Rembulan kembali hadir memberikan penerangan teduh menyapa hati, dari sekian malam yang dilalui banyak bintang-bintang menghiasi namun tak seindah rembulan yang diinginkan. Dari sekian banyaknya sujud sebagai bentuk serah diri kepada Allah, saat itu juga rasa cinta terhadap manusia berusaha untuk dihilangkan. Ketahuilah tidak ada takdir Tuhan di dunia ini yang tidak sempurna. Semua suratan takdir yang sudah digariskan dalam hidup setiap manusia adalah hal terbaik. Sama seperti yang dialami Humeyra, hari yang terus berganti tak pernah usai air mata nya menetes memohon dimusnahkan rasa cinta nya ini kepada Agam. Karena Humeyra sadar cintanya kepada manusia membangun rasa kecewa dalam hatinya. Semuanya perlu proses, sampai akhirnya Allah menjawab semua kesedihannya dengan mempersatukan dirinya dengan pria yang dulu ia sangat cintai, dengan seorang pria yang menjadi asal muasal dirinya mantap untuk hijrah, seorang pria yang tidak pernah melunturkan keteguhan hati untuk tetap menjaga aurat dan terus mempertebal cintanya kepada Allah dan Nabi.
Mengenal Agam, ia menjadi paham artinya sebuah penantian dan doa. Dengan apa yang kita nanti tak perlu risau bahkan berlarut memaksa Tuhan untuk segera dipersatukan dengan apa yang kita inginkan, dan dengan sebuah penantian Humeyra bertemu dengan kesabaran. Sesuatu yang baik untuk dirinya tidak akan datang dengan kemudahan melainkan dengan cara diperjuangkan baik itu dengan doa dan action. Untuk doa sendiri adalah sebuah anugerah, dengan banyak bedoa bukankah diri ini lebih banyak menghabiskan waktu untuk fokus kepada Allah yaitu dengan ibadah dan dzikir? Dan setelahnya hati menjadi tenang? Masya Allah Barakallah, takdir Tuhan adalah takdir terbaik.
Hari yang dinanti Humeyra dan Agam kini telah tiba. Semua orang sibuk untuk mempersiapkan akad nikah. Akad akan dilaksanakan di masjid besar dekat dengan rumah Humeyra. Mobil-mobil berderet memenuhi jalan, keluarga dari mempelai laki-laki pun sudah tiba melesat menuju Masjid. Banyak yang hadir mengenakan jubah dan abaya yang indah namun tak kalah indah dengan raja dan ratu di hari ini.
Agam kini sudah siap berdiri dengan jubah putih yang menjutai dengan gagah dilengkapi sorban menambah wibawa dalam diri Agam. Wajah tenang nya ternyata tak seribut hatinya yang berusaha Agam tenangkan. Di pinggirnya Abah dan Umi menggandengnya berupaya menuntun untuk memasuki Masjid, di belakangnya adalah keluarga besar Agam dengan membawa seserahan dan juga mas kawin.
"Jadilah kamu seorang suami yang bertanggung jawab terhadap istrimu. Nafkahnya berusaha kamu berikan, jadikanlah istrimu sebagai ratu dan jangan biarkan istrimu jatuh pada hal yang Allah murkai. Tetap jaga istrimu dari hal yang buruk, berikan ia perhatianmu dan ilmu-ilmu agama yang kamu pahami untuk menuntun kalian berdua menuju Syurganya Allah. Karena ketika dia sudah menjadi istrimu, baik buruknya ia kamu yang menanggung. Tunjukkan bahwa dengan kamu menikahinya kamu mampu membimbingnya dan mengarahkannya sesuai ajaran syariat Islam." nasihat Abah disepanjang jalan, meskipun Abah dalam bicaranya tak sama sekali memandangnya namun Umi tak usai meneteskan air mata mendengar penjelasan Abah. Agam sendiri hanya termenung, meresapi semua nasihat yang Abah berikan. Karena Agam tahu, acuhnya Abah adalah bentuk perhatian kepada dirinya.
"Iya Abah. Doakan yang terbaik untuk Agam. Karena kalau bukan karena jasa Abah dan Umi, Agam bukan apa-apa, Agam tidak punya apa-apa," ucap Agam mulai merasakan sesak di dadanya.
"Bahagiamu adalah bahagia Abah dan Umi. Sekarang tunjukkan dari semua usaha kami untukmu tidak sia-sia Gam."
"Baik Abah."
Hamparan karpet hijau terbentang luas di dalam masjid, sudah ada beberapa saksi dan satu meja di tengah ruangan sebagai tempat ia mengucapkan ijab qobul. Di depannya Ayah Humeyra sudah siap menyambut dirinya, Agam tersenyum hormat kala lengan Ayah terulur untuk segera menjabat tangannya.
"Ucapkan dengan lantang dan jelas," ucap penghulu.
Inilah saatnya kala untaian kalimat sakral yang terlantun dibibirnya beberapa detik kedepan sosok perempuan yang ia cintai sudah sah menjadi miliknya seutuhnya. Bagian ini adalah bagian yang begitu mendebarkan hati membuat separuh jiwanya merasakan sedih mendalam beriring bahagia. Semua rentetan peristiwa dalam hidupnya, baik itu mudah dan sulit mampu Agam lalui. Bahkan memikirkan bagaimana sulitnya ia mangarungi hidup untuk mencapai ke halaman ini saja Agam sangatlah bersyukur karena dari perjalanan yang ia lalui, ada ilmu baru yang Agam dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELEPAS HARAP | Complete
Teen FictionMencintai bukan berati harus memiliki, terkadang mencintai harus bisa mengikhlaskan nya. Berharap padanya yang jauh dari kata gapai. Wanita yang dihadapkan dengan kata tunggu, menunggu pria yang ia cintai nya datang untuk meminang. Namun, semuanya r...