsya, saat di dalam Humeyra harus memastikan buku dambaan nya masih ada. Karena minggu lalu buku itu tersisa satu lagi dan dengan kebodohannya Humeyra menyembunyikan buku itu di rak lain agar tak ada sesiapapun yang mengambilnya.

Tatapan Humeyra memastikan setiap rak yang ia singgahi lantas mencari satu persatu dari setiap selipan buku. Humeyra sudah yakin rak yang ada di hadapannya adalah tempat persembunyian buku idaman nya. Buku yang sejak dulu ingin Humeyra beli namun belum terwujud sampai sekarang. Ada dua situasi saat itu, yang pertama dulu uangnya belum cukup untuk membelinya, kedua setelah uangnya cukup ternyata buku itu cepat habis terjual nya.

Buku yang Humeyra inginkan adalah karya Ustadzah Halimah Alaydrus berjudul Bidadari Bumi : 9 Kisah Wanita Sholehah. Ingin sekali Humeyra membacanya, semua karya Ustadzah Halimah membuat Humeyra tergerak untuk membaca. Seperti ada motivasi luar biasa dalam buku tersebut, sehingga membuat Humeyra begitu mendambakan buku-buku itu.

"Perasaan aku simpan di sini." gumam Humeyra masih terus mencari. Sedangkan Habsya saat masuk ke toko ini terus membuntuti Humeyra merasa keheranan tentang apa yang di cari Humeyra.

"Kamu cari apa?" Tanya Habsya beralih ke samping Humeyra.

"Ini loh aku cari buku Bidadari Bumi karya Ustadzah Halimah. Minggu kemarin aku sudah sembunyiin buku nya di rak ini, tapi nggak ada. Apa ada yang ambil toh?" Humeyra bergerak mencari lagi. Tetapi respon Habsya malah tertawa kecil sambil membantu mencari buku yang Humeyra maksud.

Menyadari Habsya tertawa setelah mendengar penjelasannya, Humeyra menoleh, "kenapa toh ketawa? Ada yang salah ya?"

Habsya menggeleng masih dengan tawa nya, "nggak, lucu aja kamu sampai sembunyiin bukunya di rak yang lain. Ide kamu itu ada-ada aja Mey, bisa kepikiran sampai situ." jawab Habsya lantas menghela nafas tak habis pikir.

Seketika Humeyra merutuki dirinya sendiri, kenapa ia harus keceplosan menyembunyikan buku di hadapan Habsya? Ujung-ujungnya Humeyra malu atas tindakannya. Karena tidak ingin berlarut malu, Humeyra melenggang pergi mencari buku dambaan nya di rak lain, siapa tahu stoknya sudah ditambahkan.

Tiba di rak khusus karya Ustadzah Halimah mata Humeyra berbinar lalu mencari-cari buku yang diinginkan. Sayangnya satu per satu sudah Humeyra cari tak sama sekali didapat. Jujur Humeyra ingin membaca buku yang lainnya, tapi hatinya tertuju pada buku Bidadari Bumi. Jika ia sudah baca buku itu, jiwanya pasti tenang, tidak seperti sekarang merasa gundah dan kesal karena selalu kehabisan.

Di sela pencarian nya, secepat kilat mata Humeyra melirik ke samping kala seseorang mendekat menyodorkan buku yang dimaksud di hadapannya. Seketika Humeyra menoleh kepada siapa orang tersebut.

"Kamu punya buku ini?" Tanya Humeyra saat mengetahui orang tersebut adalah Habsya.

Habsya tersenyum, "sudah lama punya dan baru selesai baca, kalau kamu mau, bawa saja ke rumah." ucap Habsya memberikan buku Bidadari Bumi kepada Humeyra.

Dengan gembira hati Humeyra menerima buku Bidadari Bumi. Humeyra memandang kagum pada buku yang kini sedang ia pegang. Beberapa kali Humeyra membolak-balik buku tersebut sampai akhirnya ia membuka lembar demi lembar.

"Masya Allah, ini seriusan Sya kamu punya buku Bidadari Bumi? Kamu dapat darimana?"  Tanya Humeyra tidak menyangka.

"Aku beli di Gramedia waktu itu, kebetulan aku juga tertarik sama buku Bidadari Bumi, jadilah aku beli." jawab Habsya namun Humeyra seolah tersihir dengan buku yang ia pegang sehingga respon Humeyra hanya mengangguk-angguk.

"Kalau kamu mau baca bawa saja,"

"Beneran?!" Tanya Humeyra, matanya kini berbinar terang.

"Iya boleh, kalau sudah selesai kamu bisa hubungi aku. Nanti biar aku yang ambil."

"Masya Allah, terimakasih Sya. Aku masih nggak nyangka bisa baca buku ini. Jangankan bisa membaca, pegang buku ini saja sudah buat aku senangnya sampai ubun-ubun." tutur Humeyra kelewat senang.

Lagi-lagi Habsya hanya tersenyum, ia pun merasa senang kala wanita di hadapannya senang. Bahkan ia tidak menyangka bisa menikmati senyum lebar yang selama ini belum pernah Habsya lihat dari awal pertemuannya dengan Humeyra. Ketahuilah saat pertemuan di alun-alun hari jumat dulu, saat itulah Habsya merasakan jatuh hati pada Humeyra.

___________________________________________________

Happy Reading ✨🌙

In Memoriam
22 Juni 2023

MELEPAS HARAP | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang