Harap 37 : Perpisahan

71 11 0
                                    

Semalaman Humeyra tidak bisa tidur, indera pendengarnya begitu tajam menyimak acara di kost-an, dari yang ia dengar begitu meriah sampai-sampai ia mendengar teriakan juga siulan diiringi gelak tawa, tak ayal ia juga mendapati pesan dari Agam bagaimana suasana di dalam kost-an. Meski sedih, setidaknya terobati dengan kabar dari Agam. Namun sedih itu semakin meraja kala subuh ini Humeyra sudah mengintip di balik jendela melihat satu mobil terparkir di halaman kost. Mungkinkah mobil itu yang akan menjemput Agam pulang ke rumahnya? Humeyra berjalan cepat menuju kamarnya lantas mengambil benda pipih di atas nakas, jarinya menari cepat di atas layar mencari user name Agam.

Humeyra :
Pagi-pagi kah berangkatnya?

WalifAgam :
Iya Mey, kurang lebih jam delapan
Nanti Agam mau mampir sebentar ke rumah boleh? Mau pamit sama Bunda.

Napas Humeyra seketika memburu, merasakan sesak bergumul dalam dada berusaha menerima kenyataan bahwa Agam akan pergi dari kampung ini.

Humeyra :
Boleh Kak Agam, ke rumah saja
Barang-barangnya sudah siap semua? Ndak ada yang ketinggalan?

Walif Agam:
Sudah Mey, semuanya sudah aku beres masuk tas
Ayo mandi biar nanti ketemu sama Agam sudah cantik hehe...

Humeyra :
Siap komandan.

Sesekali Humeyra menepuk dadanya berusaha menenangkan gejolak kesedihan dalam jiwa. Air matanya sudah mendesak di sudut kelopak matanya untuk segera membasahi pipi. Rasa sedih ini kembali hadir setelah tiga tahun lenyap, begitu sakit dan menyiksa. Tidak terasa, tinggal hitungan jam jarak mulai terbentang antara keduanya. Siapkah Humeyra kembali bertemu dengan kata ikhlas?
.


.

.
Sebelum tepat jam sembilan, Humeyra sudah siap menyambut Agam dari dapur. Ia duduk di salah satu kursi makan yang langsung tertuju pada jendela dapur, melalui gerak matanya ia menangkap pergerakan Agam membenahi barang-barangnya ke dalam bagasi mobil, pria itu sudah rapih mengenakan sarung dipadupadankan dengan kemeja putih.

Humeyra mencari-cari keberadaan Bunda, untungnya Bunda baru saja pulang dari warung, jadinya ia tidak usah berhadapan lama-lama dengan Agam. Yang Humeyra takutkan, ia bisa menangis deras di hadapan Agam, ia hanya ingin ketegaran yang Agam lihat dalam dirinya, walau sebenarnya mudah rapuh. Senyum bisa membodohi, tapi hati mengekspresikan kesedihan yang dirasa meskipun tak pandai mengutarakan, karena sejatinya perempuan mahir menyembunyikan dalam diam walau sebenarnya terluka.

Beberapa menit menunggu kehadiran Agam, akhirnya ia mampu menangkap pergerakan Agam berjalan menghampiri rumahnya. Hatinya berdebar hebat, berat hati Humeyra menyambut kedatangan Agam. Nyatanya Agam datang ke rumahnya untuk berpamitan, dari ambang pintu Humeyra sudah mendapatkan senyuman manis dari Agam. Senyuman terakhir yang akan ia lihat, perlahan memudar dikikis oleh waktu. Humeyra berharap, bisa melihat Agam berjalan ke rumahnya kelak dengan niat baik setelah terciptanya perpisahan yang memakan waktu lama. Tanpa di sadari sudut matanya mulai basah, hingga satu tetes air mata meluncur ke pipinya.

"Assalamualaikum, Mey." sapa Agam. Humeyra segera menyeka air matanya lantas tersenyum lebar.

"Waalaikumsalam, Kak Agam. Masuk dulu, Bunda ada di dalam."

"Boleh panggilkan saja ke sini? Nggak akan lama hehe,"

Humeyra mengangguk lantas hendak memanggil Bunda, beruntungnya Bunda sudah lebih dulu menghampiri, menyambut Agam dengan senyuman hangat.

MELEPAS HARAP | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang