Harap 6

124 11 0
                                    

Setelah salat subuh biasanya Humeyra langsung beranjak ke luar kamar tapi kali ini tidak, Humeyra masih senantiasa duduk di atas sajadah memejamkan mata meresapi setiap dzikir yang terlantun melalui bibirnya. Sejauh ini memang ia terasa jauh dengan Allah, bukan dalam artian ia melupakan semua ibadah yang diperintahkan. Ia tidak seperti Kak Aisyah yang rajin berdzikir, tadarus Al-Quran bahkan selalu mengikuti kajian di masjid.

Humeyra masih banyak kekurangan, tapi kemarin hatinya bergetar hebat hanya karena mendengarkan meriah nya sholawat disetiap penjuru masjid, Humeyra kagum sekaligus merasa sedih melihat beribu-ribu orang rela berdesakan untuk acara tersebut bahkan sampai melantangkan suara menambah kesan merinding bagi Humeyra. Sejak saat itu entah mengapa tanpa berpikir panjang ingin mulai hijrah, memperdalam ilmu agama, Humeyra ingin merubah hidupnya lebih mendekat pada Sang Pencipta. Bukan karena semata-mata ingin mendapatkan laki-laki idaman yang agamis. Tapi, ia juga harus bisa memantaskan diri bila ingin takdir jodohnya berubah.

Perlahan kebiasaan berkerudung Humeyra meningkat, biasanya saat menyapu teras depan tidak menghiraukan rambutnya, kini Humeyra mulai membiasakan memakai kerudung walaupun hanya di depan rumah. Bukan itu saja, kemarin sore Humeyra sempat pergi ke salah satu supermarket untuk membeli juz 'amma berukuran kecil, kembali menghafal surat-surat pendek yang dulu pernah ia hafal kini lupa. Akibat tidak pernah dibaca saat sholat.

Subhanallah subhanallah

Sontak Humeyra terdiam, telinganya menajam kala mendengar suara asing di subuh ini, biasanya setelah adzan sekitar rumah nya langsung kembali sepi, tapi kali ini agak lain. Suara yang berasal dari mic itu sampai terdengar ke kamarnya.

Segera Humeyra berdiri menghampiri bundanya.

"Bun, sudah pindah santri laki-laki?" Tanya Humeyra masih dengan wajah terkejut nya.

"Kayaknya sih udah kemarin malam, tadi bunda liat dari kaca dapur banyakan lagi salat subuh." jelas bundanya.

Mata Humeyra semakin membesar, "Masya Allah, akhirnya kampung ini dihuni sama pangeran surga." celetuk Humeyra sambil mengangkat tangan layaknya berdoa.

Mendengar ucapan anak keduanya, bunda mengusap lembut wajah Humeyra, "Bisa cuci mata setiap hari ya? Awas jangan lupa kerudung nya dipakai, jaga auratnya. Bukan cuman pengen terlihat alim di depan laki-laki, tapi harus sertakan Allah di hati kamu." bunda menunjuk tepat di dada Humeyra lantas mengelus puncak kepala Humeyra.

"Apa yang kamu kerjakan dan diniatkan karena Allah, pasti membawa dampak baik buat kehidupan kamu sayang, kamu melakukan hal baik jangan beralaskan ingin diakui sesama manusia, sejatinya memang manusia ingin dipuji. Tapi tetap berusaha merunduk supaya tidak sombong dan ilmu yang kamu miliki tidak sia-sia." jelas bunda.

Humeyra mengangguk diiringi senyuman kecil, "iya bun, bimbing Humey ya kalau ada hal salah yang Humey kerjakan."

Bunda mengangguk, "iyah, sekarang beres-beres dulu, habis itu kita ke rumah adik papah bantu-bantu buat acara tunangannya Kak Ayu." perintah bundanya.

Bukannya senang, Humeyra malah menggeleng, "nggak mau ikut deh bun, Humey malu lewat ke kost itu, banyak laki-laki sekarang." tolak Humeyra, ia lebih memilih berdiam di rumah walaupun ia ingin tahu aktivitas santri apa saja? Siapa tahu salah satu dari mereka ada yang menjadi inceran Humeyra.

"Mereka belajar di sini Mey, mana mungkin keluyuran. Kenapa jadi nggak pede gini anak centil Bunda?" goda bundanya.

"Itu dulu kalau sekarang beda bun," Humeyra terkekeh.

"Humey samperin Anko dulu ya, takut pengen pup hihi,"

Seketika mata bunda melotot, "jangan di dalam! Bawa liter box nya ke luar dapur biar dia pup di luar aja Mey!"

MELEPAS HARAP | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang