Binar mata coklat selalu menyala kala memandangnya, dentuman keras tak beraturan selalu bertabuh dalam hati, canggung selalu merayap dalam diri berusaha menjauh walau sebenarnya ingin selalu dekat, tiada hari yang indah saat berjumpa dengan dia meskipun hanya senyuman sebagai bentuk komunikasi mampu menggetarkan hati sampai ubun-ubun. Setiap hari, hati selalu tenang karena yang didamba berada dekat dalam pandangan, sayangnya semuanya mengabur atas kepergiannya. Jika dulu hati nya terasa tentram, hari ini huru-hara bersemayam dalam dada, kaset usang seolah terputar dalam bayang otaknya menampilkan rentetan dimana waktu mempertemukan Humeyra dengan Agam dan bisa berkomunikasi sampai detik ini. Tak hanya senang saja, terkadang Humeyra rasakan kesal dalam diri terhadap Agam atas pertemuannya, karena dengan bertemu Agam menciptakan harapan lebih pada pria itu, naas nya respon Agam selalu diam tak mampu Humeyra tebak.
Sikap Agam yang selalu tak tentu kepadanya, terkadang seolah membuka harapan untuk Humeyra, lantas datang meyakinkan dirinya dengan tutur kata yang meluluhkan hati. Setelahnya Agam sendiri yang menarik semua, memberikan respon tak tentu, membuatnya menunggu dalam menerima pesan dari Agam. Berhari-hari ia menunggu tak kunjung ia terima padahal pria itu tengah bersantai bersama temannya. Apakah memang hanya harapan nya saja terlalu tinggi kepada Agam? Membuatnya merasakan percikan benci pada pria itu, awal ia bahagia menerima pesan dari Agam, seiring berjalan waktu kala menerima respon lambat dari Agam membuat Humeyra sedikit trauma menerima pesan dari Agam, selalu merasa bingung harus bagaimana merespon nya, tetap membalas cepat atau sama-sama menjawab lama?
Humeyra hanya ingin menyudahi kesedihan ini, ia tidak ingin berlarut-larut memikirkan Agam yang jelas-jelas jauh dari genggaman nya, apalagi ia bisa berharap sejauh ini. Humeyra sudah jatuh tersandung pada sikap Agam padanya, jangan sampai ia tambah jatuh karena harapannya berujung sirna kala mengetahui Agam sama sekali tak mengharapkannya. Ini sebab Humeyra terlalu mengutamakan hati tak dibarengi dengan logikanya.
Buktinya ia bisa menangis sehebat ini, rela menunggu kepergian Agam sampai raga pria itu tak mampu Humeyra temukan lagi. Setelah bertemu Agam di halaman dapur, Humeyra beralih menuju ruang tamu lantas berhenti di jendela rumah yang langsung tertuju pada jalanan. Saat itu mobil putih melesat melewati rumahnya seraya klakson mobil berbunyi. Agam sudah keluar dari kampung ini, raga nya semakin menjauh dan lebih jauh lagi. Mungkin kabar pun akan jarang Humeyra dapati setelah jarak terbentang diantara keduanya.
Dalam diam Humeyra masuk ke dalam kamar, perhatiannya teralihkan kala melihat satu foto tergeletak di atas kasur. Tangisnya membludak, tubuhnya meringkuk di atas lantai dingin sambil menggenggam erat foto satu-satunya yang Humeyra miliki.
"Daripada bertemu dengan kamu, lebih baik aku tidak mengenal mu sama sekali, Kak Agam." lirih Humeyra.
"Apa yang sebenarnya kamu rasa? Bisa-bisanya kamu datang membawa bahagia. Kalau akhirnya kamu nggak bisa membalas rasa ini kenapa kamu bisa bertindak sejauh ini? Entah aku yang mudah jatuh hati atau kamu yang menyepelekan perihal rasa. Kamu rasakan bahagia di sana, tanpa kamu tahu aku menelan habis sedih di sini ditemani bayang kenangan. Jika benar hadirmu hanya main-main saja, semoga nanti hatimu disadarkan dengan kelembutan-Nya."
Ingin Humeyra sobek foto yang berada di tangannya berupaya menghapus semua jejak kenangan antara dirinya dan Agam, namun hatinya selalu menolak, takut dihantui oleh rasa sesal.
~~~
Malam sunyi kembali menghinggapi lingkungan sekitar rumah, di dalam kamar Sari masih senantiasa menunggu kedatangan suaminya. Setelah makan malam tadi, Sari mendapati wajah sembab dari Humeyra, kerap Aisyah menjahili Humeyra, respon anak keduanya malah amukan yang tak biasa Sari lihat. Hari ini Humeyra lebih sensitif dari biasanya bahkan lebih banyak berdiam di dalam kamar dibandingkan ikut berkumpul di ruang tamu. Beginilah kalau sudah terjun dalam dunia cinta, sama seperti air di lautan, arus yang nampak tenang di permukaan namun aslinya arus lebih deras kala berusaha menyentuh dasarnya. Tanpa membekali dengan pengetahuan, nekat menyelam di lautan hingga dasar palung cinta, bisa-bisa saat naik kepermukaan sudah tak berbentuk lagi, rasanya seolah hambar tak mampu mengembalikan seni rasa seperti awal. Terasa tak bermakna.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELEPAS HARAP | Complete
Teen FictionMencintai bukan berati harus memiliki, terkadang mencintai harus bisa mengikhlaskan nya. Berharap padanya yang jauh dari kata gapai. Wanita yang dihadapkan dengan kata tunggu, menunggu pria yang ia cintai nya datang untuk meminang. Namun, semuanya r...