Harap 40

52 10 0
                                    

( SATU MINGGU KEMUDIAN )

Satu minggu sudah berlalu, saat itu juga Humeyra merasa dilema. Setelah pesan terakhirnya, tak pernah Humeyra terima lagi pesan dari Agam. Laki-laki itu menghilang seperti ditelan bumi, seluruh akun sosial media nya tidak menunjukkan adanya kehidupan. Sedangkan dirinya mati-matian menunggu balasan dari Agam, sebenarnya apa yang tengah Agam lakukan sampai memegang ponsel pun sulit bagi pria itu? Apakah Agam sudah terbang ke negeri tujuannya, dimana pria itu menimba ilmu? Tapi mengapa Agam tidak memberitahunya? Padahal Agam sudah berjanji padanya akan memberitahu jikalau ia akan mulai penerbangan ke Yaman.

Kegundahan semakin menjadi setiap harinya, membuat Humeyra menciptakan pikiran-pikiran negatif tentang Agam. Walaupun sebenarnya sudah Humeyra usahakan untuk memenuhi isi kepalanya dengan hal positif, tetap saja ia tak mampu melakukannya.

Pandangan Humeyra menyasar menuju atas lemari, balon yang Agam berikan pun sudah meletus, entah kapan itu terjadinya baru Humeyra ketahui hari ini. Sontak dua bola mata Humeyra terbelalak langsung bergerak mendekat, hanya tersisa potongan dari balon tersebut yang berceceran di lantai. Kesedihan mulai menyeruak dalam hati Humeyra, satu per satu barang yang sudah menjadi kenangan berakhir di tempat sampah, hari ini balon yang Agam berikan berakhir dibuang, kemarin saat akan mengisi baterai jam tangan pemberian Ali, ternyata jam nya sendiri yang sudah rusak. Satu per satu semuanya menghilang seiring dengan yang memberinya pun menghilang tak ada kabar.

Perhatian Humeyra sontak teralihkan kala pintu kamarnya diketuk lantas terbuka, dapat Humeyra tangkap perawakan Ayahnya masuk ke dalam kamar. Humeyra bangkit dari duduk nya lantas beralih duduk di pinggir kasur.

"Betah banget diam di kamar Mey,"

Humeyra bungkam, tak mampu berucap kala hatinya dilanda kesedihan. Ayah kini sudah berada di sampingnya, menatap lekat Humeyra yang terlihat tidak punya gairah hidup.

"Masih memikirkan Agam? Kenapa toh dipikirin?"

"Humey rindu," lirih Humeyra seraya air matanya turun tanpa aba-aba, kesedihan nya semakin larut kala seseorang mulai menguak lebih dalam sebab kesedihan nya.

"Memang sudah sejauh mana kamu dekat dengan Agam?"

Humeyra menggeleng lemah, "ndak pasti, Yah."

"Dari dulu kan Ayah sudah bilang, jangan dibawa ke hati perlakuan Agam, akhirnya ya ini sakit hati toh? Mey, dia di sini hadir dalam kehidupan kamu mungkin cuman berniat silaturahmi, buat kenangan sama warga kampung juga. Makna kasih sayang itu beragam, kasih sayang antar makhluk, kasih sayang sebagai teman. Kamu jangan berpikiran jauh Mey, perjalanan kamu sama Agam masih panjang. Dia menempuh pendidikan bertahun-tahun lamanya, mana mungkin dia selalu memikirkan kamu, kalau yang sedang ia tempuh sekarang pun pendidikan?"

"Tapi kenapa sikap Kak Agam seolah membuka harapan buat Humey, Yah? Selama ini ucapan manis dia ke Humey untuk apa? Emang Kak Agam sama kayak cowok lain, buaya!" rengek Humeyra, nada bicara begitu parau bahkan tangisnya tidak berhenti mengalir. Kenyataan yang lucu, ia menangisi orang yang jelas-jelas masih hidup, tapi mengapa sedihnya bisa sedalam ini? Semua dilandaskan karena hatinya, rasa yang sudah lama bersemayam disalah satu pilar hati.

"Mungkin kamu lebih paham tentang cinta Mey, tapi Ayah lebih tahu tentang lelaki. Yang bermain pasti akan pergi. Agam itu ibarat kumbang yang datang ke sini, dalam perjalanan perhatiannya tertarik sama salah satu bunga. Bunga itu kamu Mey. Kumbang itu hanya sebatas singgah, bukan menetap. Sama seperti Agam, karena ada kamu di sini bisa jadi Hanya sebagai penyemangat ditengah pembelajaran dia, supaya tidak jenuh."

MELEPAS HARAP | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang