Harap 17

70 9 0
                                    

Humeyra hampir terlupakan akan janji yang sudah Kak Aisyah ucapkan untuk membelikan nya baju. Setelah kedatangan Kak Aisyah barusan bersama Bang Tama, segera Humeyra menghampiri Kak Aisyah. Janji adalah janji, sekali janji sudah terucap tak akan pernah lepas dari tagihan Humeyra. Beginilah suka nya mempunyai kakak, apapun yang ia inginkan pasti selalu terkabulkan, untuk duka nya ia selalu dapat ceramahan dari Kak Aisyah.

Sampai sini Humeyra paham cara penyampaian Kak Aisyah padanya memang keras, percayalah tegas nya Kak Aisyah terselip kasih sayang untuk merubah nya menjadi lebih baik, menjadi seorang wanita terhormat dan bisa membanggakan kedua orang tuanya. Setidaknya bila ia tak mampu membuat kedua orang tuanya bahagia di dunia atas kesuksesan nya, izinkan ia mengangkat derajat kedua orang tuanya di akhirat nanti. Itulah tujuan Kak Aisyah. Kakak sulungnya ini selalu mengingatkannya agar tak terlena akan dunia yang menuntutnya untuk berlomba-lomba memamerkan harta. Mengejar hal bernilai tinggi yang belum tentu sanggup kita dapati.

Humeyra menghampiri Kak Aisyah yang sedang bersantai di ruang tamu bersama Farid juga Bundanya. Ia menjatuhkan tubuhnya di sofa tepat di samping Kak Aisyah.

"Kak Aisyah." panggil Humeyra.

"Apa?"

"Mana hadiah? Katanya mau beliin baju inceran aku." ucap Humeyra langsung pada intinya.

"Dikira sudah lupa, Kakak berharap kamu lupa Mey." celetuk Kak Aisyah membuat Humeyra mendengus kesal mendengar jawaban kakaknya.

"Ih! Ingetlah! Beliin aku abaya saja, warna hitam."

Terlihat Kak Aisyah terdiam sejenak kala mendengar permintaannya berubah. Kak Aisyah menoleh padanya dengan tatapan datar namun tersirat keheranan yang nampak melalui keningnya.

"Masya Allah, ini beneran kamu Mey? Aku nggak salah dengar kamu minta beli abaya? Kan yang kamu minta celana joger kayak anak punk rock." tutur Kak Aisyah.

"Aku sudah hijrah nih, harus percaya."

"Kalau gitu nanti sore Kakak belikan sama Bang Tama,"

Mata Humeyra seketika berbinar, "YESS! Kalau bisa sama kerudung nya ya," tawar Humeyra membuat Kak Aisyah menatapnya sinis.

"Jangankan kerudung, kakak bakal beliin kamu cadar sekalian."

"Boleh juga,"

Perkataan terakhirnya sukses menarik perhatian Kak Aisyah, Bunda dan Farid. Mereka bertiga secara tiba-tiba menatap nya dengan penuh rasa tidak menyangka. Humeyra sendiri yang merasa jadi pusat perhatian pun menggambarkan mimik mukanya dengan pertanyaan 'Ada apa emangnya?' Apa perubahannya begitu jelas dan cepat? Pemikiran untuk dicadar sebenarnya sudah Humeyra pikirkan jauh-jauh hari, tapi tidak untuk sekarang. Ia ingin mencoba-coba dulu, toh untuk tetap berkerudung suatu hal yang sulit Humeyra tekuni. Apalagi bercadar.

Tapi setelah menikah nanti, Humeyra ingin bercadar. Entah mengapa pemikiran itu selalu terlintas.

"Pasti gara-gara Kak Agam deketin kamu kan? Jadi Kak Humey pengen kayak ala wanita-wanita sholehah." cibir Farid yang langsung diusap wajahnya oleh bunda.

"Huss! Bagus dong kalau kayak gitu, nggak boleh dicaci dek. Dukung Kak Humey buat menjadi lebih baik." ingat Bunda membuat Farid menutup mukanya malu atas perkataannya.

"Tapi nggak sekarang bercadar nya," sahut Humeyra.

"Terus kapan?" Tanya Kak Aisyah.

"Nanti kalau sudah menikah,"

"Yeeeh! Dikira hari ini, kapan pula kamu menikah dek, orang kamu masih kecil toh." terdengar nada kekecewaan dari Kak Aisyah yang langsung memalingkan wajah dari Humeyra.

MELEPAS HARAP | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang